Beranda / Romansa / Bukan Jodoh Idaman / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Bukan Jodoh Idaman: Bab 21 - Bab 30

108 Bab

21 — Kembali Ke Setelan Awal

"Nggak waras!" umpat Adara. "Sudah jelas ada peraturan nggak boleh ada sentuhan fisik. Kamu nggak baca?""Kamu yang nggak baca? Coba cek lagi," ucap Ansel dengan senyum memikatnya.Adara menilik peraturan pernikahan kontrak mereka dari atas sampai bawah, bola matanya kembali mendelik, "Astaga. Kamu coret bagian ini?""Benar. Makanya itu aku tambahkan syarat lainnya," jawab Ansel dengan senangnya.Adara menghela napas lelah, "Kenapa kamu nggak minta cium pacar kamu itu?""Gimana aku minta cium kalau setiap malam harus di rumah ini?""Oh, ternyata gini ya jadi laki-laki. Mau enaknya saja. Memaksakan aturan sendiri dengan sesekali boleh menginap di rumah pacarnya, tapi juga minta bagian cium-cium sama istri kontraknya? Enak kamu dong menang banyak," ejek Adara. "Hei, kamu nggak bodoh kan? Di peraturan itu aku nggak minta boleh nginep di rumah Emma sesekali. Jadi, kamu nggak bisa menghakimiku begini," elak Ansel.'Brengsek! Dia hebat juga. Kapan dia memikirkannya? Soal menginap perasaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-26
Baca selengkapnya

22 — Sampai Dua Tahun Ke Depan Kamu Milikku l

"Maaf," ucap Ansel akhirnya. Dia mengurungkan niatnya untuk mengajak Adara makan siang. Sikap Adara tidak membuat dirinya senang. "Silahkan pergi kalau tidak ada yang perlu dibicarakan," sahut Adara."Memang tidak ada. Saya juga mau pergi kok, Bu. Terimakasih waktunya. Jangan lupa makan siang!"Setelah Ansel pergi, Adara mendongak ke arah pintu. Sejatinya dia tidak mau mengacuhkan Ansel tapi hubungan mereka sudah tidak sehat. "Kalau saja dia bisa lebih sopan padaku, aku nggak mungkin begini. Apa-apaan soal ciuman itu?" gerutu Adara sambil membolak-balikkan halaman kertasnya.Mendadak perutnya berbunyi. Adara melihat jam di ponselnya, helaan napasnya terdengar berat. "Aku malas turun."Adara memutuskan memanggil office boy untuk membelikan dia makan siang di kantin. Menu rames yang kemarin dibawa Ansel sangat menggiurkan, dia jadi ingin menikmatinya lagi. Berselang lima belas menit, ketukan di pintu terdengar. Adara pikir itu office boy tadi ternyata bukan. Harum parfumnya mengingat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-29
Baca selengkapnya

23 — Apa Kamu Sudah Gila?

"Kalau aku nggak tahu itu baru aneh," ucap Ansel dengan entengnya.Adara mengira Ansel pasti mendengar pembicaraannya dengan Ben. "Aku nggak punya gaun sebagus ini lagi. Aku pakai ini saja ya?""Nggak punya gaun bagus? Satu almari itu emang isinya apa? Karung?""Maksudnya yang semewah ini," elak Adara."Yang penting kan warnanya bukan mewahnya. Udah sana! Kamu mau terlambat?" Bibir wanita itu sudah manyun kesana kemari tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena Ansel tidak akan mau pergi jika dia tidak mengganti pakaiannya. Padahal Adara sangat suka pakaian itu. "Tunggu! Apa haknya melarangku? Mau aku bermalam sama Ben atau pakai pakaian terbuka sekalipun, kita sudah memutuskan untuk kembali ke setelan awal. Kenapa aku tiba-tiba jadi penurut begini? Apa mungkin kepalaku sudah dicuci otaknya?" tanya Adara pada dirinya sendiri.Tidak tahu kenapa meskipun Adara mengomel, dia tetap mengganti gaunnya dengan warna senada. Dress code malam ini adalah hitam putih. Ansel memilih kemeja warna
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-01
Baca selengkapnya

24 — Jangan Macam-macam!

"Bisa nggak sih kalau nggak bikin panik?" teriak Ansel frustasi. Dia hampir tidak bisa bernapas karena melihat Adara terbaring tidak berdaya mirip orang yang usianya sudah mencapai batas maksimal.Ansel berlarian seperti orang gila ke rumah sakit, memaki perawat karena lama membawa brankar sementara kedua kelopak mata istrinya menutup sempurna. Ada yang harus dia pertanggungjawabkan di dunia ini yaitu Adara. Dianti tidak akan suka kalau dia menelantarkan istrinya.Adara mendesah berat, "Di depan orang sakit nggak boleh teriak.""Karena kamu batu. Kondisi begini nyetir sendiri, pulang-pulang pingsan. Siapa coba yang nggak panik?" elak Ansel. Dia memegang jemari Adara, memastikan apa selang infus itu terpasang dengan benar. Ansel memesan satu kamar VVIP karena permintaan Dianti. Setelah diperiksa oleh dokter dan dokter berkata Adara hanya mengalami serangan yang biasanya terjadi ketika masa datang bulan tiba, Dianti dipaksa pulang oleh Ansel. Adara memijit pelipisnya, "Berisik! Aku bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-02
Baca selengkapnya

25 — Nenek Akan Temui Pacar Preman Kamu Itu!

Posisi Ansel benar-benar sedang memeluk Adara dari belakang bahkan salah satu tangan pria itu menyusup ke dalam atasan piyama Adara. Sontak saja wanita itu panik dan menendang Ansel hingga pria itu terjatuh mencium lantai dingin itu."Auu! Pagi-pagi ini ya Tuhan," keluh Ansel dengan semburat mata yang kelelahan. "Aku baru tidur jam dua, Dara!"Adara yang merasa sudah kehilangan harta yang paling berharga miliknya, melingkupi dadanya dengan lengannya sembari memasang ultimatum bahwa dia tidak akan memberikan secara cuma-cuma. "Kamu pegang-pegang apa semalam? Harusnya aku nggak mengijinkan kamu ada di sini karena kamu nggak bisa dipercaya. Ya Tuhan, aku sudah ternoda."Ansel yang setengah mengantuk tidak bisa memahami dengan jelas arti dari kata itu. Seingatnya dia hanya tidur di bawah tapi karena dingin dia naik ke sisi Adara dengan menggeser tubuh istrinya ke arah kiri. Ada space kosong di sebelah kanan, jadi Ansel langsung masuk dan tidur. Dia tidak tahu kalau pada akhirnya salah sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-03
Baca selengkapnya

26 — Buka Baju Kamu Sekarang!

"Nenek nggak perlu menemuinya," ucap Adara dengan muka lesu seolah dia dan Ben benar-benar tidak berhubungan lagi. "Beberapa hari ini kami sering bertengkar. Kami juga belum bertemu lagi, Nek. Setelah aku pikir-pikir, aku merasa bersalah sama nenek dan juga Ansel karena telah membohongi kalian. Mungkin ini karma untukku makanya hubungan kami juga nggak lancar. Kalau nenek datangi Ben rasanya percuma saja. Toh aku sudah memutuskan untuk nggak berhubungan sama dia lagi. Demi nenek dan juga pernikahanku. Mana mungkin aku mengkhianati suami yang mau menerimaku apa adanya."Adara percaya kalau Dianti akan berpikir seribu kali untuk menemui Ben jika dia mengubah pandangannya. Muka Adara sudah cukup meyakinkan. Dianti mencoba menerka apakah cucunya berbohong atau tidak karena seringkali bahkan tidak terhitung berapa kali, sang cucu mengatakan akan putus dengan pacar premannya itu, tapi kenyataannya mereka terus berhubungan. Manik mata Adara menyiratkan kesungguhan. Dianti hanya bisa memper
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-05
Baca selengkapnya

27 — Kamu Mengajak Emma Juga?

Adara tidak akan tertipu. Paling Ansel hanya main-main seperti sebelumnya. "Lakukan saja!""Baik kalau itu yang kamu inginkan," ucap Ansel senang. Dia menyeringai lebar, langkahnya semakin mendekat pada Adara. Dia menyudutkan wanita itu hingga mereka sama-sama terjun bebas ke atas ranjang. "Kamu mau gaya apa? Atas, bawah, belakang, samping?""Apa saja," jawab Adara datar. Dia memasang muka santai meskipun tidak dipungkiri dalam hati dia takut setengah mati. Bagaimana kalau Ansel benar-benar melakukannya? Apa yang akan dia katakan pada Ben? "Kamu masih bisa tenang?""Tentu. Kamu nggak akan bisa menggoyahkanku." Ansel merasa tertantang. Dia mengalihkan jari-jarinya ke atas kemeja yang dikenakan istrinya, lalu membukanya satu persatu. Ditatapnya Adara dengan penuh dendam, namun anehnya Adara masih diam. Wanita itu juga tidak histeris bahkan hanya membiarkan Ansel melakukan apa yang dia mau. Sampai titik dimana Ansel merasa Adara serius dengan ucapannya, pria itu akhirnya mundur. "Ngga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-08
Baca selengkapnya

28 — Hei, Ngapain Buka Baju?

Ansel kebingungan menjawab pertanyaan Adara karena dari jarak dekat Emma sedang melirik mereka. Wanita itu tidak suka kedekatan antara mereka. "Bukan aku," ucap Ansel singkat. Dia berjalan ke arah Emma memeluk lengan kekasihnya yang baru saja kembali dari Bali."Kamu kelihatannya nggak senang melihatku," ucap Emma dengan muka ditekuk. Sejujurnya Ansel memang tidak suka melihat Emma. Kedatangan Emma yang tiba-tiba di kantor membuatnya cemas. Bagaimana kalau dua wanita itu saling bersitegang? Ansel tidak mungkin membatalkan janjinya pada Adara sementara dia tidak bisa mengusir Emma. Jadilah mereka bertiga harus berjalan bersama layaknya saudara tiri. "Senang. Hanya saja aku kesal kalau kamu nggak memberiku kabar. Seenggaknya aku bisa menjemput kamu," alibi Ansel."Masa? Kupikir kamu senang kalau aku nggak pulang," sungut Emma. "Kamu kenapa sih sensitif melulu?" Ansel memeluk pinggang kekasihnya sebelum akhirnya masuk ke dalam gedung bioskop. Ketika melihat Adara hanya diam, Ansel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-09
Baca selengkapnya

29 — Meminta Maaf? Kenapa?

Ansel menutup matanya namun setengah membuka karena rasa penasarannya. Apa yang sedang dilakukan Adara? Tanpa sadar membuka bajunya? Ansel pernah mendengar orang yang melakukan sesuatu yang aneh saat itu tapi baru kali ini melihatnya secara langsung."Eh, stop!" pekik Ansel sembari melempar selimut ke arah Adara. Wanita itu hampir saja melepas semuanya. Catat! Semuanya! Ansel harus memeluk istrinya sebelum semuanya terlambat. Selimut tersebut dililit begitu kuat agar Adara terdesak. "SADAR, ADARA! WOY! SADAR! KAMU SUDAH GILA?"Perlahan kelopak mata wanita itu membuka. Dengan linglung dia menatap Ansel. "Ngapain peluk-peluk?""Pegang kuat-kuat kalau kamu mau aku menyingkir!"Ansel mengisyaratkan Adara untuk memegangi selimutnya sebelum akhirnya dia bangkit. Masih dengan linglung, Adara melakukan apa yang diminta Ansel. Dia baru menyadari kalau ada yang salah dengan dirinya ketika melihat pakaiannya yang berserakan di lantai bawah."Kamu melakukan apa sampai bajuku terbuang?"Ansel meno
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-11
Baca selengkapnya

30 — Kecupan Itu Berubah Menjadi...

Adara mundur teratur, dia berjalan pelan ke lantai bawah. Sebisa mungkin dia tidak menimbulkan suara namun langkahnya tiba-tiba dipercepat. Dia ingin segera pergi dari sana, sejauh mungkin. Apakah dia malu? Tentu saja. Dia terang-terangan pulang ke rumah hanya untuk melihat apakah Ansel baik-baik saja, namun yang dilihat justru dua bibir yang saling menyatu. Apa-apaan itu?"Kenapa teleponnya harus mati? Oh, mereka nggak mau diganggu ya?" sengit Adara. Dia sudah sampai di depan pintu rumahnya ketika terdengar suara Ansel memanggil. Masa bodoh. Adara tidak akan tertipu. Dia semakin mempercepat langkahnya, menghindari pria menyebalkan itu.Ansel berhasil menyusul tapi Adara sudah masuk ke dalam mobilnya.Dugh! Dugh! Dugh!"Buka!" pinta Ansel. Kepalan tangannya menggedor jendela mobil wanita itu. Adara sekilas melirik tapi tidak berniat membukanya. Dia malah menekan gas dan pergi dari sana, tidak peduli Ansel terseret mobilnya. Dia sempat melirik ke arah spion tengah tapi tidak melakuka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status