Home / Urban / Raja Naga Meninggalkan Gunung / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Raja Naga Meninggalkan Gunung: Chapter 201 - Chapter 210

1670 Chapters

Bab 201

"Kamu!"Haris tampak emosi. Bocah bodoh dari mana yang berani memprovokasinya seperti ini?Widia tidak hanya khawatir tentang kerja sama, tetapi dia juga takut Tobi menyinggung Keluarga Sunaldi. Dia pun buru-buru berkata, "Tobi, jangan omong kosong! Apa kamu tahu siapa Tuan Haris? Dia nggak mungkin berbohong kepada kita."Bersamaan dengan itu, dia juga berkata dengan nada panik, "Tuan Haris, kami sudah salah paham kepada Anda. Tolong jangan marah. Saya yakin Anda pasti ingin bekerja sama dengan kami."Tobi diam-diam kagum dengan Widia.Ternyata gadis ini tidak begitu bodoh. Setidaknya, dia tahu cara menyenangkannya dengan memujinya.Dia tidak tahu kalau Widia hanya tidak ingin memprovokasi Tuan Haris.Haris tentu saja menerima pujian itu dan tampak bangga. Dia mendengus dingin dan berkata, "Tentu saja. Kalian sudah salah paham.""Begini saja. Asalkan dia menenggak habis tiga botol Maotai, aku akan menginvestasikan 200 miliar untuk perusahaan kosmetik milikmu."Tiga botol? Bagaimana mun
Read more

Bab 202

Tania sangat tertekan, tetapi wajahnya masih harus berpura-pura memperlihatkan ekspresi senang.Tobi tersenyum tipis dan berkata, "Jangan khawatir, Tuan Haris. Aku masih bisa makan, minum dan punya seorang istri cantik. Aku nggak akan menyesal."Sorot mata Tuan Haris berubah dingin. Namun, setelah berlalu, dia juga tidak langsung menyuruh orang mengambil tindakan. Sebaliknya, dia mengutus orang untuk menyelidiki masalah Tobi.Ini adalah kebiasaannya. Sebelum mengambil tindakan, dia harus menyelidiki seluk-beluk orang itu dengan jelas.Begitu mengambil tindakan, dia pasti akan mengerahkan seluruh kekuatannya dan tidak meninggalkan konsekuensi.Kini, kerja samanya sudah ditandatangani. Sesuai kesepakatan, besok setelah menandatangani beberapa formalitas, mereka akan menerima 200 miliar. Namun, Widia tidak terlihat senang."Tobi, terima kasih atas bantuanmu hari ini. Kamu minum begitu banyak, apa kamu baik-baik saja?""Nggak apa-apa. Tiga botol alkohol bukanlah apa-apa." Tobi menggunakan
Read more

Bab 203

Mendengar itu, Widia langsung marah dan berkata, "Apa yang ingin mereka lakukan? Lagian, kita nggak memaksa mereka berinvestasi, jadi mengapa kita harus membayar kerugian?""Ya, aku juga bilang begitu. Tapi kali ini, kakek keduamu datang dan membawa keluarga besar. Dia bilang meski mau putus hubungan, mereka mau menuntut uang itu kembali," ucap Yesa dengan cemas."Jadi, Kakek bilang apa?" tanya Widia lagi."Teman lama kakekmu yang tinggal di Kota Jatra sedang sakit parah. Dia pergi menjenguknya sore tadi.""Mereka sengaja memilih saat Kakek nggak ada. Baiklah, aku pulang sekarang juga."Widia menutup telepon dengan marah dan berkata, "Orang-orang ini benar-benar nggak tahu malu."Meskipun Widia tidak senang dengan sanak keluarganya, dia jarang memarahi mereka seperti ini. Hal ini menunjukkan ketidakpuasan dalam hati wanita itu."Kamu baik-baik saja?" tanya Tobi."Nggak apa-apa, tapi aku harus kembali ke kediaman Keluarga Lianto dulu,” kata Widia."Aku ikut denganmu.""Ya!"Suasana hati
Read more

Bab 204

"Benar. Tobi, keluar dari sini. Kamu nggak diterima di Keluarga Lianto.""Kalau bukan gara-gara kamu, Keluarga Lianto nggak akan menjadi seperti ini," ujar Herman dengan marah.Tobi mengerutkan kening dan berkata dengan nada datar, "Keluarga Lianto bisa terlibat masalah besar karena kalian nggak mau dengar nasihatku dan bersikeras menginvestasikan uang kepada Joni. Mengapa kalian malah menyalahkanku sekarang?""Kamu masih berani berdalih. Ini semua gara-gara kamu!" umpat Yesa dengan kesal.Demi Widia, Tobi masih memperlihatkan sikap sopan, "Baik. Kamu bilang semua ini gara-gara aku, 'kan? Kalau begitu, alasannya apa?""Karena, karena kamu sangat menyebalkan. Pokoknya, kamu membuat kami makin percaya pada Joni." Setelah berpikir lama, Yesa hanya bisa menemukan alasan ini."Jadi, ini alasan kalian?"Bibir Tobi tampak tersenyum menyeringai.Meskipun yang lainnya membenci Tobi, mereka juga menganggap alasan ini terlalu dipaksa.Yesa bertambah kesal dan berkata, "Apa pun alasannya, Keluarga
Read more

Bab 205

Kakek kedua, Wirya, tidak menoleransinya lagi dan langsung bertanya, "Yesa, jangan omong kosong lagi. Kamu mau bertanggung jawab atas uang ini atau nggak?"Kakaknya tidak ada di sini. Apa pun yang terjadi, mereka harus memperjuangkan uang mereka kembali. Kalau tidak, setelah kakaknya kembali, mereka pasti akan diusir keluar dan tidak memperoleh sepeser pun.Kini, dia mengabaikan panggilan telepon dari Kakek Muhar.Sebenarnya, kakeknya Widia baru saja menelepon, tetapi mereka tidak mengangkatnya sama sekali.Yesa dikejutkan oleh Kakek Wirya yang agresif. Tanpa sadar, wanita itu mundur beberapa langkah.Widia buru-buru melangkah maju untuk menghentikannya dan berkata, "Kakek Wirya, kita harus berpikiran logis. Kami mungkin punya tanggung jawab atas masalah ini, tetapi bukan sepenuhnya ditanggung oleh keluarga kami.""Widia, seharusnya kamu tahu betapa sulit kami menabung. Sekarang, kami semua tertipu. Bagaimana kami bisa menerimanya?""Kami berbeda dengan kalian yang menguasai sebagian b
Read more

Bab 206

Masalah ini juga akan diselesaikan dengan mudah.Tobi mengerutkan kening. Dia tidak mungkin mengatakan dialah yang menyuruh Lintang mengakuisisi Grup Karawaci. Jika begitu, semua orang makin tidak memercayainya."Kenapa? Nggak bisa berdalih lagi?""Kebohongan telah terungkap dan nggak bisa mengelak lagi, 'kan?""Yesa, kuperingatkan, kalau kamu nggak memberiku uang hari ini, aku nggak akan berdiam diri." Kini, mereka bahkan memanggil nama mereka langsung. Sepertinya mereka sangat panik.Yesa juga marah besar. Padahal, dia sendiri juga mengalami kerugian besar, bahkan semua simpanannya lenyap.Saat dia hendak membalas, dia ketakutan melihat kerumunan makin heboh dan tampak siap menerkamnya kapan saja.Tidak peduli apa yang dia katakan sebelumnya, putrinya masih termasuk direktur perusahaan, jadi semua orang akan bersikap sopan dan selalu menjilatnya. Namun, hari ini mereka semua tampak gila.Kakek Wirya kembali melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada semua orang untuk diam dan berk
Read more

Bab 207

Tobi menerima kemarahan Widia sambil tersenyum, "Jangan khawatir, aku nggak akan mempersulitmu.""Sebenarnya, masalah akuisisi yang kukatakan tadi itu benar!""Berita ini kudengar dari Pak Wibowo langsung. Sekalipun kamu nggak percaya kepadaku, kamu juga harus percaya kepada Pak Wibowo, 'kan?" Tobi bisa menyembunyikan hal ini dari orang lain, tetapi dia tidak berniat menyembunyikannya dari Widia.Namun, dia tidak memiliki kredibilitas, jadi dia terpaksa memakai nama Pak Wibowo."Kapan Pak Wibowo mengatakan masalah ini?"Widia tampak kaget. Jika ini dikatakan oleh Pak Wibowo, kemungkinan besar itu benar, tetapi kenapa bisa seperti ini?"Aku pergi memeriksa kondisi cucunya hari ini, jadi dia memberitahuku. Sebenarnya, alasannya sangat sederhana. Grup Karawaci bukan hanya nggak akan bangkrut, tapi juga akan meroket.""Apa? Mana mungkin!"Dibandingkan berita sebelumnya, ini lebih mengejutkannya."Aku juga kaget, tapi Pak Wibowo mengatakan seperti itu. Aku nggak begitu tahu dengan alasan sp
Read more

Bab 208

Namun, ini semua karena Tobi si bajingan itu. Lagi-lagi, dia menipu uang dari keluarganya."Kakek Wirya, kamu bisa mengambil keputusan di sini, 'kan?" tanya Widia."Tentu saja!"Semua orang juga mengangguk sebagai tanda mendukungnya."Baguslah. Aku ulangi sekali lagi. Setelah kalian memindahkan saham kepadaku, meski saham itu akan berlipat ganda lagi kelak, jangan cari aku lagi.""Bagaimana?""Nggak masalah. Pasti nggak masalah.""Tadi kami sudah bilang nggak masalah!""Aku hanya ingin memastikan lagi. Aku akan membuat kontraknya malam ini. Besok siang, jangan lupa datang dan mengambil kontrak. Setelah itu, kita akan menandatangani pemindahan saham," ucap Widia."Besok siang? Kenapa nggak hari ini saja?" tanya Kakek Wirya."Sekarang sudah terlalu malam. Banyak prosedur yang nggak sempat diselesaikan,” kata Widia menjelaskan."Lantas, kenapa harus besok siang? Apa kamu ingin menunda waktu dan menunggu Kakek Muhar kembali?" tanya yang lain dengan curiga.Widia mengerutkan kening dan berk
Read more

Bab 209

Mendengar ucapan itu, Widia seketika membeku.Tobi juga terkejut. Dia benar-benar mengubah pandangannya terhadap mereka.Bukan hanya Yesa yang berubah pikiran, bahkan Herman juga ikut menimpali, "Ya, menabung bagi Ayah dan Ibu bukanlah hal mudah. Apalagi, semuanya lenyap begitu saja. Widia, kembalikan uang kami sekaligus saja.""Benar. Lagian, kamu sudah menebus orang luar. Masa kamu tega memperlakukan orang tuamu seperti itu?" tambah Yesa lagi.Widia memandang orang tuanya tak berdaya, kemudian menjelaskan, "Sebenarnya, alasan aku memberikan uang kepada mereka karena Grup Karawaci benar-benar akan diakuisisi.""Akuisisi?""Widia, kamu sungguh percaya dengan omongan Tobi?"Sembari berbicara, Yesa melemparkan tatapan tajam kepada Tobi. Dia tahu ini semua pasti ulah bajingan itu."Ibu!""Terserah kamu percaya atau nggak. Yang penting, aku nggak bohong, jadi kamu nggak perlu memintaku menebusnya. Setelah beberapa hari, kamu pasti akan mendapatkan semua uang itu kembali," kata Widia tak be
Read more

Bab 210

Widia tersenyum pahit. Beberapa dari mereka selalu tidak yakin kepada kemampuannya. Apalagi, sejak dia menjabat sebagai direktur, posisinya telah memengaruhi penempatan kerabat mereka. Bagaimana mereka bisa menyetujui masalah itu?Selesai mengkritik Widia, Kakek Muhar langsung menelepon semua orang untuk memberi tahu mereka tentang situasinya. Dia juga menjamin Keluarga Lianto akan bertanggung jawab sepenuhnya jika investasi ini terjadi masalah.Dengan adanya jaminan Kakek Muhar dan bersedia bertanggung jawab atas kerugian, semua orang tentu tidak keberatan.Karena semuanya sudah selesai, Widia pun keluar dan menjalani prosedur pemindahan saham seperti yang dijanjikan.Kakek Muhar kembali menekankan bahwa kali ini pemulihan saham di tangan semua orang menggunakan uang perusahaan. Apalagi, Widia sendiri mengambil risiko yang sangat besar.Setelah transaksi selesai, apa pun yang terjadi di kemudian hari, saham-saham ini tidak ada hubungannya lagi dengan mereka. Sekalipun mereka datang me
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
167
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status