All Chapters of Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan: Chapter 21 - Chapter 30

83 Chapters

Bab 21

“Maaf, harusnya aku bisa lebih hati-hati dan gak ngebiarin kamu minum air itu tadi.” Nizar tertunduk lesu. Sesekali membuang napas berat. Padahal bukan salahnya, tapi malah menyalahkan diri. “Terus, kalau aku gak minum, kamu yang mau minum begitu?” tanyaku ketus. Sengaja menyerangnya dengan pertanyaan ambigu yang memicu perdebatan. Bukan wanita namanya, kalau tidak senang memancing. Memancing keributan sama pasangannya.Lagian, aku tak suka dia jadi menyalahkan diri begitu. Aku merasa kehilangan sosok Nizar yang kelebihan dosis percaya diri.“Bukan begitu, Sayang. Tapi....”“Gak usah dibahas lagi, Niz. Keadaan gak akan bisa diubah,” ucapku cepat.“Vy... aku harap kamu gak nyesal karena udah ngasi semuanya ke aku.” Aku tertawa sinis. “Kalau aku nyesal, kamu mau apa? Mau balikin yang udah kamu renggut?”Nizar diam, menunduk. Tetapi, kulihat ia tersenyum tipis. “Gak, Vy.”Detik berikutnya, pri
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

Bab 22

Aku bangkit bersama emosi yang menggebu. Membalas tak kalah tajam tatapan Alana yang seolah menghakimiku. Dan sekarang kami saling beradu tatapan kebencian mendalam beberapa detik.Hingga akhirnya aku memutuskan aliran aksi tatap-tatapan ini dengan tawa licik.“Alana... Alana....” Aku tertawa sambil memegangi perut. Kesannya malah kayak orang gila. “Lu pikir gue doyan suami orang?!” Nada suaraku meninggi. Tawaku terhenti, berganti dengan gelengan. “Kagak, Alana! Kagak!”“Dan lu harus tau....” Aku mengacungkannya jari telunjuk tepat di depan wajahnya, seperti yang ia lakukan padaku tadi. “Gue sudah menikah.”Mendengar perkataanku, paling tidak aku melihat raut wajah Alana berubah syok bukan kepalang. Perlahan tapi pasti, kepalan tangannya yang tadi mengeras kayak batu pun pelan-pelan mengendur.“Kak Div, lu...?” tanyanya sedikit terbata. Barangkali, sulit untuk percaya dengan kenyataan ini. “Apa? Mau bilang gue ngarang
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

Bab 23

Aku membulatkan mata lebar-lebar bersamaan dengan jantung yang hampir saja bertukar peran dengan paru-paru melihat kenyataan di depanku. Beberapa kali, aku meneguk ludah, menggeleng pelan, lalu mengucek mata barangkali sedang mengantuk jadi salah lihat, tapi pemandangan itu tak berubah sama sekali. Dia memang Nizar--suamiku. Di sana, ia tengah tersenyum manis. Sungguh, aku tak menyangka jika aku yang penasaran dengan pekerjaannya, langsung dipertemukan dalam posisi kami sama-sama bekerja. Pertanyaanku tentang impian Nizar sekarang sudah terjawab. Ia sudah meraih impiannya untuk bekerja di perusahaan periklanan. Bahkan, mencapai lebih dari itu, karena sampai menjadi CEO.Sialnya, karena aku hanya sebatas tahu KreatifLumina Advertising yang memang saat ini sedang naik daun walau masih tergolong baru, tapi aku tidak pernah tahu jika orang penting di baliknya adalah Nizar Ghifari.Pantas saja, tadi waktu aku mengabarinya kalau ada urusan sampai malam, dia yang biasanya banyak tanya, ti
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

Bab 24

“Namanya juga usaha, biar kamu datang ke kantorku. Kalau gak dengan cara begitu, aku bingung mau ngajak kamu ke sana dengan cara apa? Kalau alasan pekerjaan, paling juga sama-sama perwakilan yang ketemu,” ungkap Nizar bersamaan dengan mobil yang berhenti di garasi.Mendengar pengakuannya membuatku hanya bisa menghela napas kasar. Bersiap untuk turun dari mobil. “Kan kamu bisa ngomong ke aku langsung. Bukan malah bikin rumit banyak orang. Kamu tuh senang banget cari gara-gara tau gak?” cecarku enggan menghentikan perdebatan ini. Biarkan larut hingga damai pada waktunya. Aku membuka pintu mobil. Turun. Menutupnya kembali dengan kasar. Lantas, berjalan cepat meninggalkan Nizar.Namun, langkahku mendadak terhenti saat Nizar mencekal tangan ini saat kaki sudah menjejaki teras. “Gak surprise dong kalau ngomong langsung. Kan ceritanya aku mau nunjukin ke kamu kalau udah berhasil mewujudkan impian bekerja di perusahaan periklanan. Kenapa? Kare
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Bab 25

Gara-gara Nizar yang suka gantung perasaan, maksudku gantung kalimat, aku jadi kepo soal perkataannya tentang pelakor kemarin. Tapi, masalahnya dia sampai sekarang tutup mulut. Setiap aku ingin membahas, dia mengalihkan pembicaraan. Seolah enggan membahas. Kan... rasa penasaranku sudah sampai ubun-ubun. Kayak apa saja, main rahasia-rahasiaan segala. Keesokan harinya, ia masih tak mau mengatakannya. Aku jadi kesal sendiri, kenapa coba pake disebutin kalau pada akhirnya bicara setengah-setengah? Sudah kayak film Fast and Furious. Sampe sekarang masih gantung.Dasar suami, tidak bisanya diajak ghibah tipis-tipis.Malam ini, di tengah rasa kepo yang meronta, Nizar mengajakku nongkrong ke cafe Gemilang Rasa dengan alasan bahwa kami semenjak menikah 2 pekan lalu belum pernah nongkrong berdua.Padahal, aku tahu dia cuma cari cara untuk mengalihkan perhatianku agar tak mengorek informasi pelakor yang disebutnya kemarin. Kala
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

Bab 26

Aku celingak-celinguk mencari seseorang yang barangkali sedang bersama Adrian datang ke cafe ini. Namun, tidak kutemukan siapa pun. Bahkan, Alana pun tak terlihat.Entah ada urusan apa Adrian di sini? Kalaupun mau dinner romantis, seharusnya Alana ikut bersamanya?Apa jangan-jangan Adrian mau bertemu dengan cewek lain?Aku jadi ingat kata Nizar kemarin, kalau Adrian itu suka main wanita. Astaga, aku membenci pikiranku!“Gue gak ngizinin lu duduk di situ,” ucapku ketus. Enggan melihat wajah Adrian yang memuakkan itu. Hanya saja, bukannya merasa bersalah, minimal pindah mencari tempat lain, Adrian malah tertawa. Padahal, gak ada yang lagi stand up comedy. “Memang sesama sepupu harus izin banget ya? Kita sudah sepupu-an sekarang kan, Div? Jangan kaku-kaku amatlah. Anggap sepupu sendiri, anggap pacar juga gak apa-apa,” jawab Adrian dengan entengnya. “NAJIS!” semburku. “Pindah gak lu? Gue gak mau ya, Alana ngeliat kita dan salah paham pada gue.”Mengingat kemarin, saat Alana marah-marah
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

Bab 27

Tok... tok... tok!“Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke pintu. “Permisi, Bu, ada Bu Alana mau ketemu Ibu.”Tanganku yang menari di atas keyboard laptop seketika berhenti mendengar perkataan Risma. Tentu saja, aku cukup penasaran dengan Alana ingin menemuiku? Masalah pekerjaan, sepertinya bukan. Ah, mungkin dia akan melanjutkan perselisihan kami di cafe tadi malam. Paling tidak, aku sudah memasang kuda-kuda. Jadi, kalau dia berulah, aku yang kalem, imut, dan manis ini bisa membela diri.“Suruh masuk aja, Ris.”Selang beberapa detik setelah Risma keluar dari ruanganku, giliran Alana yang masuk. Aku menelisik gerak-geriknya sedari ia berada di pintu. Matanya terlihat bengkak, apa mungkin habis perang dunia ketiga dengan Adrian? Hanya saja, walaupun terlihat bengkak, tatapannya tetap bengis.Tanpa mengucapkan sepatah kata dan tanpa duduk lebih dulu, Alana meletakkan dengan kasar sebuah surat di atas mejak
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Bab 28

“Pit, ada apa?” Sarah menghampiriku.Aku tak menjawab. Terus berusaha menghubungi Nizar. Akan tetapi, tetap saja tak bisa terhubung. Membuatku semakin mengkhawatirkan keadaannya.Aku meremas jari-jari tangan yang sudah mengeluarkan keringat dingin sambil berpikir.Sumpah, takut banget terjadi apa-apa padanya.“Burung Pipit, kenapa?”“Nizar di rumah sakit,” lirihku. “Kok bisa? Sakit atau gimana?”Aku menggeleng pelan. Mencoba mengingat-ingat sesuatu. Tadi pagi, Nizar terlihat baik-baik saja. Sehat, cerewet, seperti biasa. Apa dia punya penyakit serius yang bisa datang tiba-tiba, lalu menghilang begitu saja? Memangnya ada penyakit yang dominan gejalanya mirip sikap pria? Menghilang begitu saja ketika bosan. Ih, kok aneh sih?“Gak tau, Saroh. Dia cuma bilang nanti gak bisa jemput, katanya lagi di rumah sakit. Abis itu ponselnya udah gak bisa dihubungi sampe sekarang.” Tak sadar, mata indahku ma
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Bab 29

Ceklek!Pintu kamar terbuka.Masuk sosok pria berkacamata bening di sana tengah berdiri kaku menatapku yang juga melongo kaget dengan kedatangannya yang cukup tiba-tiba. Bukan apa-apa, tapi sekarang aku cuma mengenakan pakaian mini alias tank top dan celana sepaha karena kupikir Nizar masih lama berbincang dengan Papa di ruang tamu.Sudah terbiasa dari dulu jadi biduan seksi kalau lagi di kamar.Ya, sepulang dari rumah sakit tadi, kami memang langsung bertolak ke rumah orang tuaku setelah mengantar Ibu dan Putri pulang ke rumah.Namun, bukan itu yang jadi pertanyaanku. Apa penyakit Ibu separah itu?“Ih... hi!” Aku sontak menyilangkan tangan di depan dada dan buru-buru lompat ke kasur, menarik selimut untuk menutupi tubuh. Takut nanti Nizar tergoda melihatku yang aduhai seksi.“Keluar gak?” Aku menunjuk ke arah pintu, tapi Nizar tak mengindahkan permintaanku. Dengan santainya ia melengos masuk. Membuka
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Bab 30

Aku bungkam cukup lama. Menatap langit-langit kamar sesekali memejamkan mata. Mencoba bernegosiasi dengan hati dan pikiran yang mendadak kalut.Rasanya tak percaya mendengar kabar itu, tetapi fakta-fakta tersebut keluar dari mulut Nizar langsung. Jadi sebelah mananya lagi yang membuatku harus ragu akan kenyataan yang ada?Aku hanya tak menyangka saja jika Pak Adinata tega berselingkuh? Gak habis pikir kalau pria berwibawa seperti dirinya menyia-nyiakan wanita sebaik Ibu Hanna.Agak heran juga dengan lelaki yang sudah diberikan spek bidadari, malah mencari spek kuntilanak.“Niz, memangnya Ayah selingkuh sama siapa?” tanyaku penasaran. Namun, tak kunjung ada jawaban dari pria itu.“Niz....” panggilku sembari menoleh ke arahnya. Tapi, yang kudapati, dia sudah tidur dengan posisi miring menghadapku. Telapak tangannya menjadi alas pipinya. Aku tersenyum tipis melihat wajahnya yang lucu tidur dalam posisi seperti i
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status