All Chapters of Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan: Chapter 51 - Chapter 60

83 Chapters

D-Day (Pov Nizar)

Divya membeku sesaat, mata indahnya melotot tajam ke arahku. Detik berikutnya, ia sontak menutup mata ini dengan satu tangannya, sedang tangan lainnya mendorong tubuhku agar enyah dari tempat barang khusus barang pribadi wanita ini. Setelah beberapa langkah, Divya melepaskan tangan dari mataku. Kini, bibirnya mengerucut. Dua tangannya berada di pinggang. “Kamu ngapain sih bawa aku ke sini?” Dia mengacungkan jari telunjuk tepat di depan wajahku. Matanya menyipit curiga. “Sengaja ya mau ngubek-ngubek rahasia wanita?”“Dasar lelaki. Mata keranjang!” decitnya. Dih, dikata mata keranjang. Padahal liat pembungkus gak seberapa dibanding liat isinya. Apalagi kalau punya istri, rasanya tuh kayak ada manis-manisnya. “Itu pembungkus doang. Isinya lebih menarik,” lirihku tapi sepertinya bisa didengar Divya. “Apa kamu bilang?” Tatapannya mengintimidasi. Aku tertawa kecil. Raut wajah wanitaku ini tampak jelas sedang salah tingka
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

Bab 52

Kali ini, wanita yang kunikahi 2 bulan itu lalu hanya terdiam. Melongo. Entah apa yang sedang ia pikirkan?Barangkali, berpikir jawaban apa yang pantas untuk menjawab pertanyaanku. “Hei, kenapa diam?” tanyaku.Dia menoleh, tersenyum canggung. Gelagatnya salah tingkah.“Aku... em....” Wanitaku itu ragu untuk sekadar mengucapkan sesuatu.Aku mengernyitkan alis, tetap menunggu jawabannya. Sudah 2 bulan menikah, tapi aku belum pernah mendengarnya mengakui perasaan, meski ia tetap menjalankan kewajiban sebagai istri. Dari sikapnya, aku sebenarnya sudah bisa menyimpulkan perasaannya. Hanya saja, aku ingin sekali mendengar ia mengatakan cinta secara langsung. Itu pun kalau tebakanku benar. Kalaupun salah, aku pastinya akan sangat kecewa. Tapi, setiap orang berhak atas perasaannya sendiri, bukan?Aku tak bisa mengaturnya. Terlebih sadar, karena aku sempat menyakitinya. “Kalaupun kamu sudah tidak mencintaiku
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Testpack?

Aku menarik napas panjang, melangkah pelan keluar kamar mandi. Namun, aku mendadak syok begitu pandangan menangkap sosok pria yang 2 bulan terakhir ini senantiasa menjadi objek bangun tidurku.Sontak saja, aku menyembunyikan testpack di balik punggung. Sedikit salah tingkah bak maling yang nyaris ketahuan habis mencuri.Entah kenapa Nizar ada di sana? Bukankah tadi, dia pamit akan salat subuh di masjid. Terus kenapa balik lagi? Pelan, aku memasukkan alat test kehamilan ini ke saku celana agar tak dilihat olehnya.“Mas, kenapa di situ? Bukannya ke masjid?” tanyaku memecahkan keheningan.Ya, setelah kembali ke rumah pasca resepsi, aku memutuskan untuk mengubah nama panggilan untuknya agar terkesan romantis. Alasan lain, karena dia misuh-misuh gak jelas kalau aku panggil nama.“Tadi mau ke masjid, tapi baru di gerbang malah kebelet mau boker. Jadi  balik lagi. Nyampe sini masih kudu nahan karena nungguin kamu di kamar mandi kayak n
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Bab 54

Ceklek!Aku membuka pintu ruang rawat Alana dan mendapati orang tua Alana dan orang tuaku saling diam-diaman. Barangkali berkutat dengan pikiran masing-masing. Ada yang tengah menopang dagu, dan di sudut lain ada yang sedang memijat pelan dahinya. Aku mengamati Alana yang terlihat sedang lemah tak berdaya. Raut wajahnya datar saja. Tatapannya lurus tampak menerawang jauh, tetapi kosong.Melihatnya, aku jadi iba. Dia pasti sangat terpukul atas kepergian buah hatinya bahkan sebelum sempat melihatnya lahir ke dunia. Namun, dalam suasana berkabung seperti ini, ke mana Adrian? Seharusnya dia ada di sini, mendampingi Alana. Kalaupun keberadaannya tak bisa mengembalikan bayi mereka, paling tidak kehadirannya bisa sedikit menenangkan suasana hati Alana.Pelan, aku menghampiri Bunda. Mencondongkan wajah ke dekat telinganya. “Bun, apa kata Dokter tentang keadaan Alana?” tanyaku nyaris berbisik. Bunda mengge
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

Bab 55

“Maafkan Alana, Nak Divya.” Tante Nur menunduk. Sekejap terisak. Sesaat kemudian, mata yang tampak memerah itu menatapku penuh permohonan. Lalu, meraih tangan ini untuk digenggamnya. “Jangan membencinya karena sikap dan apa yang telah dia perbuat padamu, Nak. Tante tau dia salah besar, tapi Tante juga tahu kalau dia dibutakan oleh cinta.”Melihat Tante Nur menangis, air mataku seketika ikut mengalir—membasahi pipi. Ah, aku memang paling tidak bisa melihat orang bersedih, apalagi disertai dengan tangisan. Karena ujung-ujungnya, aku juga bakalan ikut menangis.Sigap, aku menghapus air mata. Gak mau terlihat rapuh. Lantas, tersenyum manis, semanis gulali--yang pasti lebih manis daripada janji mantanmu. Dan memeluk Tante Nur untuk menenangkannya. “Aku gak membenci Alana, Tante. Gak akan pernah. Tante tenang saja, karena aku akan selalu ada untuk mendukung Alana,” tuturku sembari mengusap-usap punggung istri pamanku itu.
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

Bab 56

“Kalau hamil harus makan yang sehat-sehat. Terus jangan terlalu capek, apalagi stress.”Aku, Nizar, dan Papa yang saat ini sudah duduk di meja makan sama-sama terdiam mendengar Bunda memberi wejangan padaku sambil meneruskan kegiatannya membantu Bi Ina menata makan malam di meja. Tadinya, aku juga mau membantu, tapi Bunda tak mengizinkan. Suruh duduk manis saja. Padahal aku cuma hamil, bukan lumpuh. Tapi, berasa kayak dimanja banget tuh kalau begini. Dari baru datang ke rumah Bunda sampai sekarang hanya duduk, ngemil. Kalau hamil 9 bulan begini terus, yang ada tubuh idealku ini melar kayak gajah. “Sudah berapa bulan kata dokter?” tanya Bunda. Kali ini, satu tangannya sudah memegang sandaran kursiku. “2 bulan, Bun.” “Beraktivitasnya harus hati-hati banget, Sayang. Jagain calon cucu Bunda. Itu cucu pertama, loh.”Seakan tak mau kalah. Papa menyahut lebih antusias. “Cucu Papa juga tuh.”Aku dan Nizar saling be
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

Bab 57

Begitu Bu Rani pulang, aku kembali ke kamar karena sebenarnya dari tadi khawatir keadaan Nizar yang sempat mual. Takut kalau sebenarnya penyakitnya serius, bukan sindrom cow... cow apa sih tadi itu kata Bu Rani? Ah, yang intinya sindrom suami ngidam. Aku gak mau kehilangan dia lagi. Di hati ini sudah gak ada tempat untuk orang lain. Cuma ada dia seorang. Huft! Kenapa aku jadi bucin gini sih?Aku baru bisa bernapas lega ketika melihat Nizar tampak berbaring di sofa sambil mengutak-atik ponselnya, dalam keadaan baik-baik saja.Menyadari kehadiranku, ia menoleh sebentar. Lantas menggeser posisinya. Memberiku ruang untuk duduk di dekatnya. Aku membungkuk. Menarik selimutnya, hingga menutupi sampai di bahunya. “Kok belum tidur, Mas? Aku kan suruh kamu tidur aja tadi.”Tak ada jawaban. Pria bercambang tipis itu menyimpan ponsel, kemudian meletakkan kedua tangannya yang saling tertutup di bawah pipinya. “Nungguin
last updateLast Updated : 2024-04-23
Read more

Bab 58

Aku menarik napas panjang. Hendak melepaskan diri dari rengkuhan Nizar. Berniat untuk bangkit, tetapi pria ini justru memelukku semakin erat. Pada akhirnya, aku mencari posisi ternyaman dalam pelukannya. Sesekali, tangan ini bergerak menyentuh cambang tipis Nizar yang agaknya mulai menghitam dan tebal. Sepertinya, dia tak merawat cambangnya sendiri akhir-akhir ini.Tapi, bukan cambang yang menjadi inti pembahasan saat ini. “Aku juga ngerasa bertanggung jawab sama para karyawan yang lebih banyak protes dan memintaku untuk mempertahankan perusahaan sepenuhnya. Mereka percaya aku bisa dan sebenarnya juga takut kalau TalentVista diambil alih Raymond Group, maka besar kemungkinan kalau sistem kepemimpinan di sini juga berubah mengikuti kebijakan Raymond Group.” Aku melanjutkan keluh kesahku pada Nizar.“Gak menutup kemungkinan kalau kebijakan baru akan ikut mengganti karyawan yang ada di sana. Kasihan ke mereka gak punya kerjaan kalau
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

Bab 59

Ditinjau dan ditelisik dari segi paras, pria bernama Dev ini lumayan ganteng, walau kegantengan suamiku masih belum tersaingi. Sama sekali tak ada kesan misterius di wajah Dev, berbeda aura dengan di media sosialnya yang kalau gak ambil angle miring, pasti ditampakkan belakangnya doang. Jiah! Sudah kayak peramal yang ngomongin aura-aura segala, gak sih?Pria tinggi tapi gak setinggi cintaku pada Nizar itu sontak berdiri. Mengulurkan tangan yang langsung kusambut sebagai salam perkenalan. “Bu Divya, ya?” tanyanya yang spontan kuangguki sebagai jawaban. “Pak Nizar sudah banyak cerita tentang perusahaan Anda. Dan sekarang, saya bisa melihat pelayanan kantor Anda memang cukup baik. Saya belum lama di sini, Bu, tapi sudah disuguhi kopi. Lincah sekali sepertinya karyawannya TalentVista”Aku mengulum senyum. “Terima kasih pujiannya, Pak Dev. Itu sudah jadi tradisi perusahaan kami, melayani tamu dan minimal membuatnya merasa nyaman ketika berk
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

Bab 60

[Apanya yang mampus, Saroh? Sekata dia sendiri yang bikin bayi, tapi kasian tau dia lemas gak berdaya gara-gara bayi hasil karyanya sendiri.][Hahaha! Burung Pipit, gue mules ketawa baca chat lu, bjir!][Makasih, gue emang selucu itu.][Iyain, daripada nangis. Tapi, gini ya Burung Pipit gue yang tersayang. Emang ada beberapa kasus tuh, istrinya hamil suaminya yang ngidam. Konon katanya, kalau suami ngidam pas istri hamil, itu cintanya suami ke istrinya gede. Lebih gede daripada utang negara. Jadi, lu paham kan sesayang apa Nizar ke lu?][Masa?][Di dapur.][Tau ah!][Komunikasi efektif aja sama suami lu. Dengarin curahan hatinya dan kasi perhatian lebih. Berikan feedback-nya jika dia ingin sesuatu. Saling mendukung sih intinya, ya. Semangat sampai launching hasil keringat kalian. Haha.]Pesan terakhir Sarah hanya kuberi react love karena melihat Nizar sudah keluar dari kamar mandi. Aku bangkit dari sof
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status