Home / Romansa / Bukan Jodoh Idaman / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Bukan Jodoh Idaman: Chapter 91 - Chapter 100

108 Chapters

91 — Maksudnya, Dara?

"Oh, jadi kamu nggak bertemu dia lagi. Ya sudah, Mi. Maaf ya udah ganggu kamu malam-malam gini. Lanjutin sama tidurmu!" ucap Adara akhirnya. Jujur dia kecewa mendengar pengakuan Mimi tapi dia tidak bisa menghardik Mimi karena Mimi pasti punya alasan untuk menyembunyikannya. Terdengar suara selimut yang bergesekan. Adara menoleh ketika sang suami memeluk pinggangnya dari samping. "Kenapa belum tidur?" tanya Ansel dengan suara seraknya. Setengah matanya menutup tapi bibirnya tersenyum manis. "Menghubungi seseorang sebentar, Mas," ucap Adara. "Siapa?" tanya Ansel curiga. Kelopak matanya sepenuhnya terbuka. "Siapa yang kamu telepon malam-malam begini?""Itu ... Mimi."Giliran muka Ansel berubah bingung. "Mimi? Soal kantor?""Nggak. Tadi sore aku melihat dia bertemu Emma. Ya aku tanya kan karena penasaran. Tanyanya nggak to the point, cuma nanya apa masih sering bertemu. Tapi Mimi bohong katanya nggak pernah kontakan lagi sejak musuhan," jelas Adara. Dia berbaring karena mendapat tarik
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

92 — Menguak Masa Lalu

Dengan senyum manis, Adara menjawab, "Saya ingin satu kali pertemuan saja, Miss."Ziva terlihat kecewa berat. "Kamu pasti sangat marah dengan sikap Ibu Anis. Saya akan tegur Ibu Anis agar kamu tidak lagi sungkan kalau masuk kelas. Saya janji akan membuat kamu nyaman kembali, Dara."Ziva tidak akan pernah rela kalau salah satu anggota potensial yang dia miliki harus pergi karena kesalahpahaman. Dia akan membantu menyelesaikan masalah mereka agar tidak ada lagi ganjalan yang membuat keduanya bermusuhan. Sebagai coach sudah sepantasnya dia mendamaikan anggotanya. Dengan sungguh-sungguh dan tekad yang kuat, Ziva menyentuh telapak tangan Adara. "Kamu jangan cemas. Saya selalu membela yang benar. Tidak ada bedanya mau anggota lama atau baru, saya tetap membela yang pantas untuk dibela. Kalau perlu saya minta Ibu Anis untuk bicara sama kamu, meminta maaf secara langsung."Adara bukan tipe pendendam, meskipun sesekali dia sering membalas dendam pada orang-orang yang jahat padanya. Kalau buka
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

93 — Merindukan Masa Lalu

"Loh? Lamaran tiba-tiba? Ini maksudnya apa sih, Ma? Kenapa Mama tiba-tiba mengatakan soal perundungan atau apapun itu yang aku bahkan nggak mengerti. Please, tolong jelasin sama aku, Ma!" tuntut Candra sambil menutup laptopnya dan menaruhnya di sampingnya. "Apa yang kamu lihat tadi?""Ini nggak ada hubungannya dong sama apa ya Mama bicarakan tadi.""Tentu saja ada. Sekali lagi Mama tanya, Apa yang kamu lihat tadi? Siapa yang kamu lihat? Suami siapa yang kamu perhatikan?" tuntut Ziva balik. Awalnya dia tidak percaya kalau putrinya menstalking suami orang. Ketika melihat buktinya dengan mata kepalanya sendiri, Ziva seakan syok dengan perubahan putrinya itu. Candra tidak gelagapan sama sekali karena dia pikir mamanya tidak akan tahu siapa yang dia lihat sedari tadi. "Cuma teman yang lewat di berandaku. Dia masih single kok belum punya istri jadi aku sah-sah aja kalau ngeliatin, Ma. Jangan terlalu baper deh, Ma.""Baper katamu? Coba buka lagi laptopmu! Mama mau lihat pria single mana ya
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

94 — Mau Kemana Suamiku?

Makam yang rutin dibersihkan oleh penjaga yang ditugaskan Radit, terlihat bersih terbebas dari rumput-rumput liar. Sudah bertahun-tahun lamanya wanita yang disemayamkan di dalam sana, meninggalkan keluarga kecil yang seringkali berdebat. Terutama jika menyangkut anak semata wayang mereka. Ada banyak penyesalan yang membuat anak dan ayah itu sulit untuk berkomunikasi. Namun pada akhirnya setelah banyak masalah yang terjadi, kini mereka berhasil mengatasi penyesalan tersebut. Adara menabur kelopak bunga mawar ke atas gundukan tanah tersebut. Sesekali dia mengusap nisan yang bertuliskan nama mamanya. Chelsea Anggraeni. Kalau dulu wanita itu pasti menangis tapi sekarang dia sudah sanggup merelakan kepergian mamanya. Wanita yang sudah tumbuh dewasa itu menceritakan segala kisah yang dialaminya. Meskipun di sampingnya ada Radit dan juga suaminya, dia tidak sopan mengatakan bahwa dia tidak menyesal telah menikah dengan suaminya sekarang."Seandainya Mama masih ada pasti Mama akan menyukai
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

95 — Berbaik Hati

Adara harus mundur dari antrian karena satpam memintanya untuk keluar dari barisan. Wanita itu terpaksa beralih ke belakang kemudi karena Ansel tidak juga kembali. Penasaran dengan siapa yang menabrak mobil mereka membuat Adara mencari tahu di mana lokasi pemberhentian kendaraan itu. Di area pojok pagar yang berbatasan dengan trotoar jalan, dia melihat Ansel keluar dari mobil yang menabrak mereka tadi.Serentak Adara menghentikan mobilnya. Dia turun dari mobil lalu melangkah dengan tergesa-gesa menuju suaminya. Terlihat lengan suaminya ditarik seseorang dari dalam. Kalau pengendara mobil itu berani melakukan tindakan yang ekstrim, berarti suaminya mengenal siapa orang itu."Ansel," panggil Adara pelan.Ansel menoleh, sekilas dia menunjukkan tanda kekhawatiran. "Tunggu di sana!"Refleks Adara langsung berhenti. "Kenapa?"Ansel melepaskan secara paksa tarikan itu. Dia berlari menuju istrinya. "Maaf, Sayang. Aku nggak sengaja ninggalin kamu. Aku baru mau kembali ke sana. Yuk!"Adara tid
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

96 — Sifat Lain Dari Emma

"Kamu yakin kan kalau dia nggak lagi kerasukan?" tanya Adara tidak percaya ketika suaminya mengatakan bahwa Emma mengundang mereka untuk makan malam di sebuah cafe. Satu hal yang paling mustahil di dunia ini adalah Emma tiba-tiba berubah baik. Selama ini wanita itu tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kebaikan hatinya atau merelakan mantan kekasihnya, lalu hanya karena pertolongan kecil itu dia tiba-tiba berubah? Mustahil kan?Ansel berpura-pura memikirkan pertanyaan istrinya. Cukup lama dia mengheningkan cipta sebelum akhirnya menjawab, "Kayaknya sih nggak. Orang cara bicaranya aja sama.""Lalu waktu dia ngomong begitu, dia langsung pergi?"Ansel mengangguk yakin. "Iya. Dia cuma bilang luangkan waktu kalian malam ini karena aku ingin berterima kasih atas bantuan kalian. Di cafe Rainy jam tujuh."Adara masih tidak habis pikir apa yang terjadi sebenarnya. "Tapi kalau kita menolak, bukannya dia akan semakin benci sama kita? Ya udah deh apa boleh buat, kita siap-siap sekarang saja. Mump
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

97 — Sok Bijak?

"Sayang, apa yang kamu bicarakan?" sahut Ansel. Antara kesal dan gemas, dia menarik kursinya akan lebih dekat dengan istrinya. "Sudah aku katakan berkali-kali kalau aku dan Emma nggak pernah melakukannya."Emma merasa tersindir karena Ansel mengatakan yang sejujurnya. "Ya, emang nggak pernah sih. Tapi kalau hampir melakukannya sih sering. Siapa juga yang nggak terpikat oleh rayuan mautku?"Adara mulai menyesal kenapa dia hampir mempercayai sikap baik Emma. "Aaa, jadi kamu suka merayu ya?""Nggak juga. Banyak pria yang tergoda olehku meskipun aku nggak merayunya," puji Emma pada dirinya sendiri. Lalu dia sengaja melirik Ansel. "Tergoda tapi bukan berarti Bisa memiliki. Contohnya suamiku ini karena dia berhasil keluar dari godaan maut kamu," sahut Adara tenang. "Apa kita akan masih membahas masalah ini? Bukannya tujuan kita datang kemari untuk makan malam?""Tentu saja. Kamu kan udah mulai duluan. Oke, karena aku nggak mau merusak suasana jadi kita makan saja. Aku juga udah lapar," uca
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

98 — Awas, Kak!

"Iya! Sok bijak! Nggak semua hal bisa diceritakan pada orang lain termasuk saudara sendiri. Jadi tolong berusahalah untuk nggak ikut campur dalam permasalahanku selagi aku bicara baik-baik, Kak," tegas Mimi. Ketakutannya lah yang membuat dia harus memaksa dirinya untuk bersikap kasar. Adara menatapnya dengan nanar. "Kamu sudah banyak berubah. Ingat terakhir kali kita menginap bersama? Kamu bahkan membela Kakak daripada dia. Sekarang kamu justru bersikap seolah kamu nggak mau dia tersakiti. Apa yang udah dia perbuat sampai kamu berubah begini?"Mimi memutar bola matanya setengah jengah. "Aku nggak peduli dengan apa yang kakak pikirkan yang jelas sekarang aku mau pergi! Ada banyak hal yang harus aku lakukan. Kalau kakak nggak mau di sini ya udah pergi sana! Lagi pula aku bisa minta Gina untuk mengcover pekerjaan." Kalimat pedas itu menjadi penutup perdebatan mereka. Mimi akhirnya berbalik pergi meninggalkan Adara yang masih menatap nanar pada kenyataan yang dia terima. "Kamu bahkan n
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

99 — Panggil Saja Haikal!

Mimi refleks menopang punggung Adara dengan tubuhnya. Punggung Mimi terantuk badan mobil dan menimbulkan suara lumayan keras. Pria yang mendorong Adara tadi, malah menatap sengit pada Mimi karena upayanya menjatuhkan Adara tidak berhasil."Hei, aku akan membuat perhitungan sama kamu," tuntut Mimi murka. Dia membantu Adara untuk berdiri, "kakak nggak apa-apa?"Adara menyentuh perutnya dengan cemas. Dia tidak merasakan sesuatu yang aneh dari perutnya. Apa ini pertanda bahwa getaran tadi tidak berakibat buruk padanya? "Kak," panggil Mimi lagi. Dia khawatir karena Adara diam saja."Tidak apa-apa. Kamu gimana?" tanya Adara yang segera tersadar dari lamunannya. "Nggak apa-apa, Kak.""Ada apa?" Suara seseorang menginterupsi mereka. Adara mengerutkan keningnya karena dia tidak mengenal siapa pria itu. Tapi dilihat dari kamera yang dia bawa, mungkin saja pria itu fotografer."Ini, Mas, Roy bikin ulah," adu Mimi. Dia jelas tahu siapa pria yang bertanya tadi.Pria yang usianya lebih tua dari p
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

100 — Kak, Aku Takut Hamil

Adara merasa Haikal bersikap aneh. "Em, aku bicara dengan suami dulu ya. Soalnya kan nggak mungkin aku pergi tanpa ijin dari suami."Perubahan wajah Haikal terlihat jelas. Kesal, marah dan tidak suka. Kenapa? "Oh, aku aja yang minta ijin sama suami kamu. Mana kontaknya?"Kenapa Haikal seperti memaksa? Padahal niat Adara mengatakannya hanya untuk menghindar dari ajakan makan malamnya. Adara bergerak kebingungan. Apa yang harus dia katakan agar Haikal mengerti. "Em, kalau sekarang kayaknya nggak bisa deh. Nanti saja aku minta ijin secara langsung. Kalau udah nggak ada yang perlu diomongin, aku mau pamit dulu."Haikal menyentuh pergelangan tangan Adara tanpa pikir panjang. "Tunggu dulu!"Adara menarik lengannya tanpa berniat menyakiti hati pria itu. "Ada apa?""Gimana caranya kamu ngasih tau aku kalau kita nggak tukeran nomor?"Benar juga. Adara bahkan tidak ingat kalau mereka perlu melakukannya. Tapi, dia tidak berniat memberikan nomornya pada orang asing. 'Ayo, Adara, coba pikirkan c
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status