Home / Rumah Tangga / I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ: Chapter 11 - Chapter 20

49 Chapters

Bab 11

"Sejak kapan kamu menjadi gend*k tentara itu, May?" Pertanyaan Arkan berhasil membuatku emosi. Enak saja dia mengatakan aku simpanan. Diri ini tidak serendah itu, gini-gini aku masih punya harga diri. "Jangan kurang ajar kamu sama calon istriku," bentak Siddiq. Terlihat dia mengepal kuat tangannya sehingga buku-buku jari nampak memutih. Belum pernah aku melihat abu ubaidahku marah seperti ini."Diam kau, aku tidak ngomong sama kamu ya!" Mas Arkan menunjuk mata abu ubaidahku dengan telunjuk kirinya. Spontan lelaki bermata coklat itu emosi tetapi dia berusaha menahannya."Kasian kamu, Dek. Baru beberapa bulan Mas tinggal pergi, malah jadi wanita panggilan. Jadi perempuan kok gak ada harga diri!" Mulut mas Arkan seakan tidak berhenti berkicau, tak kusangka lelaki yang pernah merajai hati ini mulutnya pedes bagaikan cabe set*n level 100. Hinaan demi hinaan terus saja dia luncurkan untukku. "Kamu siapa. Berani-beraninya menghina calon istriku, hah?" Lelaki berkaos putih itu mencengkera
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 12

"Lebay! Tentara cengeng!" ejekku seraya memoyongkan bibir kearahnya. Segera aku mengambil helm yang diberikan mas Sidik. Tidak mau berlama-lama, nanti dikira aku minta dia yang pakein. Tau sendiri kan, bagaimana gede rasanya lelaki yang bakal jadi imamku itu."Tapi ganteng kan?" tanya Siddik penuh rasa percaya diri.Nah kan. Betul aku bilang, nih laki kepedean tingkat dewa."Kalau aku bilang kamu ganteng itu namanya fitnah, sersan Sidik! Dan kamu tau kan, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Termasuk dosa besar! Dan aku tidak mau masuk neraka hanya karena mengatakan kamu ganteng! Ibuku selalu bilang, jaga lidah dan ucapan!" selorohku dengan menatap mas Sidik tanpa dosa. Bukan tanpa dosa tepatnya. Tetapi wajah yang penuh gelimangan keringat eh."Baru kamu aja loh cewek yang mengatakan aku tidak ganteng! Makanya aku suka sama kamu! Kamu tidak silau pangkat dan jabatan apalagi silau dengan wajah tampan seperti aku!" Lagi-lagi mas Sidik memuji dirinya sendiri.Aku akui sih dia itu lela
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 13

"Mas, lamaran ini dibatalin aja," ujarku pada mas Siddiq sehari setelah keluarganya datang ke rumah untuk melamar."Kenapa dibatalin?" Mas Siddik menoleh menatapku. Rasanya jantung ini seakan berhenti berdetak melihat tatapannya menusuk kedalam relung hati."Batalin ajalah. Saya gak mau menikah dengan Mas." Aku tidak tahu alasan apalagi yang akan aku utarakan pada lelaki bermata coklat itu."Kenapa tiba-tiba berubah pikiran sih? Apa kamu sudah balikan sama Arkan?" Lagi-lagi dia membawa nama mantan pacarku. Arkan? Lelaki macam apa yang mau merusak masa depan pacarnya dan beruntung aku tidak sempat dihancuri olehnya."Mas jangan bawa-bawa nama dia. Lelaki itu sudah menikah. Saya gak akan mungkin mau menjalin hubungan dengan suami orang! Jelek-jelek begini saya masih punya harga diri," jelasku panjang lebar. "Jadi?" "Saya wanita tidak pantas untuk Mas. Cari saja wanita lain yang lebih pantas." jawabku berbohong. Jelas aku sakit hati saat dia mengatakan aku janjian menginap dihotel den
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 14

"Cuma sentuh hidung aja udah dibilang genit," keluh mas Siddik seraya menarik kembali tangannya."Gak boleh juga. Belum halal!" ujarku dengan mata mendelik."Iya ya. Jangan judes begitu kenapa sih! Baru dipegang aja galak amat!" ujar mas Siddik seraya menyeruput es kelapanya dengan pandangan tetap menatapku, membuat aku salah tingkah."Bukan judes! Emang seharusnya begitu kan? Biasanya anak muda sekarang masih pacaran mesranya melebihi pasangan suami istri. Panggilan ayang ... bebeb. Tapi kalau sudah menikah apalagi sudah punya anak, istri salah sedikit saja sudah dimaki-maki, segala isi kebun binatang disebutnya!" protesku.Aku tidak mau mempunyai pasangan model begitu. Pasti menderita seumur hidup. Membina rumah tangga seharusnya tenang dan bahagia walaupun hanya makan nasi dengan garam."Mas berharap rumah tangga kita kelak jangan sampai seperti itu. Mas gak janji tapi akan Mas buktikan," janji mas Siddik.Kadang aku berfikir, lelaki seganteng mas Siddik kenap mau menikahi wanita s
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 15

Kami sampai dirumah bercat hijau yang terlihat sederhana. Halaman tidak terlalu luas tetapi sangat asri dipandang mata. Tidak ada sedikitpun tanah yang kosong, semua diisi dengan tanaman sayuran hijau dan aneka bunga yang berwarna warni.'Rajin juga mas Sidik menanam sayuran dan juga bunga.' batinku."Ayo masuk," ujar mas Siddik sesaat setelah membuka pintu.Rumah sederhana itu nampaknya nyaman. Walau terkesan tidak mewah tetapi nampaknya aku betah tinggal disini. Semoga tetangga juga bisa menerimaku. Diatas pintu tertulis nama Serka Siddik Pamungkas, sepertinya setiap rumah diberikan nama sesuai dengan nama pemiliknya."Ayo masuk, kok bengong sih," "Iya." Aku ikut menggeret koper berisi baju dan tas berisi bekal makanan untuk beberapa hari kedepan yang diberikan ibu. Kata ibu beliau takut aku kerepotan memasak karena baru saja sampai. Lagipula tempat baru, masih bingung mau belanja dimana dan apa yang mau dimasak.Ibu sungguh pengertian sehingga untuk beberapa hari ke depan anaknya
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 16

"May, Bangun, Sayang! Ayo kita solat dulu!" Mas Siddik menepuk pelan tubuh ini."Bentar," pintaku seraya menggeliat kecil. Mengganggu saja mas Siddik. Kayaknya dia tidak bisa melihat aku bahagia."Mayra, bangun sayang. Sudah jam lima, kamu gak solat subuh?" ucap mas Siddik sekali lagi."Bentar lagi, Mas. Adek masih ngantuk!" jawabku seraya mempererat memeluk bantal guling. "Solat dulu. Habis itu tidur lagi gak akan Mas ganggu! Kalau gak bangun, Mas telpon ibu, nih!" Mas Siddik mengancamku kayak anak kecil saja diri ini."Gak dengar ya? Mas telpon ibu ya." Ancamnya lagi. Menyebalkan sekali si abu gosok ini loh. "Mas, kata ustad, kalo terbangun jam delapan masih boleh solat subuh. Jadi biarkan saja Adek bangun jam delapan jangan dibangunkan,""Itu bangun kesiangan, bukan sengaja bangun siang, gak bisa disamakan," ujar mas Siddik dengan menjawil hidungku."Udahlah Mas berangkat dulu. Nanti terlambat pula solat berjamaah!"Sejenak aman sedikit dunia, tidak kudengar lagi suara mas Siddik
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 17

"Hukum aja. Adek gak takut!" Tantangku lagi. Aku sudah pasrah dengan nasib badan ini. Punya suami kejam, sedikit saja salah main hukum. Memangnya aku ini istri yang lahir di zaman kolonial, wanita selalu dibawah dan tidak dihargai."Malah milih dihukum daripada makan sayur. Agak lain memang!" Dagunya masih bertengger dibahu ini membuat aku risih. Tubuhku masih duduk diatas pangkuan mas abu Ubaidah, sementara tangannya masih memeluk erat pinggang ini."Adek gak suka makan sayur. Kenapa main paksa sih!" Aku berusaha bangkit dari pangkuannya tetapi tenagaku tidak kuat untuk melawannya."Dikasih enak gak mau!""Enak apa! Adek bukan kambing, Mas," "Aaaak." Mas Siddik terus saja menyodorkan sendok ke mulutku. Namun, kutolak kasar sehingga sendoknya jatuh membuat wajah mas Siddik berubah merah, mungkin menahan marah. Entahlah. Aku semakin takut melihatnya."Kamu memang harus dihukum nampaknya!"Tanpa menunggu protesku mas Siddik langsung melum*t bibir ini. Mendapat serangan mendadak dari l
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 18

"Assalamualaikum, Mas pulang." Terdengar suara mas Siddik sangat ceria baru pulang latihan nembak. Masih teringat dakam kngatanku, begitu manisnya dia mencium bibir ini. Kalau tidak karena ada wanita lain dihatinya, pasti aku akan berlari menghambur kedalam pelukannya."Mayra sayang? Where are you?" Lagi-lagi mas Siddik berbicara sendiri. Aku malas menjawabnya, hatiku masih sakit mendengar penuturan bu Saidi yang mengatakan bahwa mas Siddik ingin memperkosa adiknya. Wanita mana tidak sakit hati jika mengetahui suaminya mencintai wanita lain dan dia hanya dijadikan sebagai pelarian semata?"Mayra? Kamu disini? Kenapa tidak menjawab saat Mas panggil tadi?" Mas Siddik menghampiriku yang sedang memasukkan bajuku ke dalam koper. Hari ini aku akan pulang ke rumah orang tuaku."May, kamu menangis? Kenapa? Apa Mas telah menyakitimu, Sayang?" Mas Siddik berjongkok dihadapanku. Kedua tangannya membingkai wajah ini. Aku tidak sanggup menerima perlakuan seperti ini. Aku tidak sanggup melihat Mas
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 19

"Istri saya sudah saya jamah atau belum itu bukan urusan Ibu! Jadi saya harap jangan terlalu ikut campur dengan rumah tangga saya! Urus saja rumah tangga Ibu sendiri!""Maaf Om," wajah bu Saidi berubah tegang saat berhadapan dengan suamiku. Entah sejak kapan mas Siddik berdiri dibelakangku. Apa dia ikut senam juga? Kebetulan barisanku paling belakang.Selang beberapa langkah disambung barisan bapak-bapak. Setiap jumat bapak-bapak dan ibu-ibu kompi melaksanakan senam bersama."Saya harap, Ibu jangan menyebar fitnah. Saya tidak berminat terhadap adik Anda. Dikasih gratis saja saya tidak mau!""Mas ...." ujarku berbisik."Saya bukan kurang ajar, gara-gara omongan Anda kami hampir berpisah. Istri saya termakan hasutan Ibu!" Mas Siddik meradang. Mungkin dia juga sudah lelah difitnah oleh bu Saidi."Ibu harusnya sadar. Adik ibu itu yang sudah berselingkuh dibelakang saya! Dan ibu juga harus tau, saya tidak pernah memaafkan perselingkuhan. Jadi saya mohon ibu jangan berharap saya masih mengi
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 20

"Kamu kenapa, May? Wajahmu pucat sekali! Kamu sakit ya?" tanya mas Siddik seraya menempelkan telapak tangannya dikeningku."Enggak ada apa-apa, Mas," jawabku seraya mengurai pelukan. Berusaha menjauhkan tubuh ini dari lelaki yang sudah mengucapkan ijab kabul dua hari yang lalu."Tapi kenapa tanganmu dingin dan berkeringat begini?" Mas Siddik tidak tahu kalau istrinya sangat ketakutan membayangkan perkakasnya yang menyeramkan itu."Kita berobat ya?" pintanya dengan wajah khawatir."Gak usah, Mas. Adek sehat kok! Tadi hanya kecapekan aja!" ujarku. Apa benar perkakas Mas Siddik sebesar itu? Spontan saja diri ini mengukur pergelangan tangan dan membayangkan barang sebesar itu masuk dalam tubuhku. Tuhan ... aku tidak sanggup rasanya.'Ibu ... tolong anakmu.' teriakku dalam hati."Ada apa, May? Kamu seperti orang ketakutan begitu?" tanya mas Siddik dengan wajah keheranan. Mungkin dia heran melihat istrinya tiba-tiba pucat pasi seperti ini. Kayak kesambet setan saja. Setan kodoit."Eng ...
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status