“Nizar, sana ih... jangan dekat-dekat,” protesku saat Nizar masih tetap di dekatku, seolah enggan untuk berpindah.Sesekali celingak-celinguk, melihat sekeliling. Waspada nanti ada yang melihat sehingga mengira kalau kami ada udang di balik bakwan.Meskipun memang iya, sih.“Ogah! Mending aku yang dekatin, daripada cowok lain.” Tuh, kan! Dia benaran cemburu perkara aku digombalin si gondrong tadi. Lagian, sejak kapan Nizar jadi posesif begini, sih? Perasaan dulu waktu pacaran dia gak seperti ini? Tapi, aku suka-suka aja dia begitu. Artinya, dia takut kehilanganku. Hanya saja, aku harus tetap jual mahal, seperti biasa. Gak boleh terlihat olehnya bahwa aku sudah mulai terbiasa menerima kehadirannya kembali. “Cemburu ya?” tanyaku memicing. Tak sadar menyunggingkan bibir, mengejeknya. Kupikir dia akan mengelak, tetapi justru terang-terangan mengakui isi hatinya. “Iya. Aku cemburu. Puas?” Ingin sekali
Last Updated : 2024-03-19 Read more