Semua Bab Pernikahan Sebatas Status: Bab 81 - Bab 90

104 Bab

Berita Pagi

"Suruh langsung ke atas," titah Ganendra dengan nada datar. Satu-satunya alasan dia mengizinkan mantan sekretarisnya itu masuk ke istananya hanyalah karena Ganendra ingin tahu alasan apa yang membuat Sandra berbalik mengkhianati dia dan Atmawirya. Suasana begitu hening saat Ganendra berdiri di depan lift dengan kedua tangan tersembunyi dalam saku celana. Sorot matanya berubah tajam saat menatap sosok cantik yang muncul di balik pintu lift yang tengah terbuka. "Ga ...." Sandra melangkah keluar seraya menghambur ke arah Ganendra, berusaha memeluk pria itu. Namun, Ganendra lebih dulu menghindar. Dia mundur beberapa langkah sambil terus melemparkan pandangan penuh kebencian. "Ga, maafkan aku." Sandra menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Aku terpaksa mengikuti permainan Anggada." "Terpaksa?" cibir Ganendra tak percaya. "Anggada mengancamku, Ga!" Sandra tak putus asa. Dia maju mendekat pada sosok tinggi dan tegap yang melayangkan tatapan permusuhan padanya. "Anggada mengatakan b
Baca selengkapnya

Terkuak

Ganendra duduk sambil mencondongkan tubuh. Dia menopang kepala dengan kedua tangan yang bertumpu pada paha. Hampir 24 jam tak tidur, cukup membuat Ganendra berkunang-kunang. Semalam setelah Sandra meninggalkan griya tawang, tiba-tiba Ganendra mendapat telepon dari salah seorang pengacaranya. Pengacara itu mengabarkan bahwa Atmawirya tak sadarkan diri di ruang pemeriksaan. Mendengar berita itu, rasa benci pada Dewandaru semakin memenuhi hati Ganendra. Rasa marah dan dendam membara, mematikan akal sehatnya. "Pak," sapa salah seorang petugas medis, membuyarkan angan Ganendra. "Bagaimana papa saya?" tanya Ganendra seraya berdiri. "Kondisinya sudah mulai stabil, tapi masih belum dapat dipindahkan ke ruang perawatan biasa," terang petugas medis itu. "Apa saya bisa melihat keadaannya?" Ganendra menatap wanita berseragam dokter di hadapannya dengan sorot penuh harap. "Tentu." Dokter tersebut mengarahkan Ganendra ke ruang intensif yang pintu masuknya dijaga oleh dua orang polisi berseraga
Baca selengkapnya

Masa Lalu Kelam

Di dalam ruang pertemuan mewah yang berisi puluhan orang itu, sorot mata Ganendra hanya terkunci pada sesosok wanita cantik yang duduk di salah satu kursi. Perasaan Ganendra begitu campur aduk saat menatap wanita yang tak lain adalah Gita, ibu kandungnya."Apa kabar, Nak?" sapa Gita lembut. Bukannya menjawab, Ganendra malah tertawa sinis. "Nak?" ulangnya. "Memangnya anda tahu siapa saya?""Kamu anakku, Ganendra." Gita bangkit dari kursinya dan bermaksud untuk mendekat."Berhenti!" sentak Ganendra nyaring, membuat semua pandangan tertuju ke arahnya, termasuk Dewandaru. "Jangan kurang ajar kamu!" geram pria yang selama ini menyamar sebagai Anggada itu. Dia mencengkeram kemeja bagian belakang Ganendra.Akan tetapi, Ganendra tak suka diperlakukan demikian. Dia segera berbalik dan mencengkeram lengan Dewandaru dengan tangan kanan. Sementara tangan kirinya melayangkan pukulan yang terarah tepat ke ulu hati musuhnya.Dewandaru terhuyung beberapa langkah ke belakang seraya terbatuk-batuk. N
Baca selengkapnya

Gagal

Ganendra terdiam. Dia tidak tahu lagi siapa yang dipercaya. Satu demi satu wajah yang ada di ruangan itu, dia amati lekat-lekat.Tujuh orang adik kandung Atmawirya berada di sana. Mereka semua membenarkan perkataan Gita, wanita yang selama ini menolak keberadaan Ganendra, dengan alasan demi menyelamatkan nyawanya.Lalu, Haedar, pria dari antah berantah yang tiba-tiba mengaku sebagai ayah kandung Ganendra. Satu hal yang membuat pria rupawan itu tidak dapat menerima semuanya adalah Dewandaru. Musuhnya itu ternyata bekerja pada Gita. Dewandaru lah pria yang bertanggung jawab penuh atas perpisahan Ganendra dengan Jingga, gadis yang dia cintai dengan tulus. Membuat Ganendra mengambil kesimpulan bahwa Gita turut andil atas hancurnya pernikahan yang ingin dia pertahankan."Apakah itu artinya aku bukan keturunan Atmawirya Wiratmaja?" tanya Ganendra setelah beberapa saat lamanya terdiam."Atmawirya hanyalah ayah tirimu, Nak," jawab Gita lembut. "Hm." Tersungging senyuman samar dari bibir tip
Baca selengkapnya

Penghormatan Terakhir

"Gagal? Apa maksud kalian dengan gagal?" Napas Ganendra memburu. Matanya nyalang menatap wajah para petugas medis, satu persatu."Ayah anda sudah meninggal dunia," jawab salah seorang dokter, membuat dunia Ganendra berputar seketika.Pria rupawan itu limbung dan hampir terjatuh. Beruntung seorang perawat yang berada di dekatnya, sigap menangkap tubuh tegap itu. Perawat tersebut menepuk-nepuk pelan punggung Ganendra untuk menenangkannya."Kami mohon maaf, Pak. Sekuat apapun kami berusaha, takdir Tuhan lah yang paling menentukan," sesal sang dokter."Tidak," gumam Ganendra pelan. "Tidak," ulangnya sambil melangkah keluar. "Pak, anda mau ke mana?" tanya si perawat. Namun, Ganendra tak menjawab. Dia malah menemui petugas kepolisian yang berjaga di sana lalu mengabarkan kematian Atmawirya.Ganendra juga menghubungi para pengacaranya dan menyuruh mereka untuk menyelesaikan semua persoalan hukum sang ayah.Terakhir, Ganendra menghubungi Markus, sesuai wasiat Atmawirya. "Papa sudah tiada. Se
Baca selengkapnya

Sesal

Sudah dua hari sejak kepergian Atmawirya. Ada setitik rasa sedih yang Jingga rasakan ketika membayangkan sosok sang mantan mertua.Seburuk apapun kisah masa lalu Atmawirya, Jingga tak dapat memungkiri bahwa pria tua itu pernah menyelamatkan nyawanya saat hendak dicelakai oleh pemuda-pemuda berandal, bertahun-tahun yang lalu. Jingga menghela napas panjang. Rasa sedih itu kini bertambah dengan rasa kecewa. Harapannya untuk bertemu dengan Ganendra saat melayat ke kediaman Atmawirya, harus pupus.Darni sempat mengatakan bahwa sejak sang ayah terkena kasus, Ganendra tak pernah terlihat pulang ke rumah. "Ya, Tuhan. Aku harus bagaimana?" gumam Jingga lirih seraya mengusap-usap perutnya yang masih rata."Ngga." Panggilan seseorang membuat Jingga tersentak. Dia langsung menoleh ke arah suara dan mendapati Echa berdiri di ambang pintu."Kamu kenapa, Cha?" tanya Jingga saat menangkap bahasa tubuh sahabatnya yang sedikit aneh."Si ganteng itu datang lagi," jawab Echa lirih. Raut wajahnya menyir
Baca selengkapnya

Hamil Muda

"Oh, sekarang kamu peduli? Setelah semua yang kamu lakukan untuk memisahkan mereka berdua?" Gita tersenyum sinis.Dewandaru terkesiap mendengarkan kalimat itu. Dia menelan ludah untuk menghilangkan rasa gugup. "A-anda sudah tahu?" tanya Dewandaru ragu-ragu."Aku mungkin sudah tua, tapi tidak bodoh. Aku mengetahui apapun yang kamu lakukan di belakangku, Dewa. Aku sampai sengaja menunda kepulangan kami ke Finlandia agar bisa segera bertemu empat mata dengan Ganendra. Namun, ternyata semua rencanaku telah gagal," sesal Gita."Kita memang berhasil mengalahkan Atmawirya, dan membuat dia melepaskan cengkeramannya dari Ganendra. Akan tetapi, semua itu menjadi tak berguna ketika putraku malah menghilang," imbuh wanita paruh baya itu."Tenanglah, Sayang. Kita akan pikirkan jalan keluarnya. Aku yakin, kita pasti bisa menemukan Ganendra walaupun membutuhkan waktu yang tak sebentar," hibur Haedar."Lalu, bagaimana dengan Jingga? Bagaimana dengan bayinya?" sela Dewandaru."Seharusnya kamu memikirk
Baca selengkapnya

Tinggal

"Aku yang akan bertanggung jawab, menggantikan Ganendra. Akan kupenuhi semua kebutuhanmu selama hamil, sampai melahirkan," tutur Gita."Aku rela tidak kembali ke Finlandia dan menetap di Jakarta sampai kandunganmu cukup kuat untuk ikut denganku," lanjut Gita."I-ikut ke mana?" tanya Jingga ragu."Kita akan membesarkan bayimu di Finlandia. Segalanya lebih mudah di sana. Selain itu, akses untuk mencari Ganendra juga tak terbatas," tutur Gita."Tidak mau!" tolak Jingga. "Saya tidak ingin meninggalkan Jakarta. Saya tidak mau jauh dari rumah peninggalan ayah saya.""Nak ...." Gita mengempaskan napas pelan. "Aku juga tidak bisa meninggalkanmu sendiri di sini.""Kalau begitu, anda tinggal di sini saja," cetus Jingga."Tidak semudah itu, Nak. Kehidupanku ada di sana," jelas Gita.Entah apa yang dimaksud oleh ibunda Ganendra itu, Jingga tak mengerti. Namun, dirinya juga tak peduli. Kemauannya sudah bulat. "Saya tidak ingin meninggalkan Indonesia," tegas Jingga."Pikirkanlah matang-matang, Jing
Baca selengkapnya

Terpisah Benua

Gita begitu bahagia mendengar keputusan Jingga. Tanpa membuang waktu, dia segera meminta Haedar untuk mengantarnya ke rumah Echa. Satu jam perjalanan terpaksa ditempuh akibat macet, tapi Gita tak peduli. Dia tidak sabar bertemu Jingga dan membawanya pulang.Sesampainya di rumah Echa, dia langsung disambut oleh Marini. "Perkenalkan, saya mama Echa," ucapnya sembari mengulurkan tangan pada Gita."Saya Gita, dan ini suami saya, Haedar," ucap Gita memperkenalkan diri seraya menyambut jabat tangan Marini."Terima kasih sudah bersedia membantu Jingga, Bu," timpal Haedar."Jingga sudah saya anggap sebagai anak sendiri, Pak, Bu. Saya sangat menyayanginya," ungkap Marini."Ah, senang sekali saya mendengarnya. Banyak yang menyayangi Jingga ternyata." Gita menyeka setitik air yang keluar dari sudut mata."Siapa yang tidak sayang dengan anak secantik dan sebaik Jingga." Marini turut berkaca-kaca melihat raut haru Gita."Saya izin membawanya pulang ke rumah. Ini alamatnya jika kalian ingin mengun
Baca selengkapnya

Hati Yang Tertaut

"Kamu tidak perlu mengingatkanku akan hal itu, Markus," gerutu Ganendra. "Aku sudah fokus sekarang. Kita akan mulai mengurus semua perizinan besok. Kita akan membangun gedung penginapan, tepat di tanah yang kupijak sekarang, dengan seluruh jendela mengarah ke laut." "Di sebelah sana, kita akan membangun berbagai macam wahana," tunjuk Markus ke tanah lapang yang berada cukup jauh dari tempatnya berdiri. "Ini akan menjadi kerjasama yang bagus dan menguntungkan. Kamu memiliki tanah, sedangkan aku mempunyai uang," celetuk Ganendra. "Tanah ini memang atas namaku, tapi bukan milikku," ralat Markus. Kening Ganendra langsung berkerut, seraya menatap mantan pengawal kepercayaan Atmawirya itu dengan sorot tanda tanya. "Lalu, milik siapa?" "Pak Atmawirya," jawab Markus datar. "Apa? Itu artinya, tanah ini milik keluarga Wira ...." "Bukan!" potong Markus. "Pak Atmawirya membeli tanah ini menggunakan tabungan pemberian pak Respati Gumilar." Raut wajah Ganendra sontak berubah. "Apa?" desisnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status