Home / Rumah Tangga / I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ: Chapter 21 - Chapter 30

49 Chapters

Bab 21

"Anita? Sedang apa kamu disini?" tanya ibu mertua seraya merangkul tubuh wanita seksi itu. Ibu mertuaku nampaknya sangat akrab dengan mantan pacar suamiku. "Menjenguk kawan sakit. Ibu mau kemana?" Wanita bertubuh seksi itu balik bertanya."Tapi anak wak Adi masuk rumah sakit!" ucap ibu mertua seraya menggandeng tangan Anita. Begitu serunya mereka mengobrol, sehingga aku merasakan diri ini hanya obat nyamuk bagi mereka berdua."Siapa, Bu? Winda?""Iya. Sekarang dia sering keluar masuk rumah sakit!" ujar ibu mertua mengurai pelukan."Sakit apa Winda? Asam lambung?" Anita tahu betul penyakit ponakan dari ibu mertua. Mereka sudah sangat akrab dan saling mengenal satu sama lain. Hmmm ... Beda banget dengan aku yang sudah jelas sah dimata negara dan agama tetapi tidak ada satupun keluarga mas Siddik yang aku kenal."Iya. Asam lambungnya kumat!" "Ish ... Winda bandel dibilangin, Bu. Padahal sudah bolak balik kumat asam lambungnya masih juga makan pedes!" Aku menyimak obrolan dua wanita be
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 22

"May, buka pintunya," panggil mas Siddiq dari balik pintu. Jam didinding sudah menunjukkan diangka sepuluh malam. Herannya, kenapa mas Siddik tidak tidur sendirian saja dikamar depan, tidak perlu mengusik ketentraman aku tidur."Mayra ... May!" mas Siddik terus saja memanggil sambil sesekali menggedor. "May, buka pintunya!" Lelaki yang konon katanya mirip Abu ubaidah itu terus saja menggedor pintu, tetapi sekarang menjadi melemah suara gedorannya. Aku khawatir, mas Siddik kenapa-kenapa diluar sana, akhirnya aku buka juga pintunya."Ada apa sih?" Bentakku tapi seketika saja aku terhenyak tatkala melihat wajah dan mata mas Siddik memerah dengan nafas tersengal."Di ... dingin!" Tiba-tiba saja tubuh mas Siddik terjatuh menimpa tubuhku. "Mas, berat ih," Aku berusaha mengangkat tubuhnya tetapi tenagaku tidak cukup kuat.Jantungku berdegup kencang tatkala tubuh mas Siddik menimpa tubuhku yang ikut terjatuh bersamanya. Aroma tubuh mas Siddik wangi, aku sangat suka aroma itu, begitu menenan
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 23

"Selamat pagi istriku yang cantik dan baik hati," sapa mas Siddik dengan melempar senyum menyeringai, seraya menaikkan alisnya. Bagaikan datuk maringgih tatkala berjumpa dengan siti nurbaya. Begitulah suamiku kalau sudah sembuh, kumat g*njennya."Sudah sembuh?" tanyaku seraya memalingkan wajahku."Udah dong. Itu berkat pelukan istriku. Pelukan penuh cinta!" Mas Siddik mengedipkan sebelah mata. Lelaki itu berjalan mendekat segera aku dorong tubuh kekar itu dan hendak berbalik ke kamar belakang."Eit mau kemana?" Mas Siddik tersenyum miring. Dia segera menangkap tubuh ini dan menguncinya. "Mas, kamu kesambet dimana sih? Apa akibat demam tinggi jadi sarafmu jadi konslet?" tanyaku tetapi Mas Siddik malah tertawa mendengarnya. Dia berdiri dibelakangku, tiba-tiba saja kedua tangan melingkar dipinggang membuat diri ini susah untuk bergerak."Kesambet dewi cinta penghuni rumah ini kayaknya, Dek." jawabnya santai, sementara kepalanya diatas pundakku. Begitu manisnya.Namun, jika teringat keja
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 24

"Assalamualaikum, Mayra, Mas pulang!" Mas Siddik langsung membuka pintunya karena pintu utama tidak pernah aku kunci. Sudah kebiasaan pintu tidak dikunci, karena disini tidak akan masuk maling. Mana mungkin maling bisa masuk, setiap sudut dijaga ketat."Waalaikum salam. Eh ... Mas sudah pulang?" tanyaku basa basi. Mas Siddik mengulurkan kopel, dahrim serta topi dan aku mengambilnya kemudian kusimpan dilemari dan kututup rapi."Makan ya? Biar Adek siapin?" "Hmmm ... masak apa?" tanya mas siddik seraya melepaskan baju dinas dan menggantungkan dikamar belakang."Gulai ayam. Sayur lalapan timun didepan Adek petik." ujarku seraya membuka tudung saji dan menyendokkan nasi kedalam piring mas Siddik."Hmmm ... enak nampaknya." "Tapi Adek gak pande masak. Semoga masakan Adek pas dilidah Mas, ya?" Kami berdua menikmati makan siang dengan suasana saling diam."Enak, Mas?" tanyaku sesaat suapan terakhir mas Siddik."Lumayan, untuk pemula!" ejek mas Siddik membuat aku ingin menangis saja. Apa su
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 25

"Beneran? Tapi katanya sakit seperti digigit harimau?" tanya amas Siddik sambil tersenyum. Mas Siddik bangun dan segera duduk dipinggir ranjang saat mendengar ucapanku tadi."Udah, deh. Gak usah ngeledek!" Aku sangat malu diejek sama mas Siddik. Entah kenapa pun aku terlalu jujur, akhirnya diejek kan? Biarpun suami sendiri tapi malunya sampai keubun-ubun."Enggak ngeledek, Sayang. Mas serius bertanya apa enggak sakit? Kemarin kata Adek sakit bagaikan digigit macan?" Aku menggeleng pelan."Sakit sih sakit. Tapi enak. Hehehe. Lagian sakitnya hanya sebentar aja kok, Mas.""Berarti sekarang bisa nambah lagi dong!" Mas Siddik merangkul tubuhku dan mengukungnya."Ya, enggak sekarang, Mas. Masih agak sakit," ujarku dengan wajah meringis. "Mas pikir mau lanjut lagi sekarang. Lumayan dapat tiga ronde. Rapel," ucap mas Siddik."Udahlah. Adek hanya bercanda aja kok!" Aku malu terlalu jujur pada mas Siddik. Malu juga jika dia meledek nantinya."Gak sakit kali kan? Coba dari kemarin-kemarin kita
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 26

"Mas, besok ada perlombaan dikompi bantuan. Jadi harus hadir semua. Gak boleh ada yang absen!" Aku memberitahukan pada mas Siddik bahwa besok akan ada acara perlombaan bola volley, dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia."Hmm ... Adek ikut perlombaan enggak, nih?" tanya mas Siddik. "Mana bisa Adek ikut, Mas.""Lho, emangnya kenapa?""Adek aja baru bergabung, sementara mereka udah latihan jauh-jauh hari," ujarku seraya membuka sepatu olah raga dan menyimpannya di rak sepatu diteras rumah."Oh iya juga sih!""Hmmm ... Mas, besok kan kami seharian di kompi ban. Bagaimana kalau Adek singgah ke rumah ibu waktu jam istirahat?" tanyaku. Belum seminggu berpisah aku sudah merasakan kangen sama rumah dan juga penghuninya."Boleh. Tapi jangan lama-lama ya, Dek. Pokoknya Adek singgah ke rumah ibu, habis itu jangan keluyuran lagi. Situasi sekarang gak jelas!" pesan mas Siddik dan aku mengangguk tanda setuju."Tapi Mas!" ucapku menggantung."Apalagi, Sayang?" tanyanya seraya me
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 27

"Bu, Kak ... Mayra pulang dulu ya! Minggu depan kalau tidak ada halangan, Mayra pasti akan datang menghadiri pesta Kakak," pamitku pada dua wanita yang sangat aku sayangi itu."Kalau gak sempat, gak usah datang aja, May. Berdoa saja semoga acaranya lancar!" pesan kak Jenny seraya menepuk pelan pundakku dengan tatapan mata saling berembun."Gak apa-apa. Mayra juga mau kenalan sama calon kak Jenny," ujarku."Sedih ya May. Dulu kita kemana-mana berdua. Sekarang sudah dengan kehidupan kita masing-masing!" ujar kak Jenny. Kami berjalan keluar rumah seraya berbincang-bincang mengenang masa kecil kami dulu."Seandainya waktu bisa kita hentikan ya Kak. Kadang Mayra kepikiran, seandainya ada pintu kemana saja seperti punya doraemon, kalau sedang kangen pada masa lalu, tinggal masuk saja melalui pintu itu," ujarku menghayal."Ah ... ngawur kamu. Mana mungkin terjadi. Itulah akibat kebanyakan nonton kartun ya kek gini," ujar kak Jenny seraya menepuk pundakku."Ish ... kak Jenny masih aja kejam k
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 28

"Pa, bertahan. Sebentar lagi bantuan datang!" ujar bu Sugiono tergugu. Beberapa ibu-ibu mengusap punggung wanita bertubuh langsing itu, memberikan semangat untuknya. Tanpa ada yang memerintah, kami berkumpul mengelilingi korban, tidak ada satupun yang tidak menangis melihat istri dan anak om Sugiono menangis dan meronta saat sang suami dan ayah tergeletak ditanah. Yang tadinya gagah sekarang sudah tidak berdaya."Papa bangun, Pa. Temanin Bagas main bola!" Anak kecil berusia lima tahun itu menggoyang tubuh papanya yang sudah tidak berdaya lagi."Pa, dengarkan? Apa yang dibilang anak kita?"Sementara istrinya meracau melihat suaminya tidak bergerak lagi. Air matanya berjatuhan membasahi pipi.Siapa yang tidak akan bersedih melihat belahan jiwanya sedang sekarat begitu. Ditambah anaknya yang menangis ingin memeluk papanya tetapi tidak diberikan ijin."Pa, jangan tinggalkan kami! Pa, mana janji Papa akan terus bersama sampai kita menua bersama! Pa, Mama tidak sanggup menjalani hidup ini s
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 29

"Mas, gak boleh pergi! Pokoknya Adek gak mau Mas kemana-mana!" Seketika saja sekujur tubuhku gemetar saat mendengar mas Siddik hendak berangkat bertugas mengamankan proyek vital. Banyak sudah prajurit gugur dalam bertugas, dan aku tidak mau itu terjadi pada suamiku."Namanya tugas. Bagaimana gak pergi, Sayang?"Mas Siddik begitu santai tidak ada ketakutannya sedikitpun. Aku membayangkan lelakiku sedang patroli, tiba-tiba diserang dan terjadi kontak senjata dengan kelompok pengacau keamanan, seperti kejadian yang menimpa rombongan ibu-ibu dua hari yang lalu.Tuhan ... aku takut. Seandainya bisa meminta, aku tidak ingin berpisah dengan mas Siddik. Baru juga aku mencintai dan menyayanginya, masak sudah Engkau ambil dia dari sisiku. Tidak terasa air mata mengalir dari pelupuk mata ini. Kupeluk erat imamku, ingin aku masuk saja dalam tubuhnya sehingga aku bisa membantu dia saat diserang orang tak dikenal itu."Kan bisa Mas bilang gak bisa ikut. Alasannya istri Mas sakit!" Aku memberi alasa
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 30

"Dek, Mas gak bisa bantu masak, Adek bisa masak sendiri kan?" tanya Mas Siddik seraya menyerahkan plastik kresek berwarna hitam yang berisi daging, dari beratnya aku rasa ada sekitar dua kilo lebih. "Mas buat apa beli daging segini banyak, emang habis untuk kita berdua?" tanyaku. Aku heran melihat mas Siddik kalau berbelanja tidak pernah sedikit."Sisanya bisa Adek simpan dikulkas. Lagian rendang kan tahan lama sih, Dek!" "Apa Mas gak bosan makan daging terus? Dua kilo itu loh. Bukannya dikit!" "Hmmm ... gak apa-apa makan daging yang banyak. Mana tau Adek hamil nanti dapat anak laki-laki!" Mas Siddik tersenyum nakal membuat aku tersipu malu. Baru beberapa hari menikah sudah memikirkan hamil. Duh ... bagaimana ini. Aku belum siap hamil. Masih mau bermanja-manja dulu dengan kekasih halalku."Gak usah hamil dulu, ya? Adek belum siap!" Aku mengajukan keberatan tatkala mas Siddik mengatakan sangat mengjnginkan anak laki-laki dari pernikahan kami yang masih berusia beberapa hari itu. Kat
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status