"Benar. Tobi, keluar dari sini. Kamu nggak diterima di Keluarga Lianto.""Kalau bukan gara-gara kamu, Keluarga Lianto nggak akan menjadi seperti ini," ujar Herman dengan marah.Tobi mengerutkan kening dan berkata dengan nada datar, "Keluarga Lianto bisa terlibat masalah besar karena kalian nggak mau dengar nasihatku dan bersikeras menginvestasikan uang kepada Joni. Mengapa kalian malah menyalahkanku sekarang?""Kamu masih berani berdalih. Ini semua gara-gara kamu!" umpat Yesa dengan kesal.Demi Widia, Tobi masih memperlihatkan sikap sopan, "Baik. Kamu bilang semua ini gara-gara aku, 'kan? Kalau begitu, alasannya apa?""Karena, karena kamu sangat menyebalkan. Pokoknya, kamu membuat kami makin percaya pada Joni." Setelah berpikir lama, Yesa hanya bisa menemukan alasan ini."Jadi, ini alasan kalian?"Bibir Tobi tampak tersenyum menyeringai.Meskipun yang lainnya membenci Tobi, mereka juga menganggap alasan ini terlalu dipaksa.Yesa bertambah kesal dan berkata, "Apa pun alasannya, Keluarga
Kakek kedua, Wirya, tidak menoleransinya lagi dan langsung bertanya, "Yesa, jangan omong kosong lagi. Kamu mau bertanggung jawab atas uang ini atau nggak?"Kakaknya tidak ada di sini. Apa pun yang terjadi, mereka harus memperjuangkan uang mereka kembali. Kalau tidak, setelah kakaknya kembali, mereka pasti akan diusir keluar dan tidak memperoleh sepeser pun.Kini, dia mengabaikan panggilan telepon dari Kakek Muhar.Sebenarnya, kakeknya Widia baru saja menelepon, tetapi mereka tidak mengangkatnya sama sekali.Yesa dikejutkan oleh Kakek Wirya yang agresif. Tanpa sadar, wanita itu mundur beberapa langkah.Widia buru-buru melangkah maju untuk menghentikannya dan berkata, "Kakek Wirya, kita harus berpikiran logis. Kami mungkin punya tanggung jawab atas masalah ini, tetapi bukan sepenuhnya ditanggung oleh keluarga kami.""Widia, seharusnya kamu tahu betapa sulit kami menabung. Sekarang, kami semua tertipu. Bagaimana kami bisa menerimanya?""Kami berbeda dengan kalian yang menguasai sebagian b
Masalah ini juga akan diselesaikan dengan mudah.Tobi mengerutkan kening. Dia tidak mungkin mengatakan dialah yang menyuruh Lintang mengakuisisi Grup Karawaci. Jika begitu, semua orang makin tidak memercayainya."Kenapa? Nggak bisa berdalih lagi?""Kebohongan telah terungkap dan nggak bisa mengelak lagi, 'kan?""Yesa, kuperingatkan, kalau kamu nggak memberiku uang hari ini, aku nggak akan berdiam diri." Kini, mereka bahkan memanggil nama mereka langsung. Sepertinya mereka sangat panik.Yesa juga marah besar. Padahal, dia sendiri juga mengalami kerugian besar, bahkan semua simpanannya lenyap.Saat dia hendak membalas, dia ketakutan melihat kerumunan makin heboh dan tampak siap menerkamnya kapan saja.Tidak peduli apa yang dia katakan sebelumnya, putrinya masih termasuk direktur perusahaan, jadi semua orang akan bersikap sopan dan selalu menjilatnya. Namun, hari ini mereka semua tampak gila.Kakek Wirya kembali melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada semua orang untuk diam dan berk
Tobi menerima kemarahan Widia sambil tersenyum, "Jangan khawatir, aku nggak akan mempersulitmu.""Sebenarnya, masalah akuisisi yang kukatakan tadi itu benar!""Berita ini kudengar dari Pak Wibowo langsung. Sekalipun kamu nggak percaya kepadaku, kamu juga harus percaya kepada Pak Wibowo, 'kan?" Tobi bisa menyembunyikan hal ini dari orang lain, tetapi dia tidak berniat menyembunyikannya dari Widia.Namun, dia tidak memiliki kredibilitas, jadi dia terpaksa memakai nama Pak Wibowo."Kapan Pak Wibowo mengatakan masalah ini?"Widia tampak kaget. Jika ini dikatakan oleh Pak Wibowo, kemungkinan besar itu benar, tetapi kenapa bisa seperti ini?"Aku pergi memeriksa kondisi cucunya hari ini, jadi dia memberitahuku. Sebenarnya, alasannya sangat sederhana. Grup Karawaci bukan hanya nggak akan bangkrut, tapi juga akan meroket.""Apa? Mana mungkin!"Dibandingkan berita sebelumnya, ini lebih mengejutkannya."Aku juga kaget, tapi Pak Wibowo mengatakan seperti itu. Aku nggak begitu tahu dengan alasan sp
Namun, ini semua karena Tobi si bajingan itu. Lagi-lagi, dia menipu uang dari keluarganya."Kakek Wirya, kamu bisa mengambil keputusan di sini, 'kan?" tanya Widia."Tentu saja!"Semua orang juga mengangguk sebagai tanda mendukungnya."Baguslah. Aku ulangi sekali lagi. Setelah kalian memindahkan saham kepadaku, meski saham itu akan berlipat ganda lagi kelak, jangan cari aku lagi.""Bagaimana?""Nggak masalah. Pasti nggak masalah.""Tadi kami sudah bilang nggak masalah!""Aku hanya ingin memastikan lagi. Aku akan membuat kontraknya malam ini. Besok siang, jangan lupa datang dan mengambil kontrak. Setelah itu, kita akan menandatangani pemindahan saham," ucap Widia."Besok siang? Kenapa nggak hari ini saja?" tanya Kakek Wirya."Sekarang sudah terlalu malam. Banyak prosedur yang nggak sempat diselesaikan,” kata Widia menjelaskan."Lantas, kenapa harus besok siang? Apa kamu ingin menunda waktu dan menunggu Kakek Muhar kembali?" tanya yang lain dengan curiga.Widia mengerutkan kening dan berk
Mendengar ucapan itu, Widia seketika membeku.Tobi juga terkejut. Dia benar-benar mengubah pandangannya terhadap mereka.Bukan hanya Yesa yang berubah pikiran, bahkan Herman juga ikut menimpali, "Ya, menabung bagi Ayah dan Ibu bukanlah hal mudah. Apalagi, semuanya lenyap begitu saja. Widia, kembalikan uang kami sekaligus saja.""Benar. Lagian, kamu sudah menebus orang luar. Masa kamu tega memperlakukan orang tuamu seperti itu?" tambah Yesa lagi.Widia memandang orang tuanya tak berdaya, kemudian menjelaskan, "Sebenarnya, alasan aku memberikan uang kepada mereka karena Grup Karawaci benar-benar akan diakuisisi.""Akuisisi?""Widia, kamu sungguh percaya dengan omongan Tobi?"Sembari berbicara, Yesa melemparkan tatapan tajam kepada Tobi. Dia tahu ini semua pasti ulah bajingan itu."Ibu!""Terserah kamu percaya atau nggak. Yang penting, aku nggak bohong, jadi kamu nggak perlu memintaku menebusnya. Setelah beberapa hari, kamu pasti akan mendapatkan semua uang itu kembali," kata Widia tak be
Widia tersenyum pahit. Beberapa dari mereka selalu tidak yakin kepada kemampuannya. Apalagi, sejak dia menjabat sebagai direktur, posisinya telah memengaruhi penempatan kerabat mereka. Bagaimana mereka bisa menyetujui masalah itu?Selesai mengkritik Widia, Kakek Muhar langsung menelepon semua orang untuk memberi tahu mereka tentang situasinya. Dia juga menjamin Keluarga Lianto akan bertanggung jawab sepenuhnya jika investasi ini terjadi masalah.Dengan adanya jaminan Kakek Muhar dan bersedia bertanggung jawab atas kerugian, semua orang tentu tidak keberatan.Karena semuanya sudah selesai, Widia pun keluar dan menjalani prosedur pemindahan saham seperti yang dijanjikan.Kakek Muhar kembali menekankan bahwa kali ini pemulihan saham di tangan semua orang menggunakan uang perusahaan. Apalagi, Widia sendiri mengambil risiko yang sangat besar.Setelah transaksi selesai, apa pun yang terjadi di kemudian hari, saham-saham ini tidak ada hubungannya lagi dengan mereka. Sekalipun mereka datang me
"Bagaimana mungkin?" Selama ini Hendro bertanggung jawab atas perekonomian Kota Tawuna dan paham dengan Grup Karawaci. Dia tidak habis berpikir bagaimana perusahaan bangkrut seperti itu bisa bangkit kembali?"Ada kemungkinan."Tobi tersenyum dan balik bertanya, "Pak Hendro, apa kamu ingat dua tahun yang lalu, kalian pernah mengajukan rencana pembangunan kota baru ke provinsi?"Hendro tampak terkejut. Dia memang terlibat dalam masalah itu, tetapi saat itu dia masih belum memegang jabatan. Dia pun mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Hanya saja rencananya terlalu besar dan dana yang dibutuhkan sangat besar, jadi proposal itu ditolak.""Walaupun ditolak, tapi kita juga memperoleh banyak manfaatnya. Misalnya, lalu lintas jalan raya di sekitarnya telah meningkat pesat, bahkan cukup untuk menunjang beberapa dekade mendatang.""Dokter Tobi, mengapa kamu tiba-tiba mengungkit masalah ini?""Bagaimana kalau kuberi tahu, rencana ini telah disetujui dan akan segera didistribusikan ke kota?" kata T