"Maaf, aku tidak berani, Kak." Jingga menunduk, menghindari sorot mata Hilda yang begitu mengintimidasi. "Kok, tidak berani? Katanya sudah jadi istri sah," ejek Hilda. "Rasanya tidak sopan kalau mengganggu pekerjaan Pak Ganendra hanya karena masalah pribadi," ujar Jingga. Salah satu pria bersetelan rapi yang tadi datang bersama Hilda, langsung mendekati wanita itu dan berbisik di telinganya. "Sebaiknya kita turuti saja, Bu. Jangan sampai kita membuat ricuh di sini," saran si pria. "Pak Widi! Anda saya sewa untuk menjadi pengacara saya. Bukan penasihat," hardik Hilda tak terima. "Tapi, apa yang dikatakan rekan saya itu benar adanya," sahut salah seorang pria yang lain. "Ingat, Bu Hilda. Citra anda yang dipertaruhkan di sini. Jangan sampai Pak Ganendra menuntut anda dan menolak semua poin perjanjian kita," tuturnya. Hilda pun terdiam. Nasihat dari dua pengacaranya tersebut cukup mempengarumempengaruhi pikirannya, sehingga dia memilih untuk menahan diri. Hilda lalu mengalihkan pand
Baca selengkapnya