Share

Bab 17

Author: Trinagi
last update Last Updated: 2024-12-19 00:40:24

"Hukum aja. Adek gak takut!" Tantangku lagi. Aku sudah pasrah dengan nasib badan ini. Punya suami kejam, sedikit saja salah main hukum. Memangnya aku ini istri yang lahir di zaman kolonial, wanita selalu dibawah dan tidak dihargai.

"Malah milih dihukum daripada makan sayur. Agak lain memang!" Dagunya masih bertengger dibahu ini membuat aku risih. Tubuhku masih duduk diatas pangkuan mas abu Ubaidah, sementara tangannya masih memeluk erat pinggang ini.

"Adek gak suka makan sayur. Kenapa main paksa sih!" Aku berusaha bangkit dari pangkuannya tetapi tenagaku tidak kuat untuk melawannya.

"Dikasih enak gak mau!"

"Enak apa! Adek bukan kambing, Mas,"

"Aaaak." Mas Siddik terus saja menyodorkan sendok ke mulutku. Namun, kutolak kasar sehingga sendoknya jatuh membuat wajah mas Siddik berubah merah, mungkin menahan marah. Entahlah. Aku semakin takut melihatnya.

"Kamu memang harus dihukum nampaknya!"

Tanpa menunggu protesku mas Siddik langsung melum*t bibir ini. Mendapat serangan mendadak dari l
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 18

    "Assalamualaikum, Mas pulang." Terdengar suara mas Siddik sangat ceria baru pulang latihan nembak. Masih teringat dakam kngatanku, begitu manisnya dia mencium bibir ini. Kalau tidak karena ada wanita lain dihatinya, pasti aku akan berlari menghambur kedalam pelukannya."Mayra sayang? Where are you?" Lagi-lagi mas Siddik berbicara sendiri. Aku malas menjawabnya, hatiku masih sakit mendengar penuturan bu Saidi yang mengatakan bahwa mas Siddik ingin memperkosa adiknya. Wanita mana tidak sakit hati jika mengetahui suaminya mencintai wanita lain dan dia hanya dijadikan sebagai pelarian semata?"Mayra? Kamu disini? Kenapa tidak menjawab saat Mas panggil tadi?" Mas Siddik menghampiriku yang sedang memasukkan bajuku ke dalam koper. Hari ini aku akan pulang ke rumah orang tuaku."May, kamu menangis? Kenapa? Apa Mas telah menyakitimu, Sayang?" Mas Siddik berjongkok dihadapanku. Kedua tangannya membingkai wajah ini. Aku tidak sanggup menerima perlakuan seperti ini. Aku tidak sanggup melihat Mas

    Last Updated : 2024-12-19
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 19

    "Istri saya sudah saya jamah atau belum itu bukan urusan Ibu! Jadi saya harap jangan terlalu ikut campur dengan rumah tangga saya! Urus saja rumah tangga Ibu sendiri!""Maaf Om," wajah bu Saidi berubah tegang saat berhadapan dengan suamiku. Entah sejak kapan mas Siddik berdiri dibelakangku. Apa dia ikut senam juga? Kebetulan barisanku paling belakang.Selang beberapa langkah disambung barisan bapak-bapak. Setiap jumat bapak-bapak dan ibu-ibu kompi melaksanakan senam bersama."Saya harap, Ibu jangan menyebar fitnah. Saya tidak berminat terhadap adik Anda. Dikasih gratis saja saya tidak mau!""Mas ...." ujarku berbisik."Saya bukan kurang ajar, gara-gara omongan Anda kami hampir berpisah. Istri saya termakan hasutan Ibu!" Mas Siddik meradang. Mungkin dia juga sudah lelah difitnah oleh bu Saidi."Ibu harusnya sadar. Adik ibu itu yang sudah berselingkuh dibelakang saya! Dan ibu juga harus tau, saya tidak pernah memaafkan perselingkuhan. Jadi saya mohon ibu jangan berharap saya masih mengi

    Last Updated : 2024-12-19
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 20

    "Kamu kenapa, May? Wajahmu pucat sekali! Kamu sakit ya?" tanya mas Siddik seraya menempelkan telapak tangannya dikeningku."Enggak ada apa-apa, Mas," jawabku seraya mengurai pelukan. Berusaha menjauhkan tubuh ini dari lelaki yang sudah mengucapkan ijab kabul dua hari yang lalu."Tapi kenapa tanganmu dingin dan berkeringat begini?" Mas Siddik tidak tahu kalau istrinya sangat ketakutan membayangkan perkakasnya yang menyeramkan itu."Kita berobat ya?" pintanya dengan wajah khawatir."Gak usah, Mas. Adek sehat kok! Tadi hanya kecapekan aja!" ujarku. Apa benar perkakas Mas Siddik sebesar itu? Spontan saja diri ini mengukur pergelangan tangan dan membayangkan barang sebesar itu masuk dalam tubuhku. Tuhan ... aku tidak sanggup rasanya.'Ibu ... tolong anakmu.' teriakku dalam hati."Ada apa, May? Kamu seperti orang ketakutan begitu?" tanya mas Siddik dengan wajah keheranan. Mungkin dia heran melihat istrinya tiba-tiba pucat pasi seperti ini. Kayak kesambet setan saja. Setan kodoit."Eng ...

    Last Updated : 2024-12-19
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 21

    "Anita? Sedang apa kamu disini?" tanya ibu mertua seraya merangkul tubuh wanita seksi itu. Ibu mertuaku nampaknya sangat akrab dengan mantan pacar suamiku. "Menjenguk kawan sakit. Ibu mau kemana?" Wanita bertubuh seksi itu balik bertanya."Tapi anak wak Adi masuk rumah sakit!" ucap ibu mertua seraya menggandeng tangan Anita. Begitu serunya mereka mengobrol, sehingga aku merasakan diri ini hanya obat nyamuk bagi mereka berdua."Siapa, Bu? Winda?""Iya. Sekarang dia sering keluar masuk rumah sakit!" ujar ibu mertua mengurai pelukan."Sakit apa Winda? Asam lambung?" Anita tahu betul penyakit ponakan dari ibu mertua. Mereka sudah sangat akrab dan saling mengenal satu sama lain. Hmmm ... Beda banget dengan aku yang sudah jelas sah dimata negara dan agama tetapi tidak ada satupun keluarga mas Siddik yang aku kenal."Iya. Asam lambungnya kumat!" "Ish ... Winda bandel dibilangin, Bu. Padahal sudah bolak balik kumat asam lambungnya masih juga makan pedes!" Aku menyimak obrolan dua wanita be

    Last Updated : 2024-12-19
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 22

    "May, buka pintunya," panggil mas Siddiq dari balik pintu. Jam didinding sudah menunjukkan diangka sepuluh malam. Herannya, kenapa mas Siddik tidak tidur sendirian saja dikamar depan, tidak perlu mengusik ketentraman aku tidur."Mayra ... May!" mas Siddik terus saja memanggil sambil sesekali menggedor. "May, buka pintunya!" Lelaki yang konon katanya mirip Abu ubaidah itu terus saja menggedor pintu, tetapi sekarang menjadi melemah suara gedorannya. Aku khawatir, mas Siddik kenapa-kenapa diluar sana, akhirnya aku buka juga pintunya."Ada apa sih?" Bentakku tapi seketika saja aku terhenyak tatkala melihat wajah dan mata mas Siddik memerah dengan nafas tersengal."Di ... dingin!" Tiba-tiba saja tubuh mas Siddik terjatuh menimpa tubuhku. "Mas, berat ih," Aku berusaha mengangkat tubuhnya tetapi tenagaku tidak cukup kuat.Jantungku berdegup kencang tatkala tubuh mas Siddik menimpa tubuhku yang ikut terjatuh bersamanya. Aroma tubuh mas Siddik wangi, aku sangat suka aroma itu, begitu menenan

    Last Updated : 2024-12-19
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 23

    "Selamat pagi istriku yang cantik dan baik hati," sapa mas Siddik dengan melempar senyum menyeringai, seraya menaikkan alisnya. Bagaikan datuk maringgih tatkala berjumpa dengan siti nurbaya. Begitulah suamiku kalau sudah sembuh, kumat g*njennya."Sudah sembuh?" tanyaku seraya memalingkan wajahku."Udah dong. Itu berkat pelukan istriku. Pelukan penuh cinta!" Mas Siddik mengedipkan sebelah mata. Lelaki itu berjalan mendekat segera aku dorong tubuh kekar itu dan hendak berbalik ke kamar belakang."Eit mau kemana?" Mas Siddik tersenyum miring. Dia segera menangkap tubuh ini dan menguncinya. "Mas, kamu kesambet dimana sih? Apa akibat demam tinggi jadi sarafmu jadi konslet?" tanyaku tetapi Mas Siddik malah tertawa mendengarnya. Dia berdiri dibelakangku, tiba-tiba saja kedua tangan melingkar dipinggang membuat diri ini susah untuk bergerak."Kesambet dewi cinta penghuni rumah ini kayaknya, Dek." jawabnya santai, sementara kepalanya diatas pundakku. Begitu manisnya.Namun, jika teringat keja

    Last Updated : 2024-12-19
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 24

    "Assalamualaikum, Mayra, Mas pulang!" Mas Siddik langsung membuka pintunya karena pintu utama tidak pernah aku kunci. Sudah kebiasaan pintu tidak dikunci, karena disini tidak akan masuk maling. Mana mungkin maling bisa masuk, setiap sudut dijaga ketat."Waalaikum salam. Eh ... Mas sudah pulang?" tanyaku basa basi. Mas Siddik mengulurkan kopel, dahrim serta topi dan aku mengambilnya kemudian kusimpan dilemari dan kututup rapi."Makan ya? Biar Adek siapin?" "Hmmm ... masak apa?" tanya mas siddik seraya melepaskan baju dinas dan menggantungkan dikamar belakang."Gulai ayam. Sayur lalapan timun didepan Adek petik." ujarku seraya membuka tudung saji dan menyendokkan nasi kedalam piring mas Siddik."Hmmm ... enak nampaknya." "Tapi Adek gak pande masak. Semoga masakan Adek pas dilidah Mas, ya?" Kami berdua menikmati makan siang dengan suasana saling diam."Enak, Mas?" tanyaku sesaat suapan terakhir mas Siddik."Lumayan, untuk pemula!" ejek mas Siddik membuat aku ingin menangis saja. Apa su

    Last Updated : 2024-12-20
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 25

    "Beneran? Tapi katanya sakit seperti digigit harimau?" tanya amas Siddik sambil tersenyum. Mas Siddik bangun dan segera duduk dipinggir ranjang saat mendengar ucapanku tadi."Udah, deh. Gak usah ngeledek!" Aku sangat malu diejek sama mas Siddik. Entah kenapa pun aku terlalu jujur, akhirnya diejek kan? Biarpun suami sendiri tapi malunya sampai keubun-ubun."Enggak ngeledek, Sayang. Mas serius bertanya apa enggak sakit? Kemarin kata Adek sakit bagaikan digigit macan?" Aku menggeleng pelan."Sakit sih sakit. Tapi enak. Hehehe. Lagian sakitnya hanya sebentar aja kok, Mas.""Berarti sekarang bisa nambah lagi dong!" Mas Siddik merangkul tubuhku dan mengukungnya."Ya, enggak sekarang, Mas. Masih agak sakit," ujarku dengan wajah meringis. "Mas pikir mau lanjut lagi sekarang. Lumayan dapat tiga ronde. Rapel," ucap mas Siddik."Udahlah. Adek hanya bercanda aja kok!" Aku malu terlalu jujur pada mas Siddik. Malu juga jika dia meledek nantinya."Gak sakit kali kan? Coba dari kemarin-kemarin kita

    Last Updated : 2024-12-20

Latest chapter

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 49

    "Maafkan Mayra tidak bisa melayani Mas seperti seorang istri pada umumnya!" ujarku tergugu tatkala melihat mas Sidik mencuci baju sendiri.Biasanya selain ada ibuku dan ibu mertua, dirumah kami juga juga membayar tukang cuci.. Tapi hari ini izin libur karena ada urusan keluarga yang tidak bisa ditinggal. Sementara ibuku dan ibu mertua sudah pulang."Gak apa-apa, Sayang!" Mas Sidik masuk ke kamar dan merebahkan diri disisiku dan meraih tangan ini kemudian diletakkan dipipinya."Kasian Mas. Gara-gara Mayra jadi begini!" Aku berbalik arah tidur menatap kearah suamiku."Menurut Mas, tidak ada yang perlu dikasihani, sudah biasa dalam berumah tangga kita saling membantu, May. Kalau Mas sakit siapa yang bantu? Pasti istri kan?" tanyanya dengan suara lemah lembut seraya mengelus pucuk kepalaku. Mas Satria meraih pundak ini dan meletakkan didadanya."Sayang, Mas tidak pernah merasa Kamu repotkan. Jadi jangan pernah merasa bersalah, ya?" Mas Satria mengecup pucuk kepalaku, lama. Tuhan ... terim

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 48

    "Mas, Mayra pendarahan!" aduku pada mas Siddik yang sedang berbaring ditempat tidur. Tadi aku juga ikut berbaring disebelahnya, tapi aku bangun hendak ke kamar mandi. Tiba-tiba dikejutkan tatkala melihat darah banyak bercecetan di lantai."Apa?" Mas Siddik tersentak dan langsung bangun dari pembaringannya. "May, jangan banyak gerak dulu!" ujar mas Siddiq panik seraya membawa tubuh ini ke ranjang untuk tidur. Walaupun aku berjalan pelan tapi darah masih menetes juga."Tidur aja ya? Begini saja, nyamankan?" Aku hanya mengangguk sebagai respon atas pertanyaan Mas Siddik. Lelakiku mengambil bantal dan menyangga kaki ini. Mungkin untuk menghentikan pendarahan.Pandangan mata sudah mulai kabur, aku sudah mulai hoyong. Tatapanku juga berkunang-kunang dan mutar. Tuhan ... selamatkan aku dan bayiku."Mas kerumah dan-ki dulu!" pamitnya seraya berlari keluar rumah. "Bu, tolong lihat istri saya sebentar. Istri Saya pendarahan!" teriak mas Siddik terdengar sampai ke telingaku."Iya, ya, Om. Saya

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 47

    "Dek, sini!" Mas Siddik menepuk sofa disebelahnya untuk aku duduki.Aku melangkahkan kaki menuju sofa dimana mas Siddik duduk saat ini. Kulihat suamiku tidak seperti biasanya. Entah apa gerangan yang membuat suamiku bersedih hati."Mas kenapa agak lain hari ini? Mas sedang ada masalah?" tanyaku ragu-ragu. Biasanya kalau pulang dinas mas Siddik selalu tersenyum bahkan sering bercanda. Ada saja bahan yang sehingga membuat aku tertawa. Dia juga suka sekali meledek perutku yang semakin membuncit ini. Katanya kayak badut. "Nampaknya Mas sedang bersedih?" Aku kembali bertanya."Hmmm ... Adek ingat Nasir?" Mas Siddik mengusap sudut matanya. Aku tahu dia hendak menangis tetapi mungkin dia malu jika dihadapanku."Nasir yang mana? Yang membantu Mas keluar dari markas kelompok bersenjata itu, ya?" tanyaku dan mas Siddik mengangguk lemah."Kenapa dengan om Nasir, Mas?" Aku membaca ada sesuatu yang tidak mengenakkan telah terjadi pada pria berdarah Aceh tersebut."Tadi malam dia ditembak oleh ora

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 46

    "Loh siapa ini ndusel-ndusel kayak anak kucing?" kelakarku saat melihat Mayra bangun tidur langsung memeluk tubuh ini. Dia kelihatan sangat manja. Semakin hari tingkah Mayra semakin membingungkan. Tadi malam katanya aku ini bau sehingga membuat dia muntah-muntah. Sekarang malah kayak anak kangguru menempel sama induknya. Tidak bisa dilepas. Entah apa maunya."Mas wangi banget. Adek jadi kepingin ciumin terus!" ujarnya seraya mengendus-endus leher dan ketiakku. Betul-betul membuat aku tidak mengerti tingkah ibu hamil yang satu ini."Wangi dari mana? Mandi aja belum apalagi sikat gigi. Nafas Mas masih bau naga!" ujarku hendak beranjak dari tidur tetapi ditahan oleh Mayra."Jangan pergi. Adek masih kangen, candu mencium aroma tubuh Mas. Peluk!" ujarnya dengan nada manja. Aku yang masih kaget melihatnya terpaksa juga memeluknya."Gak mual dekat-dekat dengan Mas? Katanya Mas bau?" tanyaku keheranan."Gak bau kok. Tadi malam bau banget, sekarang malah wangi!" ujarnya dan Mayra masih ndusel-

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 45

    "Mas Siddik!" Aku berteriak histeris tatkala melihat pria yang selama ini aku nanti-nantikan sudah berada dihadapanku."Mayra, Mas pulang, Sayang!" ujar mas Siddik dengan suara gemetar.Kenapa mataku melihat sosok mas Siddik sedang mendekati diri ini? Apakah itu betukan suamiku atau hanya ilusiku saja?Nampaknya aku sangat merindukan pria itu sehingga bayangan dia terus saja menghantui pikiranku."Mas?"Aku merasa semua ini hanya mimpi atau hanya halusinasiku saja? Tidak mungkin mas Siddik yang telah gugur hidup kembali. Disini saja, kami sedang mengirim doa untuknya, masak tiba-tiba dia hadir diacara tahlilan dia sendiri? Sangat tidak lucu."Hai, aku suami kamu!" Pria itu mengibaskan tangannya didepan kedua mataku."Kamu suamiku? Mas, Adek tidak sedang bermimpi, kan?" Aku mendekatinya. Pria itu memakai baju compang camping bagaikan seorang pengemis."Kamu sedang tidak bermimpi, Sayang! Nih pegang!" Mas Siddik meraih tanganmu untuk menyentuh pipinya. Aku masih ragu juga, bisa jadi ka

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 44

    "Banyak-banyak berdoa, May. Siapa tau mas Siddik masih hidup tapi tidak tau jalan pulang. Bisa jadi dia tersesat dalam hutan, kan?" Jenny berusaha menghiburku selama ini tidak ada satupun di rumah ini ataupun semua pihak yang mengerti isi hatiku kecuali Kak Jeni."Aku juga berpikir begitu kak bisa jadi 'kan, mas Siddik di itu masih hidup dan dia tidak tahu jalan pulang!"Perasaanku sebagai istrinya, mengatakan jika imamku itu masih hidup."Kita berdoa saja May. Nanti malam kita baca Yasin bersama, memohon kepada Allah semoga suami kamu ditemukan dalam keadaan hidup atau mati." Kak Jenny tidak bosan-bosannya memberikan aku semangat. Sehingga dengan kehadirannya sedikit membuatku terhibur. Walau kadang disaat sedang sendirian aku kembali menangis mengingat suamiku yang baru beberapa bulan kami hidup bersama dan sudah direnggut kebahagiaan oleh takdir.***Sementara itu, sersan Siddik dan praka Nasir akhirnya sampai juga di tepi jalan. Mereka mengendap-ngendap karena banyaknya lalu lala

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 43

    Hari ini malam kedua acara kirim doa dirumahku. Para ibu-ibu udah mulai berdatangan untuk membantu memasak segala keperluan nanti malam."Kasian om Siddik ya. Padahal dia prajurit berprestasi. Tidak akan mungkin kalah jika melawan pemberontak." bisik bu Saidi pelan tapi masih bisa aku dengar."Mungkin istri dan anaknya ini bikin hidup dia sial terus ya! Gak bisa dipake!" Anita melirik sinis kearahku. Jika bukan sedang dalam situasi berkabung aku sudah merobek mulutnya hingga hancur lebur. Bila perlu mulut dia kupindahkan sekalian kebawah, disekitar bokong aja. Lebih terhormat anus dibandingkan mulutnya. Wanita berhati iblis memang begitu ya, tidak memiliki hati nurani sedikitpun."Iya. Dia wanita pembawa sial!" ujar bu Saidi seakan mengaskan perkataan adiknya."Hust ... bu Saidi gak boleh ngomong begitu! Mereka sedang dalam keadaan berkabung, jangan ditambah lagi dengan kata-kata yang membuat bu Siddik semakin terpuruk!" tegur bu Danu yang berdiri disebelah bu Saidi. Mereka berdua mem

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 42

    "May, makan dulu. Dari kemarin kamu belum makan, loh!" Ibu menawari makan siang karena sejak kemarin pagi perut ini belum terisi satu sendok pun makanan.Padahal ibu tadi membeli nasi padang kesukaanku tapi diri ini belum berselera untuk menyentuhnya. Saat ini, yang aku inginkan hanyalah kehadiran mas Siddik. Hanya dia yang bisa membuat aku bahagia. Hanya dia yang bisa membuat aku berselera makan."Mayra tunggu mas Siddik pulang aja, Bu!" Aku yakin suamiku akan pulang dalam waktu dekat ini. Aku yakin pria itu tidak akan meninggalkan aku sendiri di dunia ini. Apalagi sebentar lagi akan hadir buah cinta kami berdua meramaikan rumah mungil kami."Gak boleh gitu, May. Kamu harus makan walaupun sedikit. Kasian bayi dalam kandunganmu!" nasehat ibuku. Beliau datang kemari setelah mendapat berita hilangnya mas Siddik dari ibu mertua. Mereka semua begitu percaya jika mas Siddik sudah tidak ada. Tapi aku tidak semudah itu mempercayainya. Sebelum jenazah mas Siddik ditemukan aku tetap mengangg

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 41

    Pov authorEmpat hari kemudian situasi keamanan sudah kondusif. Beberapa wilayah sudah tidak masuk dalam status siaga lagi. Atasan mereka memerintahkan untuk mencari keberadaan Siddik.Tim regu yang pernah menjadikan Siddik sebagai komandan regunya menawarkan diri untuk mencari keberadaan pria yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah itu.Mereka harus tetap waspada karena para musuh tidak akan mundur sebelum diberikan kemerdekaan untuk enuh oleh pemerintah."Aku kok gak yakin sersan Siddik masih ada!" tanya salah satu rekan pada kopda Romi."Kenapa kamu bicara seperti itu? Kita harus optimis!" jawab sersan Ridwan dsn menjatuhkan bobot tubuhnya diatas tanah.Mereka sudah mencari keberadaan sersan Siddik kesana kemati tetapi mereke tidak menemukan juga."Hei, bukankan ini punya Danru?" prada Sucipto mendapatkan kalung milik sersan Siddik tergeletak diatas tanah. Kopral Romi kaget dan langsung menghampiri prada Sucipto yang memegang dogtag atas nama serka Siddik."Iya. Ini punya Danr

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status