Jingga sama sekali tak menyangka, bahwa dia akan duduk semeja di ruang makan dengan pria yang dulu pernah menyelamatkannya dari para pemuda berandalan. Ditatapnya raut wajah yang tidak banyak berubah sejak beberapa tahun lalu itu, kecuali uban yang tumbuh semakin lebat. Bahkan rambut Atmawirya seluruhnya berwarna putih keabu-abuan. Namun, hal itu sama sekali tidak mengurangi ketampanan pria paruh baya tersebut. "Ayo, dimakan steak-nya, Ngga. Nanti dingin nggak enak, lho," tutur Atmawirya, membuyarkan angan Jingga. Untuk sejenak, gadis itu lupa akan Ganendra yang sedang berduaan bersama Sandra. "I-iya, Pak," ucap Jingga gugup. "Jangan panggil 'Pak', dong. Papa saja. Kan kamu sudah sah menjadi istri Gaga, itu artinya kamu putri papa juga," tutur Atmawirya. "Oh, iya, Pak. Ehm, maksud saya, Pa ...." Lidah Jingga masih belum terbiasa menyebut nama pria yang duduk penuh wibawa di hadapannya itu. Atmawirya terkekeh pelan. Sambil mengiris potongan daging, dia melirik Jingga yang tampak s
Read more