All Chapters of Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan: Chapter 61 - Chapter 70

83 Chapters

Bab 61

Sepupuku itu sontak menoleh. Namun, buru-buru membuang pandangan ke arah lain barangkali karena tak ingin aku melihat wajahnya yang memerah, juga basah karena air mata. Hanya saja, walaupun ia susah payah menyembunyikan tangis, tapi ak tak tuli. Jelas-jelas, tadi aku mendengar isakannya. Bahkan, tubuhnya yang saat ini terlihat kurus itu pun sedikit terguncang. Tidak mungkin kam terguncang tanpa sebab?Pelan, aku mendekati Alana. Harap-harap cemas kalau kali ini tak mendapatkan penolakan seperti yang lalu-lalu. Di mana, dia seolah tak mau melihatku, sampai menganggap diri ini sebagai penyebab luka hati dan batinnya. Padahal, jika ditelisik, aku lebih terluka karena ulahnya. Tapi, ah sudahlah! Aku tak ingin membahas masalah itu lagi. Sekarang, aku sudah sangat bahagia bersama Nizar. Dan sudah kututup perihal Adrian dari hidup ini sedari ia berkhianat tanpa belas kasih. “Alana, apa yang kau lakukan di sini sendirian?” tanyaku s
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more

Bab 62

BRAK!Seorang pria tiba-tiba datang dan menarik tubuh Adrian hingga terpental beberapa meter dan langsung tersungkur ke lantai.Aku mengatur napas ketakutan sampai Nizar yang sejatinya gak kutahu kenapa bisa berada di sini mendekatiku.Raut cemas tercetak jelas di wajahnya.“Kamu gak apa-apa kan, Sayang?” tanyanya khawatir sambil mengusap-usap pipi ini. Aku menggeleng pelan, sontak memeluknya dengan sangat erat. Paling tidak, hati ini sedikit tenang karena menemukan perlindungan darinya. Dapat kurasakan, tangan Nizar bergerak mengusap-usap kepalaku. Sesekali mencium daun telinga ini.“Jangan takut. Aku sudah ada bersamamu, Sayang,” lirih Nizar.Usut punya usut, api pertengkaran yang kupikir sudah padam, justru kembali disiram bensin oleh Adrian.Dia menarik tubuh Nizar dengan kasar hingga terpaksa lepas dari pelukanku. Karena tak siap dengan serangan Adrian, sehingga Nizar tak bisa mengendal
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 63

Di rumah, sepulang dari kantor, Ibu mertua syok melihat wajah anak semata wayangnya babak belur. Dengan raut cemas, Ibu bertanya. “Astaga, Nak. Kenapa muka kamu jadi babak belur begini?”“Berantem tuh anak Ibu,” jawabku langsung duduk di sofa. Tanpa segan mencomot potongan apel pada piring di pangkuan Putri.“Ini cuma luka memar dikit, Bu. Gak perlu cemas gitu, ah,” simpul Nizar tak mau membuat sang ibu cemas berlarut-larut. Demi menyakinkan surganya itu, ia melepaskan tangan sang ibu dari wajahnya dan menuntun wanita itu untuk duduk. “Kadang-kadang, pria kalau punya masalah menyelesaikan kudu baku hantam, Bu.”“Halah! Sok-sokan menyelesaikan masalah dengan baku hantam. Uncle udah babak belur begitu. Gimana coba kalau matanya keluar sebiji?” Putri geram, “amit-amit punya uncle matanya juling.”Nizar mendelik tajam ke arah keponakannya itu. “Heh, ngomong sembarangan kamu!”“Udah, jangan berantem mulu.” Ibu menengahi kuc
last updateLast Updated : 2024-05-12
Read more

Bab 64

“Huft!”Aku meletakkan kepala pada sandaran kursi sambil menghela napas pelan, sesekali memijat tengkuk paling tidak untuk meredakan pegal. Barangkali karena terlalu banyak menunduk, jadi leher terasa seperti ingin patah. Semenjak hamil, memang tubuhku kadang-kadang terlalu cepat lelah. Walaupun nyatanya yang paling banyak merasakan efek kehamilan pertamaku ini justru Nizar.Pusing, mual, sampai kram dialaminya di trimester pertama ini. Dan konon katanya, trimester kedua akan mereda, lalu berlanjut kembali di trimester tiga. Untungnya, Nizar orangnya sabar. Jadi, gak banyak ngeluh walaupun mukanya keliatan pasrah banget. “Hm. Capek banget,” ucapku pelan, beralih mematikan laptop. Tangan ini kemudian terulur mengusap-usap perut yang agaknya juga semakin membuncit. “Sayang, kamu yang kuat di dalam, ya. Temani Bunda kerja, Nak.”Iseng, aku meraih ponsel yang tergeletak di meja setelah melihat jam hampir masuk
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

Bab 65

Kala pertanyaannya tak kunjung dijawab, Nizar seketika menyeringai sinis. “Mau nyakitin Ibu lagi?!” bentaknya. Tatapannya menukik tajam bagai kucing yang hendak menerkam mangsa. “Apa Ayah belum puas sudah menghancurkan Ibu?”Kami diam saja melihat Nizar memarahi ayahnya sendiri, mungkin kali ini suamiku itu memang hendak melampiaskan unek-uneknya terhadap Ayah Adinata yang telah mengkhianati keluarga.“Tidak, Nak. Ayah ke sini sama sekali tak berniat untuk menyakiti Ibumu,” kata Ayah mertua. Dari raut wajahnya, setidaknya aku bisa melihat perasaan bersalah dan sebuah penyesalan. Namun, sekali lagi aku tak begitu pandai membaca ekspresi jadi tidak bisa menyimpulkan kebenaran. “Lalu apa? Mencari maaf Ibuku?” tanya Nizar lagi, tapi tak dijawab oleh sang ayah. “Setelah dimaafkan, kau memintanya kembali padamu?”“Tidak Ayah! Aku gak akan pernah rela ibuku kembali pada laki-laki pengecut sepertimu.”“Pulangla
last updateLast Updated : 2024-05-26
Read more

Bab 66

“Bu Divya, saya benar-benar minta maaf karena pertemuan ini menyebabkan masalah pada hubungan dengan suami Anda,” kata Dev yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangku. “Tapi jangan khawatir, Bu. Saya akan membantu Anda menjelaskannya padanya.”Aku menghela napas panjang. “Terima kasih, Pak Dev. Tapi, saya rasa tidak perlu. Nanti saya yang akan menyelesaikannya sendiri,” ucapku tersenyum ramah. “Kalau begitu, saya pamit dulu, Pak Dev. Foto yang tadi, dikirim ke saya, biar saya bisa bantu mencari tau,” ujarku lagi sebelum akhirnya berlalu ke kantor.Tiba di ruangan, aku mendaratkan bokong dengan sedikit kasar di kursi kebesaran ini kata orang.  Sesekali, mencoba menghubungi Nizar, tapi teleponnya hanya berdering, tak ada jawaban sama sekali. Sudah berulang kali mencoba, tapi hasilnya tetap sama. Tak digubris. “Astaga ... sabar, Divya! Normalisasi suami cemburu karena mungkin sindrom couvade-nya lagi kumat,” ucapku seraya
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Bab 67 (POV NIZAR)

Tiba di ruangan setelah mengantar Divya bekerja, aku menghempaskan bokong ke kursi sesekali memutarnya seraya menghela napas yang sedikit berat. Kening yang malah ikut-ikutan berat, kupijat pelan, lalu membuka laptop dan mulai bekerja. Ketika hari mulai beranjak siang, aku bangkit dari dudukku dan berjalan ke dekat dinding kaca. Berdiri di sana seraya menatap suasana cerah ini dari atas ruangan kantorku.Pikiran tentang obrolan dengan Ayah kemarin kembali berdesakan dalam kepala, menganggu ketenangan pikiran ini.“Raymond group dalam masalah, Nizar. Adrian sudah menyebabkan kerugian pada perusahaan,” ungkap Ayah menunjukkan kekecewaan mendalam pada anak tirinya itu.“Dia menggunakan dana perusahaan untuk bermain wanita. Tanpa Ayah tau ternyata dia juga sering membayar wanita yang berbeda-beda ke kantor. Saat ini ... situasi Raymond Group sangat krisis financial,” imbuh Ayah. Aku sama sekali tak terkejut mendengar per
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Bab 68 (POV NIZAR)

Hanya saja, saat hendak masuk mobil, Divya sudah menarik lenganku dan menghalangi pergerakan ini. Kulihat raut wajahnya tampak begitu cemas. Tatapannya pun penuh permohonan. “Mas, kenapa pergi?” tanyanya berusaha menangkap bola mata ini yang justru berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain seakan enggan menatapnya. “Pergilah, temui Dev!” cetusku dingin. Dari sudut mata yang diam-diam memperhatikan istriku, dia terlihat sedikit terperanjat mendengar nada suaraku yang ketus dan terkesan membentaknya. Karena itu, pegangannya di tanganku sedikit mengendur, meski belum dilepaskan. Aku tahu dia pasti kaget karena dibentak. ‘Ya Tuhan! Aku merasa bersalah padanya.’ “Aku dan dia ketemu untuk membahas pekerjaan, Mas. Bukan hal lain.” Divya mencoba membela diri, setidaknya kulihat bola matanya mulai berkaca. Namun, aku tidak boleh iba padanya kali ini. Aku melepaskan tangannya dariku dan buru-buru masuk ke mobil. Divya mengetuk kaca mobil berulang kali sambil terus be
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

Bab 69

Aku masih diam seribu bahasa. Enggan menanggapi permintaan maaf Divya yang kulihat sangat tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam, meski tak sedalam cintaku padanya.Walau sebenarnya, aku sangat gak kuat lama-lama marah padanya, apalagi kalau tingkahnya sudah seperti itu.Lihatlah, betapa sangat menggemaskan dirinya, minta disekap seharian di dalam kamar. Hanya saja, aku harus egois, setidaknya beberapa jam untuk membuatnya sadar akan kesalahannya.“Mas Nizar, suaminya Ivy yang tersayang dan tercinta, yang paling ganteng ... maafin Ivy, ya.” Dia mendongak padaku dan sepertinya sengaja mengedipkan mata berulang kali. Dia tahu, kalau aku paling mudah luluh, jika dia sudah seperti itu. Namun, aku sengaja mengalihkan perhatian ke arah lain sambil menggigit pipi bagian dalam, susah payah menahan senyum.Ayolah, aku tak boleh goyah terlalu cepat. Meski rasanya ingin menyeret dia ke hotel terdekat.Tanp
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

Bab 70

‘Sepertinya ide si Maesaroh gak buruk juga,’ cicitku dalam hati, sambil mengetuk-ngetuk dagu mempertimbangkan saran yang diberikan Sarah tadi. ‘Nizar mana bisa nolak kalau disuguhkan barang bagus? Ya kan? Hihi!’ Aku tertawa cekikikan dalam diam. Seketika itu juga bergidik geli membayangkan diri ini meliuk-liuk manja kayak cacing kepanasan di hadapan suami tersayang dan tercinta yang sekarang lagi ngambek. Ketika suara gemericik air dari dalam kamar mandi sudah berhenti, aku bergegas cepat untuk menyiapkan baju ganti untuk Nizar. Ah, karena terlalu larut dalam lamunan, aku nyaris lupa menyiapkannya pakaian ganti untuknya. Untungnya, karena walaupun sedang marah, dia tetap memakai baju yang kusiapkan. Jadi, setidaknya, aku masih patut bernapas lega dan merasa senang. Sedikit menyunggingkan senyum semanis gulali ini diam-diam. Ya, suamiku itu memang paling bisa menghargai usaha ora
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status