All Chapters of Antara Dendam dan Penyesalan: Chapter 171 - Chapter 180
1628 Chapters
Bab 171
"Kesepakatan?" Selena menatapnya tak mengerti.Padahal dirinya sekarang tidak punya apa-apa, lalu dia harus membuat kesepakatan dengan apa.Udara yang tidak bersirkulasi di ruang sempit membuatnya merasa tercekik seperti ikan yang kehabisan air dan keringat panas membasahi punggungnya.Pria itu sedikit membungkuk, dan setetes air menetes dari ujung rambutnya ke wajah wanita itu, memberinya kesejukan sesaat.Harvey berkata dengan tatapan yang serius, "Tetap di sisiku, maka dendam antara aku dan Keluarga Bennett selesai."Selena terus memikirkan perkataannya yang menyuruhnya tetap di sisinya, tatapannya yang jernih bertatapan dengan mata hitamnya dan bertanya dengan tenang, "Aku tetap di sisimu sebagai apa?"Harvey terdiam sejenak, kemudian berkata, "Apa pun kuberikan untukmu selain Nyonya Irwin."Selana bertanya lagi, "Jadi kamu mau aku menjadi selingkuhanmu?"Perkataan seperti ini membuat Harvey kesal, dia mengusap kedua alisnya dan berusah menjelaskan, "Selain enggak ada status, kita
Read more
Bab 172
Selena menutup kedua matanya dan siap untuk menerima tamparan, tetapi rasa sakit yang dia bayangkan tak kunjung datang.Ketika dia membuka matanya lagi, dia hanya melihat Harvey mengambil jas abu-abu yang sudah dia rapikan dan pergi dengan angkuh, pintu kamar ditutupnya dengan kencang sehingga menimbulkan suara yang sangat keras.Hanya tinggal Selena seorang diri di ruangan, tubuhnya yang tak berdaya jatuh ke bawah.Tuhan tahu dia begitu fokus melampiaskan amarahnya, sehingga seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat, dan tubuhnya masih gemetaran sampai sekarang, entah karena marah atau takut.Tatapan Harvey tadi benar-benar sangat menakutkan, dia bahkan mengira dirinya malam ini akan mati.Sejak dia bersama Harvey, dia belum pernah mengumpatnya seperti ini. Bahkan bukan hanya dia, mungkin tidak ada orang yang pernah melakukan hal seperti ini.Selena mengusap dadanya, jantungnya berdetak dengan cepat, bahkan sampai sekarang dia masih gelisah.Beberapa menit kemudian, Benita berlari te
Read more
Bab 173
Melihat wajah Selena yang pucat, Benita segera menyingkirkan ponselnya."Nyonya, kamu melihat ini untuk apa? Nggak takut matamu bintitan? Lebih baik lihat daun muda, belakangan ini Grup XO baru saja debut, pinggang mereka sangat ramping, bahkan lebih ramping dari wanita."Selena yang tadinya tampak murung, tertawa begitu mendengar perkataan Benita. "Benita, ternyata kamu masih mengerti hal seperti ini?"Benita meletakkan tangannya di pundak Selena sambil menasihatinya, "Nyonya, bahkan orang yang paling cerdas sekalipun nggak akan sempurna. Kita harus melewati beberapa jalan agar tahu benar dan salah, jangan menghukum diri sendiri dengan kesalahan orang lain.Selena agak terkejut, dia tidak menyangka kalau Benita akan memihaknya."Tuan Muda Harvey bisa bercerai denganmu, tentu saja dia juga bisa bercerai dengannya, jadi Nyonya tunggu saja, pasti ..."Selena segera memotong ucapan selanjutnya, karena dia tidak mau mendengarnya dan berkata, "Em, aku tahu. Siapkanlah bahan makanan, nanti m
Read more
Bab 174
Tidak ada yang lebih memahami kesukaan Harvey daripada Selena, sebenarnya menyenangkan Harvey tidaklah sulit, yang sulit adalah apakah dia mau memberi kesempatan atau tidak.Sama seperti dahulu, dia membuatkan makanan berulang kali dan menunggunya berulang kali, tetapi bayangan Harvey tidak muncul sedikit pun hingga tengah malam.Saat Harvey bersikap tega, dia akan sungguh-sungguh melakukannya, bahkan apa pun yang Selena katakan dan lakukan, dia tetap tidak akan melihat Harvey sama sekali.Panggilan ini adalah ujian bagi Selena, jelas bahwa Harvey sudah tidak setega dahulu.Setelah menyiapkan makan malam, Selena langsung naik mobil menuju perusahaannya.Selena memegang kotak bekal sambil memikirkan bahwa dalang di balik semua hal ini sangat mengenal mereka, menunjukkan bahwa orang ini kemungkinan besar adalah orang di sekitar Harvey.Siapa yang memungkinkan?Tentu saja bukan Chandra dan Alex, sedangkan Benita orangnya suka terus tenang, mungkinkah orang yang berada di perusahaannya?Se
Read more
Bab 175
Asbaknya sangat berat, dia saja kesulitan memegangnya dengan satu tangan.Bahkan dalam benaknya sedang memikirkan apakah darah yang mengalir dari kepalanya akan mencipratnya begitu asbak ini memukulnya?Saat tersadar dirinya memiliki pemikiran seperti ini, Selena takut akan dirinya sendiri.Saat ini, Harvey menoleh dan menatapnya, membuat pandangan mereka berdua bertemu.Sebelum Harvey bicara, Selena segera berkata, "Kenapa merokok begitu banyak?"Tadi saat Harvey melihat Selena memegang asbak itu, dia langsung mengira bahwa Selena ingin membunuhnya dengan asbak itu, tetapi begitu Selena berkata demikian, kecurigaannya perlahan menghilang.Dia menunjukkan wajah tenang dan dingin, "Apa urusannya denganmu?"Nada bicaranya yang dingin penuh dengan penghinaan. Selena meletakkan asbaknya, lain kali dia harus mengambil yang lebih tajam jika ingin membunuh.Dia menahan ketidaknyamanan di hatinya, lalu meraih ujung baju Harvey sambil berkata dengan pelan, "Itu ... Tadi pagi aku bicara terlalu
Read more
Bab 176
Sendawanya menggema di ruangan yang sunyi dan udara seakan membeku, hal memalukan ini datang di waktu yang tidak tepat.Selena memandang Harvey dengan canggung sambil berkata, "Itu, dengarkan penjelasanku dulu."Di tengah panasnya suasana, dia justru mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, yang membuat suasana semakin memburuk.Dia melihat Harvey dengan hati-hati dan menemukan bahwa tidak ada sedikit pun ketidaksenangan di wajahnya yang muram, sebaliknya wajahnya malah terlihat sedih.Apakah Selena salah lihat? Bukankah Harvey sangat membencinya? Lantas kenapa dia mengasihani dirinya?"Kalau lapar, makanlah lebih banyak." Harvey menyuapinya dengan sesendok penuh.Selena mengedipkan matanya sambil berpikir dalam benaknya, 'Apa dia kira aku bersendawa karena kelaparan?'Padahal Selena datang untuk memberikannya makan, tetapi malah dia yang kenyang."Sudah kenyang, aku benar-benar kenyang," ucap Selena yang merasa akan segera muntah.Harvey tidak senang dan mengerutkan keningnya sambil
Read more
Bab 177
Ketika mengucapkan kata-kata ini, Selena teringat semua peristiwa menyedihkan yang dia alami dan dia menangis begitu menatap Harvey.Dia tahu dia tidak bisa lagi bersikap keras terhadap Harvey, karena bagaimanapun juga mereka berdua sebelumnya adalah mantan suami istri, dia lebih memahami sifatnya daripada siapa pun, maka dari itu mengalah adalah pilihan terbaik.Suaranya tenang, tidak ada keluhan dan pertanyaan, tetapi air matanya mengalir begitu deras.Air mata memang bisa membuat orang merasa kesal, tetapi kalau digunakan dengan baik juga bisa jadi senjata yang ampuh.Sama seperti sekarang, Harvey merasa tenggorokannya sedikit kering dan rasa bersalah menyelimutinya."Aku tahu." Harvey menundukkan kepalanya dan tatapannya penuh dengan rasa kasihan.Harvey memegang kedua bahu Selena dan membasahi bibirnya, kemudian berkata, "Aku tahu banyak hal yang terjadi di antara kita di masa lalu, kita pun nggak bisa kembali ke masa lalu. Persoalan Lanny sudah selesai, tetaplah di sisiku dan kel
Read more
Bab 178
Jarang-jarang Selena bersikap baik, jadi tentu saja Harvey akan menyetujuinya."Hmm?" tanpa sadar, nada suaranya meninggi, suasana hatinya juga jauh lebih baik dari sebelumnya.Selena berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku nggak mau jadi sampah yang terkurung di dalam rumah, sebelumnya aku meninggalkan pendidikanku dan selama dua tahun ini hanya merasakan kesedihan, aku ingin memulai kembali.""Katakanlah."Saat ini Harvey sedang dalam suasana hati yang sangat baik dan juga sangat sabar.Selena berkata dengan tegas, "Aku ingin bekerja di sisimu."Dahulu Selena larut dengan kasih sayang Harvey, sehingga dia merasa nyaman menjadi ibu rumah tangga.Dia tidak peduli apabila dirinya tidak dikenal, dia tidak tahu lingkaran pertemanan Harvey, bahkan tidak tahu siapa yang dia singgung, benar-benar gagal.Kalau Selena tidak pernah keluar, maka dia akan terus dipermainkan oleh dalang itu.Pikiran Selena belum pernah sejernih ini, selama dua tahun terakhir ada tangan hitam yang terus diam-diam mend
Read more
Bab 179
Pupil hitam Harvey menembus mata jernih Selena, dia mencoba membaca pikiran Selena dengan melihat wajahnya."Apa yang sebenarnya kamu inginkan?"Selena yang seperti ini benar-benar tidak biasa, entah apa yang sedang dia pikirkan.Padahal dia sudah menjadi baik sekarang, tetapi Harvey justru merasa cemas."Aku 'kan sudah bilang, aku ingin memulai kembali hidupku dan tidak lagi hidup dalam kegelapan."Selena perlahan-lahan menarik ujung bajunya, suaranya terdengar murung dari dalam pelukan Harvey, "Boleh, nggak?""Hanya itu saja?" Harvey menggigit bibirnya, pada saat ini dia tidak tahu harus mengatakan apa."Kalau nggak? Atau kamu bersedia menempatkanku hidup di kota lain?"Harvey memegang pinggangnya dengan dingin. "Jangan berharap."Selena tersenyum kecut dalam pelukannya, sebelumnya Harvey sudah pernah mengatakan, meskipun harus mati pun Selena harus mati di sisinya.Selena memejamkan matanya.'Sesuai keinginanmu.' batin Selena."Sesuai keinginanmu."Apa yang ada dalam benak Selena d
Read more
Bab 180
Jika dalang itu benar-benar bersembunyi di sekitar Harvey, maka masalah terbesarnya adalah sekretarisnya.Selena berharap melihat tanda-tanda dari wajah para sekretaris wanita ini, tetapi kepribadian keduanya cenderung dingin dan tegas, mereka hanya memberi salam singkat dan langsung fokus pada pekerjaan masing-masing.Selena mengusap lengannya sambil berpikir, apakah dirinya salah menebak?Dia juga tidak terburu-buru. Selena akan memulainya dari Olive, orang yang barusan menerobos kantor Harvey. Selena pindah ke sisi Olive.Sikap Olive padanya tidak terbilang hangat, juga tidak meremehkan. Selena sudah berkeliaran di antara mereka selama dua jam, tetapi tidak merasakan ada hal yang aneh.Setelah bekerja lembur sampai pukul 9, Chandra akhirnya mempersilakan mereka untuk pulang.Begitu pulang kerja, wajah Serlin yang semula tampak tegang berubah menjadi tersenyum. Dia menelepon temannya sambil memukul pinggangnya, sepertinya dia ingin pergi ke bar dan meminta temannya untuk menyisakan t
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
163
DMCA.com Protection Status