Home / Romansa / Bukan Jodoh Idaman / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Bukan Jodoh Idaman: Chapter 51 - Chapter 60

108 Chapters

51 — Sudah Kenyang?

Ada yang tidak beres dengan tubuh Adara. Bangun tidur tubuhnya terasa kaku Begitu juga dengan kepalanya yang tidak bisa berdiri dengan tegak. Apa yang sedang terjadi? Apa karena beberapa hari ini dia tidur di rumah sakit dan sering begadang hanya untuk memastikan neneknya sudah bangun atau belum, kondisi tubuhnya jadi tidak memungkinkan?Marina yang melihat kelesuan Adara segera menghampiri. "Kamu baik-baik saja?"Adara mengangguk ragu, "Baik, Tan.""Tapi kamu kelihatan pucat loh. Istirahatlah dulu di rumah. Biar Tante saja yang menunggu di sini. Nanti juga Mimi ikut bergantian. Lagi pula papa kamu juga sering datang. Kamu nggak perlu cemas soal nenek. Tante akan segera menghubungi kamu kalau nenek sudah sadar," ucap Marina bijak.Adara ingin begitu tapi dia enggan meninggalkan neneknya. "Aku pesan satu kamar saja yang dekat di sini, Tan, biar nggak bolak-balik.""Tidur di rumah sakit beda sama tidur di rumah, Dara. Lagian ke mana sih suami kamu kenapa beberapa hari ini dia nggak non
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

52 — Aku Bahkan Tahu Kamu Punya Tahi Lalat

"Kenyang? Kamu pikir aku makan makanan kamu?" sungut Adara sebal. Ansel pura-pura percaya, "Ya sudah." Dia mengambil helmnya dan memberikannya pada Adara tapi wanita itu menolak."Jam segini Jakarta macet. Kamu nggak bisa sampai rumah sakit tepat waktu," ucap Ansel tanpa ada paksaan. Dia masih mengulurkan helm tersebut sampai istrinya menerimanya."Aku bisa naik ojek online," elak Adara."Oke."Mengherankan kalau Ansel tiba-tiba mengiyakan. Dia hanya menunggu Adara melakukan sesuatu. Adara mengambil ponselnya dan memesan ojek online yang paling dekat dengannya. Sekian menit ditunggu, ternyata tidak ada ojek yang berhasil masuk ke perumahannya karena memang jalanan macet. Dia harus menunggu sekitar tiga puluh menit untuk mendapat tumpangan.Ansel menebak bahwa Adara tidak berhasil memesan ojek online. Terlihat jelas dari wajahnya yang manyun. Pria itu mengayunkan helmnya kembali, "Yuk! Mumpung aku belum berubah pikiran. Lagian kalau naik motorku juga sama saja kayak ojek."Adara tida
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

53 — Kamu Harus Ke Rumah Sakit Sekarang Juga

Adara berniat melempar sesuatu tapi tidak ada benda apapun di sampingnya kecuali vas bunga. Tidak lucu kalau tiba-tiba dia harus membawa Ansel ke rumah sakit karena kecerobohannya.'Nyebelin!! Kenapa pakai sebut tahi lalat? Kenapa juga aku lupa kalau dia sudah melihatnya? Ya Tuhan, apakah ini karma? Nggak mungkin. Ansel yang harusnya kena karma karena sudah mempermainkan aku' batin Adara geram."Jangan coba-coba buat aku berubah pikiran. Meskipun kamu berlagak baik, kenyataan kamu menghamili Emma nggak akan berubah. Kamu tetap bersalah mempermainkan kehamilan pacar kamu dan istri kontrak kamu," tegas Adara.Ansel rasa dia perlu mengatakan yang sebenarnya. "Emma nggak hamil. Aku hanya berbohong sama kamu karena rasa bersalahku. Aku pikir dengan aku kembali padanya, aku bisa membereskan rasa bersalahku. Tapi ternyata aku lebih nggak bisa melihat kamu sendirian. Apalagi disaat aku berbuat kesalahan. Maaf, Adara. Kali ini aku benar-benar akan berusaha menjadi suami sesungguhnya untuk kamu
last updateLast Updated : 2024-04-10
Read more

54 — TRIK APA YANG COBA KAMU MAINKAN?

"Kenapa? Ada apa? Kenapa muka kamu tegang begitu, Dara?" tanya Ansel kebingungan. Setelah menerima telepon, wajah Adara berubah drastis."Kita harus ke rumah sakit sekarang juga," ucap Adara dengan suara bergetar.Mendengar kata rumah sakit, Ansel sudah tahu apa yang menjadi kekhawatiran istrinya. Dia bergegas mengambil kunci mobil, selalu menarik tangan Adara yang tidak bergerak sama sekali. Wanita itu terlihat linglung. Wajar memang. Kalau sudah ada telepon dari rumah sakit, pasti terjadi sesuatu dengan Dianti. Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi pada wanita tua itu.Sepanjang perjalanan, Adara tidak bereaksi sama sekali. Entah apa yang dia pikirkan tapi Ansel berusaha untuk menenangkannya dengan menggenggam jemarinya penuh kelembutan. Sesampainya mereka di rumah sakit, Ansel segera membawa istrinya untuk menemui Dianti di ruangannya. Ternyata Dianti dibawa kembali ke ruang ICU karena kondisi yang memburuk.Lagi-lagi Adara bereaksi datar. Baru setelah melihat papanya berdiri m
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

55 — Kenapa Dia Tiba-tiba Ngirim Ini?

Ansel baru saja bangun dari tidurnya ketika Adara berteriak di telepon. Sontak saja dia menjauhkan benda tersebut agar gendang telinganya tidak pecah."Apa?" tanyanya tanpa dosa."KATANYA KAMU DAN EMMA MAU BERTUNANGAN. APA ITU BENAR?""Dara, bisa nggak pakai suara santai saja? Aku nggak budeg.""INI SUDAH SANTAI!"Ansel tidak mungkin bisa menang dari istrinya kalau emosi istrinya masih menggunung. "Oke, oke. Aku yang santai. Aku akan jelaskan jadi kamu dengarkan! Aku nggak akan mengulanginya.""JELASKAN KALAU BEGITU!""Emma hanya mengada-ngada soal pesta pertunangan kita. Aku baru dengar dari Gio kalau dia mengumbar berita itu hanya untuk sensasi belaka. Karena hubungan kami memang sedekat Itu jadi orang-orang pasti percaya. Yang aku heran kenapa kamu masih saja percaya dengan berita hoaks itu sih? Apa kamu nggak percaya padaku, Adara?"Adara diam. Dia mencerna kata-kata Ansel. Sejujurnya dia percaya pada Ansel tapi entah kenapa setelah mendengar ucapan Mimi, dia jadi naik darah. "Aku
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

56 — BEN AWAS!

Adara termangu.Sepasang sepatu kets yang sulit didapatkan karena Adara hanya menginginkan corak tersebut, terpampang jelas di matanya. Adara mengingat jelas dimana Ben bisa mendapatkannya. Bukan di toko barang-barang branded tapi di sebuah situs jual beli yang harganya lumayan fantastis waktu itu.Ben sendiri tidak mau menggunakan uang Adara, dia ingin membelinya dengan uangnya sendiri sebagai bukti dia bisa mencari uang dari hasil kerja kerasnya.Namun sayang, Adara melupakan sepatu itu karena tertinggal di basecamp Ben. Sekarang setelah dia mengingatnya, dia merasa terpukul. Perjuangan untuk bersama Ben sangat sulit. Kalau dia melepaskan Ben hanya karena Ansel, dia merasa buruk menjadi wanita yang pernah menjadi kekasih Ben."Kamu pesan paket?" tanya Ansel tiba-tiba muncul di belakang Adara."Eh, nggak," jawab Adara gugup. Dia menutup kembali kotak tersebut karena takut ketahuan Ansel. "Nggak pesan apa-apa.""Lalu kotak itu?""Oh, ini? Eh, iya. Ini memang paket tapi bukan aku. Tema
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

57 — Insiden Berujung Masuk Rumah Sakit

Adara menggenggam erat ujung baju Ben. Dia ketakutan melihat lawan main Ben yang terjatuh lalu terseret hingga beberapa meter. Adara tidak mengira jika dalam jalur lurus mereka bisa saling menabrak.Wanita itu meringkuk gemetar di belakang punggung Ben. Kendaraan mereka berhenti di tepi jalan, menunggu kendaraan lawan berhenti berputar. Setelah lelah mengitari jalan akhirnya motor tersebut menabrak tiang pembatas jalan. Sang pengendara motor sudah terpental entah berapa kilometer. Adara melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau pengendara itu terlempar dan terdengar bunyi brakk cukup keras. "Kita harus pergi!" ucap Ben. Kalimat yang tidak seharusnya dilontarkan oleh mantan pacarnya itu membuat Adara terbengong. "Hei, kok malah melamun sih. Ayo, kita jalan lagi! Pegangan yang erat soalnya aku mau ngebut."Adara menarik ujung baju Ben karena Ben harus bertanggung jawab atas perbuatannya. "Kamu nggak boleh pergi gitu aja, Ben! Seenggaknya bantu dia atau cek kondisinya. Minimal empati
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

58 — JANGAN PERNAH CINTAI AKU!

Radit buru-buru menghampiri asisten rumah tangganya dan menanyakan bagaimana keadaan Dianti. Dia baru keluar untuk mencari sesuatu ketika ibu mertuanya pingsan. Pria itu langsung meluncur ke rumah sakit setelah mendapat telepon dari asisten rumah tangga mereka. Wanita yang telah mengabdi pada keluarga Dianti selama beberapa generasi itu menunduk sedih. "Kata dokter kondisi Nyonya kritis, Pak. Katanya lagi kita harus siap menerima segala kondisi karena suatu saat kondisi nyonya bisa mengalami penurunan. Saya benar-benar takut, Pak. Saya minta maaf karena tidak bisa menjaga Nyonya dengan baik. Kalau saja saya mengusir bapak-bapak polisi itu, mungkin nyonya akan baik-baik saja." Air matanya luruh setelah mengucapkan kalimat panjang itu. Dia tak kuasa menahan tangis karena Biar bagaimanapun Dia sangat ingin Dianti berumur panjang.Radit melipat keningnya, "Bapak-bapak polisi? Untuk apa mereka datang?""Itu," ucap asisten rumah tangga itu dengan sedikit ketakutan. "Coba jelaskan, Mbak. S
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more

59 — SAYA AKAN MENGGUGATNYA!

"Kamu nggak bisa berbuat begini, Dara? Emangnya aku ini sampah yang bisa kamu daur ulang seenaknya? Tolong jangan hubungkan kematian nenek kamu dengan pernikahan kita. Aku sudah bilang sama kamu kalau aku mau berjuang dari awal sama kamu. Tapi Kenapa kamu berusaha untuk menendangku?" sentak Ansel tidak terima.Adara tidak ingin peduli. Kematian neneknya memang menjadi topik sensitif yang masih belum dia selesaikan. "Jangan usik aku kalau kamu masih mau tinggal di sini. Oh, ya, soal kantor kamu nggak perlu pusing. Aku bisa meng-handle semua urusan. Kamu kan bukan pemilik sesungguhnya.""Nggak bisa! Kalau aku diam di rumah, aku dan kamu akan semakin jauh. Aku tetap ingin bekerja di kantor. Lagipula kamu nggak bisa memecat direktur seenaknya."Adara menertawakan kesombongan Ansel yang baginya hanyalah gertak sambal. "Bilang aja kalau kamu mau harta nenek. Oke kalau kamu memang menginginkannya, aku akan memberikan tiga puluh persen untuk kamu atas semua kerja keras kamu."Ansel tidak tahu
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

60 — Aku Memang Bosan Hidup Kalau Tanpa Kamu

"Tante jangan bicara sembarangan. Aku nggak pernah melakukan perjanjian apapun sama nenek apalagi sampai harus meminta warisan sebanyak itu. Kalaupun nenek melimpahkan banyak aset sama aku, itu berarti nenek percaya sama aku, Tante, bukan sama Mimi. Lagipula yang selama ini membantu nenek adalah aku bukannya Mimi. Bukan begitu, Mi?" tanya Adara pada Mimi yang sedari tadi hanya menunggu untuk bicara. Mimi mengakuinya. Dia juga tidak masalah berapapun yang akan dia dapatkan. "Ma, sudahlah. Aku nggak apa-apa. Jangan meributkan hal sepele begini. Kasihan nenek kalau nanti kita meributkan warisan. Lagian kak Dara benar kalau aku nggak pernah berjuang untuk mengembangkan usaha minimarket nenek. Aku cukup senang dengan apartemen yang aku dapatkan." Pikiran Mimi terlalu terbuka dan santai. Hal itulah yang membuat Marina kesal. "Kamu ini bukannya membela mama. Pokoknya mama nggak suka kamu direndahkan begini. Sama-sama cucu harusnya dapat bagian yang sama," ucap Marina pantang menyerah."Ma
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status