Home / Romansa / Bukan Jodoh Idaman / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bukan Jodoh Idaman: Chapter 41 - Chapter 50

108 Chapters

41 — Aku Harus Memuaskan Kamu Di Ranjang?

Tidak mungkin!"Aku nggak akan terpengaruh," ucap Adara santai. "Gimana caranya biar kamu bisa terpengaruh?" tanya Ansel ingin tahu.Adara berdiri tegak sembari menatap mata suaminya. "Aku belum tahu dan belum ingin memutuskan. Kita jalani saja semuanya seperti sebelumnya."Ansel mengembuskan napas pelan. "Baiklah. Kabari aku kalau kamu sudah memutuskan.""Sebelum itu, kamu harus mengatasi Emma. Dia datang dan mengatakan pada Mama Felicia kalau hubungan kita hanya kontrak."Mata Ansel membulat penuh, "Lalu mama percaya?""Tentu tidak. Aku bisa meyakinkannya."Lagi-lagi Ansel menghembuskan napas ringan. "Makanya kita harus buat pernikahan kita seperti sungguhan. Kamu terlalu jahat padaku makanya mama agak curiga sama kita.""Bukannya kamu duluan yang membuatku mirip orang gila?""Maksudnya?""Lupa kalau kamu meninggalkanku di malam pertama pernikahan kita? Ya, aku tahu kita hanya menikah kontrak tapi seenggaknya kamu menghindari masalah dong. Aku yang cari alasan kamu yang senang-sen
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

42 — Demi Kita

"Maaf aku nggak sengaja, Sayang," bisik Ben tepat di telinga Adara. Pria itu meminta maaf entah terus dari hatinya atau karena melihat air muka kekasihnya yang berubah ketakutan. "Kamu jahat. Aku nggak pernah bisa memahami apa yang kamu pikirkan. Sebaiknya kita putus saja, Ben. Aku rasa nenek benar kalau kita emang nggak berjodoh. Tolong tinggalkan aku sekarang!" Isak Adara. Dia menarik ujung-ujung bajunya yang terbelah menjadi dua karena ulah Ben. Ben berusaha memeluk Adara, namun ditepis kasar oleh si pemilik tubuh gemetar itu. "Aku minta maaf. Mungkin karena efek nggak bertemu kamu beberapa hari ini, aku jadi nggak punya etika begini. Please, Adara! Aku nggak akan mengulangi perbuatanku lagi Tapi tolong jangan putuskan hubungan kita. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu."Adara melengos, "Pergilah! Kita udah putus.""ADARA!" teriak Ben kesal. Padahal dia sudah berusaha untuk mengatur emosinya agar tidak menghancurkan hati Adara. "JANGAN KIRA AKU NGGAK TAHU KALAU KAMU HANYA MENGGUNAKAN
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

43 — Kita Ke Kamar!

"Kamu bilang apa tadi?" tanya Ansel penasaran karena dia tidak terlalu mendengar ucapan Adara.Adara mengangkat bahu, bersikap misterius. "Nggak ada siaran ulang. Salah sendiri nggak dengar. Aku mau ke kamar dulu.""Nanti kita makan malam bareng kan?""Iya. Mau makan apa? Eh, pesan aja ya. Mumpung mama udah pulang. Kalau mama di sini, bisa-bisa mama lelah," tukas Adara."Oke. Aku yang pesan kalau begitu."Adara hanya mengangguk lalu pergi. Dia berhenti di depan pintu kamar Ansel. Dia masih tidak percaya apa dia sungguh mengatakannya? Demi kita? Maksudnya demi hubungan mereka?"Mungkin aku hanya terbawa suasana," gumam Adara seorang diri.°°°"Mbak, saya pulang dulu ya. Besok pagi saya datang lagi," ucap asisten rumah tangga yang Adara pekerjakan selama Ansel sakit. Wanita yang seusia Felicia itu berpamitan sebelum pulang. "Iya, Mbak. Makasih ya. Oh, ya, tadi saya belikan mbak makan malam untuk dibawa pulang. Anak-anak pasti suka. Ada di meja dapur, Mbak. Bawa semua saja."Senyum meng
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

44 — AKU HAMIL ANAK KAMU!

Sesuatu yang menggebu yang terpendam beberapa bulan ini, akhirnya berhasil keluar dari sarangnya dengan penuh percaya diri. Suara yang tidak asing terdengar dari ruangan yang menjadi tempat persembunyian Adara. Pelukan Ansel begitu mendesak, memaksa agar istrinya tetap berada di sana. Wanita itu kesulitan bernapas karena Ansel memburunya dari dua arah. Satu arah dari atas, tepat di permukaan bibir yang sedang berusaha untuk masuk. Sementara yang lain, jari-jari itu sedang mencari jalannya sendiri.Mereka berbaring. Adara bersiaga di bawah Ansel. Wanita itu terpekik ketika Ansel menggigit bibir bawahnya."Lucunya," gumam Ansel sembari melihat muka merah istrinya. Adara semakin malu. Apa yang harus dia lakukan? Menurut film yang dia tonton, wanita juga harus mengambil perannya. Dengan cara bagaimana? Adara berpikir, keningnya mengerut. Ansel menghentikan gerakannya, lalu bertanya, "Kenapa?""Eng-nggak.""Bingung?"Adara mengangguk pelan, "Sedikit.""Ikuti saja aku," ucap Ansel denga
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

45 — Aku Akan Menceraikan Adara

Ansel tertawa hampir terbahak-bahak karena mendengar ucapan Emma. "Kamu kira aku bisa dibohongi? Coba jelaskan kapan terakhir kali kita bertemu, oh, atau begini saja jelaskan apa kita pernah melakukannya? Seingatku aku nggak pernah menyentuh kamu kecuali di area bibir. Kamu yakin bisa hamil kalau hanya berciuman?"Emma tidak terkejut kalau Ansel berkata begitu. Pasalnya dia juga tidak yakin Ansel bisa percaya padanya. "Satu bulan yang lalu, di perumahanku. Aku sudah banyak mendengar Kalau pria seringkali mengingkari ucapannya kalau sudah mendapatkan apa yang dia mau. Kamu pasti termasuk ke dalam salah satu pria itu."Ansel melirik beberapa orang yang sedang menguping pembicaraannya. Dia berusaha bersikap wajar karena dia yakin tidak bersalah. "Oh ya? Jangan-jangan kamu yang salah mengingat karena aku kita sudah lama nggak bertemu. Sudahlah, Emma. Bukannya kamu akan malu sendiri Kalau sudah salah menuduhku? Lebih baik kita bicarakan ini secara diam-diam daripada kamu malu. Ikutlah deng
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

46 — Mati Saja Kamu!

"Saya butuh tanda tangan Pak Ansel. Beliau ada dimana ya, Bu Dara?" tanya Yusuf. Pria itu baru keluar dari ruangan Ansel karena orang yang ingin dia temui tidak ada di ruangannya. Adara menggeleng lesu, "Kalau saya tahu dia dimana, saya nggak akan bingung, Pak.""Beliau pulang tanpa pamit?"Lagi-lagi Adara menggeleng, "Mungkin, Pak.""Apa mungkin sakit di punggung Pak Ansel kambuh, Bu?" tanya Yusuf penasaran.Adara mendongak, matanya membulat, "Bapak benar. Mungkin saja punggungnya sakit tapi dia nggak mau bilang sama saya. Kalau begitu, saya harus pulang dulu untuk memastikan. Kalau ada apa-apa, bisa tolong tinggalkan pesan saja, Pak? Nanti kalau nenek tanya, saya yang akan menjelaskan sendiri."Yusuf mengangguk. Adara buru-buru membawa tasnya setelah pamit pada Yusuf. Sejujurnya dia ingin meyakinkan dirinya kalau Ansel benar-benar pergi ke rumah sakit tapi desas-desus mengenai suaminya tidak semudah itu diacuhkan."Semoga kali ini kamu nggak mengingkari janji kamu," tukas Adara mu
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

47 — Bolehkah aku...

Sebuah iklan tentang liburan di tempat yang memuakkan bagi Adara yaitu Cappadocia, membuat wanita itu merengut sengit. Ansel berjanji padanya akan mengajaknya honeymoon ke tempat itu namun janji itu terdengar palsu.Brengsek! Jika Adara mengingat ucapan Ansel tentang pemutusan hubungan sepihak mereka, Adara ingin memakinya berulangkali. Apalagi setelah melihat muka tanpa dosanya yang datang ke kantor, seenaknya menyapanya dengan muka datar, Adara semakin ingin menendang kakinya. Cinta apanya? Bulshit! Adara benci pada kata itu. Ansel benar-benar sudah mematahkan hatinya."Untuk laporan hari ini, aku sudah melihatnya," ucap Ansel. Entah sejak kapan dia ada di depan meja Adara karena wanita itu tersentak melihatnya datang. "Iya, Pak. Sudah saya periksa juga dan saya serahkan pada manager keuangan. Untuk masalah kebakaran kemarin, kerugian sepenuhnya akan ditanggung oleh kantor berikut ganti rugi pada korban.""Em, aku mengerti." Ansel kurang suka dengan panggilan Adara padanya. "Kamu
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

48 — Dari Siapa?

Adara gemetar ketika merasakan sentuhan yang tidak biasa pada dirinya. Ansel menghapus segala jejak hujan yang ada di tubuhnya dengan cara yang tidak biasa. Wanita itu bahkan tidak menyadari jika bibirnya tidak henti-hentinya mendesis."Boleh kubuka?" Tanya Ansel pelan. Dia menatap nanar pada Adara. Sudah setengah jalan, tinggal melepaskan pakaian mereka lalu semuanya akan terjadi."Kamu masih bertanya? Kalau aku bilang nggak boleh, emang kamu mau menyingkir?" canda Adara. Dia menyeringai kecil."Tentu saja ... nggak."Adara menyunggingkan senyum tipis lalu menunduk malu ketika Ansel membuang pakaiannya. Untuk pertama kalinya dia malu memperlihatkan apa yang dia miliki. "Mau kumatikan lampunya?" tanya Ansel dengan suara parau. Tatapan matanya tertuju pada sesuatu di balik underwear. "Nggak perlu.""Bukannya kamu malu?" goda Ansel."Malu, iya. Tapi mau gimana lagi?"Ansel mulai menyukai sikap Adara. Dia membawa istrinya untuk bangkit, sementara dia membubuhkan ciuman penuh hasrat di
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

49 — NENEK!

Emma mempunyai firasat buruk ketika Ansel tidak memberinya kabar. Padahal pria itu harusnya menginap di rumahnya sesuai dengan janji mereka. Paginya, dia berusaha menghubungi Ansel untuk mempertanyakan alasannya. Tapi sayangnya pria itu tidak menjawab panggilannya. "Kamu berubah pikiran? Apa yang dilakukan Adara sampai kamu bisa kembali sama dia?"°°°"Kenapa nggak dijawab?" tanya Adara sembari mencuri pandang ke arah ponsel Ansel. Sayangnya dia tidak melihat siapa penelepon itu karena Ansel berusaha menyembunyikannya."Nomor asing," jawab Ansel singkat. Jelas-jelas yang terlihat bukanlah nomor tanpa nama. Apa yang sedang disembunyikan oleh Ansel?"Ya sudah kalau nggak mau ngaku. Pekerjaan yang kamu lewatkan sudah aku susun rapi di meja kamu. Tinggal tanda tangan saja," ucap Adara. Dia tidak ingin peduli dengan urusan suaminya. Kalau bukan Emma siapa lagi yang bisa merubah raut muka Ansel. "Oke." Ansel mendahului Adara untuk masuk ke dalam ruangannya. Dia mengeluarkan ponselnya da
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

50 — Aku Nggak Bisa Kembali Sama Kamu

Plakk!!Ansel tidak bergeming ketika Adara memukul wajahnya. Dia hanya bingung dengan sikap istrinya yang tiba-tiba marah. "Aku salah apa lagi?""Brengsek! Kenapa kamu bohong sama aku? Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu belum bilang sama nenek tentang perceraian kita? Kamu sengaja? Hah? Untuk apa kamu bersikap sok perhatian padaku kalau niat kamu busuk! Benar-benar brengsek!"Ansel mulai menyadari ada yang salah dengan Dianti. Kalau sikap Adara seheboh ini, pasti ada sesuatu yang terjadi. "Nenek masuk rumah sakit?"Emosi di kepala Adara memuncak. "Jangan pernah injakkan kaki kamu di rumah sakit! Kalau aku sampai lihat kamu di sana, aku nggak akan segan-segan teriak maling."Ansel masih berani menggenggam tangan Adara sebelum wanita itu pergi. "Aku minta maaf. Waktu itu kondisinya nggak memungkinkan untuk bicara jujur. Aku juga nggak bisa jujur sama kamu, Dara. Aku hanya mengulur sampai dapat moment yang pas. Maaf.""Brengsek! Sekali brengsek tetap brengsek! Aku benci sama kamu!" desi
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status