Beranda / Urban / Menantu Paling Berkuasa / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab Menantu Paling Berkuasa: Bab 141 - Bab 150

208 Bab

Bertemu Mantan

Satu minggu setelah kembali dari bulan madu, Kevin ada pertemuan selama tiga hari bersama para pengusaha di seluruh dunia.Dia mengajak Zara untuk ikut bersamanya seolah tak ingin jauh sedikitpun dari sang istri.“Ah ternyata sudah jam delapan malam, pantas saja aku sangat lelah,” gumam Kevin saat baru saja melangkah keluar dari ruang pertemuan.Dia terus melangkah keluar berniat segera menuju ke dalam kamar hotelnya.“Zara lagi ngapain ya, aku bisa se-bucin ini sama dia,” Kevin bermonolog. "Kevin...!" teriak Veronica dengan sedih, suaranya begitu pilu, namun tetap menyeruak ke telinga mantan kekasihnya. Merasa ada yang memanggil namanya, Kevin menghentikan langkahnya sejenak dan terkesiap, seakan mendengar hantu masa lalunya. Suara yang begitu familiar itu menggelitik penjuru hatinya yang telah lama ditinggalkan. Memegang nafasnya, ia berani membalikkan tubuhnya, menatap suara orang yang sedang memanggilnya.“Dia lagi,” gumam Kevin menahan kesal.Ternyata benar, wanita itu-lah yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-15
Baca selengkapnya

Musuhnya Tumbang

Keesokan harinya, Dimas menghubungi Kevin melalui panggilan telepon. Kevin, yang hampir berangkat ke tempat pertemuan, pun memilih untuk duduk kembali, menerima telepon dari sang asisten. "Ada apa, Dimas?" tanya Kevin pada asistennya. "Ada tiga kabar baik dan satu kabar buruk, Tuan. Anda mau dengar yang mana dulu?" tanya Dimas di seberang telepon. "Yang baik dulu saja, deh," jawab Kevin. "Kabar baik yang pertama, Mario Baron sudah ditangkap polisi. Semua aset yang masih tersisa sudah disita oleh polisi. Jaringannya juga sudah dibubarkan. Orang-orang yang terlibat di dalamnya, yang meresahkan dunia bisnis selama ini, juga ikut ditangkap." Kevin tersenyum mendengar berita baik pertama yang disampaikan oleh Dimas. Ini adalah kabar yang mereka tunggu-tunggu sejak dulu. Kegelisahan dalam dunia bisnis akhirnya mendapat titik terang dan keadilan mulai menemui jalannya."Lalu, kabar baik yang kedua?" tanya Kevin dengan nada penasaran yang amat mendalam."Raras terjerat skandal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-16
Baca selengkapnya

Masalah yang Sama

Di rumah Daniel, suasana genting merajai setiap inci ruangan. Beberapa waktu lalu, teriakan dan celaan tajam menggantung di udara, seolah-olah mampu menyesakkan dada orang yang mendengarnya.Rumah yang semestinya menjadi tempat yang nyaman seketika berubah menjadi medan pertempuran kecaman, saat keluarga istri sah pria yang tertangkap bersama Raras di hotel itu, menyerbu rumah Daniel dengan amarah membara. "Papa sama sekali tak pernah menyangka kau bisa serendah ini, Raras!" bentak Daniel dengan wajah merah padam. Air mukanya menampakkan kekecewaan mendalam yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata. "Mama juga tak menyangka kau tega berbuat demikian dan merendahkan martabatmu sebagai wanita. Kami pikir dengan kau bersekolah dan menempuh pendidikan di kampus terbaik di dunia, kau akan menjadi anak kebanggaan kami. Ternyata, kau malah mencoreng nama baik keluarga!" Sang mama menyahut dengan suara gemetar, air mata kecewa tak mampu ia tahan lagi. Kedua orang tua Raras terhemp
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-17
Baca selengkapnya

Panas Tapi Tak Terbakar

"Apa sebaiknya aku keluar dulu dari rumahmu, Daniel? Aku merasa bersalah numpang di sini, terlebih saat kau sedang menghadapi masalah," ucap Galen dengan penuh perasaan kepada Daniel. Daniel menggeleng, seraya memandang tajam ke arah jauh, "Tidak perlu. Masalah ini juga akan berlalu, kita harus tetap fokus pada tujuan awal kita, yaitu mengambil alih segala sesuatu yang menjadi milik Kevin." Galen mengangguk tegas, menunjukkan dukungannya. "Lalu, bagaimana kabar anakmu?" tanya Daniel, seakan ingin tahu pergerakan lawan-lawannya. "Dia sudah berhasil membohongi Zara dan Kevin soal hubunganku dengan Jenni yang tengah di ujung tanduk. Bahkan Jenni sudah menempati satu unit apartemen milik Kevin," sahut Galen, bangga akan pencapaian anaknya. "Bagus, semoga semua berjalan sesuai rencana. Beri tahu anakmu agar berhati-hati dan jangan bertindak gegabah," tukas Daniel."Tentu saja, nanti aku akan sampaikan pada Jenni," balas Galen, penuh keyakinan bahwa mereka akan berhasil meraih kemenang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-18
Baca selengkapnya

Lima Menit Lagi

Setelah selesai makan siang Kevin mengantar sang istri ke kamar dan ia akan kembali ke ruang pertemuan.Zara berjinjit berniat untuk bisa mengecup bibir sang suami sekilas, jujur niatnya hanya sekilas sebelum nanti ia mengecup punggung tangan suaminya, seperti biasa yang mereka lakukan sebelum Kevin kembali ke ruang pertemuan.Namun siapa sangka pria itu malah menahan tengkuk kepala sang istri lalu mulai melumat bibir istrinya penuh hasrat.Kevin pun mulai melesakkan lidahnya, saling membelit satu sama lain hingga Zara dan Kevin meminjamkan mata.Mereka berdua sama-sama menikmati permainan bibir tersebut.Sampai akhirnya Zara kembali terdengar mendesah karena merasa permainan lidah sang suami sungguh membuatnya menjadi terangsang.Tidak hanya Zara, tapi Kevin pun merasakan hal yang sama, karena sesuatu di bawah sana sudah mulai tegang.Kevin menyentuh tangan kanan Zara, tanpa melepaskan c**man yang sedang mereka nikmati berdua, ia dengan sengaja meminta Zara untuk menyentuh bagian int
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-20
Baca selengkapnya

Kabar Baik

Esok harinya, Kevin baru saja bersiap untuk kembali ke rumah di kota West Country. Tiba-tiba, ponselnya berdering.Ternyata yang menghubungi Kevin adalah sang asisten, Dimas. Kevin bergegas menekan tombol berwarna hijau agar segera bisa berkomunikasi dengan Dimas. "Halo, Dimas. Ada apa?" tanya Kevin dengan suara bersemangat."Tuan, ada kabar baik dari rumah sakit. Katanya, mertua Anda sudah mulai mengingat masa lalunya. Dokter menyarankan keluarga kandung pasien agar segera datang, minimal bisa memberi semangat bagi pasien untuk pulih," jelas Dimas dengan nada gembira. Hatinya berbunga, Kevin merasa seakan beban berat telah terangkat dari dadanya. Ia menahan haru, "Benarkah ini, Dimas?" tanyanya dengan suara bergetar. "Buat apa saya berbohong, Tuan?" sahut sang asisten dengan nada meyakinkan.“Baiklah. Kami akan pulang hari ini, siang nanti harusnya sudah sampai. Aku ingin kau menjemput kami di bandara, lalu kita langsung menuju rumah sakit. Istriku pasti akan sangat senang menden
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-21
Baca selengkapnya

Berharap Pulih

Begitu tiba di bandara, Dimas segera menjemput Kevin dan istri tercinta, bersama-sama mereka melaju menuju Rumah Sakit Jiwa tempat sang Papanya Zara dirawat. Rasa cemas menyelimuti hati Zara yang berdebar kencang, bagaimana jadinya kalau sampai sang Papa tidak mau mengakuinya sebagai anak, sebab selama ini tak sekalipun mereka pernah bertemu. Rasa penasaran itu tumbuh begitu besar dalam diri Zara, bahkan ia hanya mengetahui tentang keberadaan sang Papa melalui cerita suaminya. Melihat istrinya begitu gelisah, Kevin meraih tangan Zara dan memberikan sentuhan hangat untuk menenangkan hati wanita cantik itu."Percayalah, sayang. Semua akan baik-baik saja, berjalan sesuai dengan rencana dan harapan kita," ucap Kevin menenangkan sang istri.Wanita cantik itu mengangguk lemah, menyetujui ucapan suaminya."Terima kasih atas dukunganmu, Sayang," jawab Zara dengan tulus, sembari mencoba mengusir ketakutan dalam hatinya dan mempersiapkan diri menghadapi pertemuan yang ditunggu-tunggu.Tak la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-22
Baca selengkapnya

Curiga

Setelah lama berpelukan, melepaskan segala emosi yang terpendam, Zara akhirnya melepaskan pelukannya pada sang papa. "Papa, bisakah Papa mengenali Zara?" tanya wanita cantik itu dengan suara bergetar pada pria yang masih dalam masa pemulihan. "Apa kau... anakku? Apa benar kau anakku?" tanya pria berwajah tegang di depan Zara, seolah tidak percaya. Zara mengangguk tegas, "Benar, Pa. Ini Zara, anak semata wayang Papa. Dan ini Kevin, menantu Papa." Dia memperkenalkan Kevin sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana. Lalu, Kevin mengulurkan tangan pada sang mertua. "Menantu...?" sang Papa bergumam, tampaknya masih berusaha mencerna situasi yang baru saja terungkap. Kevin tersenyum hangat, mencoba menyampaikan dukungan dalam kesedihan keluarga yang baru ditemui. "Benar, saya menantu Papa," ucapnya dengan suara lembut, penuh pengertian. Tak lama kemudian, sang Papa mertua kembali berteriak dan menangis histeris. Mertua Kevin itu terus menyuarakan isi hatinya, "Bukan aku yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-23
Baca selengkapnya

Usut Tuntas

"Apa kira-kira Papa akan sembuh, ya? Atau hanya sekedar ingat sebentar lalu kembali kambuh?" tanya sang istri pada Kevin dengan suara lirih, saat mereka berada dalam mobil menuju rumah.Kegelisahan tampak jelas di wajahnya, membuat hati Kevin seketika hancur. "Kita doakan saja, Sayang. Mudah-mudahan Papa segera pulih," jawab Kevin dengan penuh keyakinan, berusaha memberikan semangat pada istrinya. "Iya, Sayang... Aku sangat berharap Papa segera pulih dan tak mengalami peristiwa mengerikan lagi. Kau tak marah, kan, kalau nanti aku mengajak Papa tinggal di rumah kita? Kau tak malu, kan, Sayang, punya mertua yang pernah mengalami gangguan jiwa?" Sang istri menatap Kevin dengan tatapan harap-harap cemas, seolah memohon pengertian darinya. Kevin menatap istrinya dengan lembut, meraih tangannya yang gemetar, dan menggenggamnya erat. "Tentu saja tidak, Sayang. Papamu adalah papaku juga. Apapun yang terjadi, ikatan itu tidak akan pernah bisa lepas. Aku menerimamu apa adanya, dan aku wajib
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-24
Baca selengkapnya

Siapa Mereka?

Malam harinya saat Kevin akan beristirahat tiba-tiba ponselnya berdering sementara sang istri sudah terlelap di atas ranjang.Kevin melangkah menuju balkon kamarnya, meraih ponselnya yang berdering. "Halo, Dimas?" tanyanya, suara lembutnya sedikit bergetar oleh kekhawatiran. "Halo, Tuan," sahut Dimas seolah membaca pikiran Kevin. "Saya baru saja melihat Galen, Daniel, dan Jenni sedang makan malam bersama di restoran dekat rumah Daniel. Mereka hanya bertiga, Tuan. Setelah saya selidiki, sepertinya mereka tidak sedang dalam masalah. Mungkinkah kepergian Jenni dan keputusannya untuk mendekati Nyonya dan Anda merupakan bagian dari rencana jahat mereka?" ujar Dimas, nada suaranya penuh kecurigaan. Kevin menggertakkan giginya, kemarahan meluap-luap di dadanya."Brengsek! Bisa-bisanya mereka kembali bermain api di belakangku!""Tuan, kita harus membalasnya," ujar Dimas dengan tekad. "Tetapi, usahakan agar Jenni tidak tahu bahwa kita sudah mengetahui niat jahat mereka." Kevin menghela na
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status