Untuk yang kesekian kalinya, Elena menghentak-hentakkan kaki ke lantai dengan bibir cemberut. Lagi-lagi ayahnya lupa. Kali ini, pria itu melupakan kartu magnetik untuk membuka brankas.Sudah setengah jam berlalu, namun kartu itu belum juga ditemukan. Ia mulai lelah, jenuh, dan lapar. Suaminya kembali ke ruang rahasia dengan wajah berkeringat. Matanya langsung membelalak antusias."Bagaimana? Sudah ketemu?"Pria itu menghela nafas panjang. "Kita pulang saja dulu. Ayah benar-benar lupa menyimpan kartu itu dimana.""Bagaimana bisa lupa? Kartu itu benar-benar penting!" pekik Elena tak percaya."Sudahlah, namanya juga sudah sangat lama. Sebelum kakekmu meninggal, jadi sudah bertahun-tahun yang lalu. Besok kita cari lagi," kata Jack menenangkan. "Ayo kita pulang dulu. Biarkan ayahmu beristirahat."Dengan perasaan dongkol bukan main, Elena bangkit dari sofa dan keluar dari ruang rahasia yang sudah berantakan. Ia hampir saja merajuk pada sang ayah, namun langkahnya terhenti.Edward Brown terl
Read more