All Chapters of Istri Cerdik melawan Pelakor Licik: Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

Bab 31

“Abis telponan sama siapa? Seneng banget kayaknya,” Hanny yang baru saja menutup sambungan telepon, reflek menoleh ke sumber suara. Dari kejauhan Raka semakin mengikis jarak antar keduanya, lantas memberikan kecupan singkat pada puncak kepala sang istti sebelum akhirnya memilih duduk dan merangkul bahu Hanny. “Oh, ini Mas. Anaknya temenku, dia itu ngegemesin banget,” jawab Hanny dengan mata penuh binar.Jawaban itu sontak membuat Raka menyerngit penuh tanya, pasalnya yang ia tahu teman sang istri hanyalah Tiar juga Tania, dan mereka sama-sama belum ada yang menikah.“Temen kamu yang mana?” Tak urung Raka tetap bertahya, membuat Hanny reflek menepuk jidatnya sendiri.“Aku lupa belum cerita sama kamu,” jawbnya dengan nyengir kuda, menampilkan deretan gigi-gigi putihnya yang tertata rapi dengan gingsul di sisi kiri.“Kamu sih, sibuk terus!” imbuhnya menyebikkan mulut. Tak lupa ia juga bersedekap dada, melakukan acting layaknya sedang marah.Raka mengulum senyum, lantas dengan cepat m
Read more

Bab 32

Pagi itu, tepat saat jarum jam menunjukan angka 8. Sebuah mobil hitam berhenti tepat di hadapan sebuah bangunan klasik yang cukup mewah juga megah.Hal itu membuat sosok pria berjas hitam dengan tubuhnya yang kekar berjalan cepat, guna membukakan pintu untuk penumpang di dalamnya.“Dimana dia?” Dengan memakai dress berwarna hitam, serta kacamata gelap yang bertengger manis di hidung mancungnya, wanita itu menoleh, menatap seorang pengawal yang tidak asing lagi baginya.“Tuan ada di dalam, mari saya antar!” gumam pria yang diketahui bernama Max itu.Si wanita pun hanya menggangguk kecil sebagai jawaban, sebelum akhirnya turut melangkahkan kaki jenjangnya guna mengikuti langkah lebar Max.“Semua masih tampak sama,” batin wanita itu, saat netranya berhasil menelisik setiap furniture dan hiasan yang berada di dalam rumah tersebut.Mereka berdua terus berjalan dengan angkuhnya, melewati setiap lorong yang dihiasi lampu-lampu klasik, serta lukisan mewah di setiap dindingnya.Hanya terdenga
Read more

33

“Mas, tolong dengerin aku!” Wanita berambut sebahu itu, berhasil menahan pergelangan tangan kekar milik Raka.“Aku sibuk!” sinis Raka melirik tajam. Lantas pria itu kembali melangkah dan tentu langsung diikuti oleh Devina dari belakang.“Aku minta maaf!” ujarnya kembali, saat keduanya berhasil memasuki ruang kerja Raka. Raka sendiri tidak menjawab, pria itu hanya diam dengan terus menatap buku jurnal perusahaan yang tengah ia buka. “Aku beneran nggak sengaja! Aku janji gak bakal ngulangin hal bodoh itu lagi,” Semenjak kejadian kala itu, Raka benar-benar mengabaikan Devina, menganggap wanita itu tidak pernah ada dan melupakan hubungan keduanya. Tentu saja, hal itu membuat Devina semakin mengerang marah, dan semakin menaruh benci kepada Hanny.Akhirnya Raka mendongak, pria itu menatap wajah sang sekretaris yang sudah berdiri tepat di sampingnya. “Kamu masih sayang, ‘kan sama aku?” Nafas jengah layaknya penuh beban, berhasil Raka hembuskan. Tak bisa dipungkiri, Seberat apapun usahan
Read more

Bab 34

“Makasih ya, Sayang!” Devina semakin mengeratkan pelukannya pada lengan Raka. Mereka berdua terus menempel layaknya sebuah surat dan perangko.“Hari ini aku seneng banget,” senyuman semakin mengembang sempurna, membuat Raka turut terhanyut di dalamnya.Hingga tanpa sadar seorang gadis kecil berhasil menangkap siluet keduanya.“Itu ibuk!” pekik gadis cantik pemilik mata teduh, yang tengah duduk di teras sekolah, menunggu jemputan yang akan membawanya kembali ke rumah. “Iya, Hau yakin itu ibuk.”Satpam yang tengah lengah saat berjaga di gerbang, membuat Haura dengan mudah keluar dari area sekolah dan turun langsung ke jalan raya.“Ibuk, tungguin Haura! Haura mau peluk ibuk,” serunya terdengar sayu di sepanjang jalan. Matanya penuh harap, berusaha mencuri perhatian perempuan berambut sebahu, yang tengah melangkah menuju mobil mewah dan berakhir menghilang dibalik pintu mobil. Naasnya, semua harapan itu hancur ketika mobil mewah yang ditumpangi Devina melaju pergi, meninggalkan Haura
Read more

Bab 35

“Gak enak banget ya jadi Haura!” ucap Tiar setelah kembali dari dapur dengan membawa beberapa potong roti untuk kedua temannya.Sembari mencomot sepotong roti dari piring Tiar, Tania mengangguk setuju. “Untung masih ada mas Yuda yang sayang banget sama dia,” “Ya karena itu, aku selalu ngajak kalian buat main sama dia,” celetuk Hanny menatap kedua temannya secara bergantian.“Dia gadis yang ceria,” imbuhnya menatap kosong ke arah depan, “ Dan dia, adalah gadis yang pintar menyembunyikan luka.” Tanpa sadar setetes air berhasil membasahi pipinya, Tania yang sadar akan hal itu, segera mendekat lantas mendekap tubuh Hanny dengan kuat.“Gue jadi penasaran deh, siapa sih sebenarnya ibunya itu? Nggak punya hati banget!” gerutu Tiar sedikit emosiTania mengedikan bahu, “Udah ninggalin anak di panti asuhan, selingkuh lagi.” “Kok lo bisa tau kalau ibunya Haura selingkuh?” Tiar menoleh ke arah Tania, membuat gadis itu cengo seketika.“Hah,”Tiar berdecak kesal, kini tatapannya lurus ke arah Tan
Read more

Bab 36

Dalam kegelapan malam, rintik hujan terus turun membasahi bumi. Tiap tetes yang dihasilkan layaknya sebuah kisah yang mengalir dalam diam.Dengan tatapan sendu, Devina menyaksikan setiap tetesan itu jatuh ke permukaan tanah. Perlahan tangannya turut bergerak guna mengusap lengannya yang terasa dingin karena terpaan angin malam.“Are you okay?”Sembari menampilkan seulas senyum, wanita bersurai sebahu itu mendongak, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.“No! You not okay.” Pria berahang tegas yang tak lain, dan tak bukan adalah Raka itu, segera merangkul tubuh Devina dari belakang, berusaha menghilangkan hawa dingin pada tubuh sang sekretaris.“Aku nggak papa, Mas,” gumam Devina, sedikit tertawa tatkala Raka berhasil mengambil sebuah kecupan pada pipi mulusnya.“Terus kamu ngapain di luar malem-malem. Nggak mau nemenin aku di dalem?” Setengah berbisik, Raka kembali melemparkan pertanyaan.Devina menoleh, menatap wajah Raka yang berada tepat di samping wajahnya, lantas ia belai wajah tamp
Read more

Bab 37

“Kamu belum pulang, Mas?” Devina yang baru saja membuka suara, merasa terkejut dengan lengan Raka yang tiba-tiba semakin memeluk erat tubuhnya dari samping.Sembari terus menduselkan kepalanya pada punggung wanita itu, Raka menggeleng lemas. “Nggak, masih nyaman disini,” ujarnya dengan suara serak khas orang bangun tidur. Tentu hati wanita mana yang tidak senang mendapat penuturan seperti itu, sedangkan biasanya pria itu sudah menghilang pagi-pagi seperti ini. “Mbak Hanny, gak nyariin kamu emang?” Devina memutar posisi tubuhnya, menjadi miring menghadap Raka.Raka tidak menjawab, pria itu tampak terdiam. Membuat Devina menyerngit penuh tanya. “Mas, kamu lagi ada masalah sama mbak Hanny?” Tak ingin terus penasaran wanita itu memutuskan untuk bertanya, yang nyatanya pertanyaan itu membuat Raka menghela nafasnya.“Nggak!” “Terus kenapa? Biasanya kamu juga lebih peduli sama istri kamu itu daripada aku.” Devina kembali merubah posisinya menjadi duduk, dan langsung diikuti oleh Raka.“M
Read more

Bab 38

Rumah yang biasanya tersusun dengan rapi, kini tak lagi nampak seperti itu. Semuanya terlihat berantakan, banyak barang yang tercecer di lantai. Dan di sudut ruangan, Hanny tampak diam mematung pandangannya kosong ke arah depan, bahkan wanita itu sama sekali tak memperdulikan keadaan ponselnya yang terus berdering sejak tadi.“Bodoh! Bukankah kamu sudah tahu semuanya sejak dulu? Lantas apa yang membuatmu sehancur ini, Hanny?” Wanita itu terus bermonolog pada diri sendiri, memberikan pertanyaan yang sampai detik ini tidak tau apa jawabannya.Pikirannya kalut, hatinya hancur. Rumahnya runtuh, tidak ada lagi yang tersisa. Semuanya terasa kacau, dan hancur lebur menjadi satu. “Han, kamu bisa!” Ia terus bergumam, mencoba menyemangati dirinya sendiri. Namun, seperdetik setelah itu, bersamaan dengan matanya yang memejam, meruntuhkan segala cairan bening yang masih bersemayam dalam kelopak matanya. Hanny menggeleng lemah. “Aku nggak bisa! Aku nggak sekuat itu” racaunya berulang kali. Tid
Read more

Bdb 39

Seperti yang sudah Devina janjikan sebelumnya, wanita itu baru saja memasuki sebuah cafe bernuansa modern guna menemui seseorang yang terus mendesaknya untuk bertemu.“Ada apa? Aku lagi sibuk, cepet ngomong!” celetuk wanita itu, sesaat setelah sampai pada satu meja yang sudah dihuni oleh seorang yang tengah menunduk dengan topi berwarna putih menutupi kepalanya.Terdengar helaan nafas dari laki-laki itu. Namun gak urung ia mendongak, guna menatap penuh wajah mantan istrinya itu. “Ini tentang Haura,”Haura, bayangan gadis kecil pemilik mata teduh yang telah lama tak ia jumpai itu, langsung terlintas di kepalanya.“Di mana dia? Ada apa dengan dia?” Tak dapat lagi dipungkiri, meskipun wajah wanita itu tampak datar tanpa ekspresi, tetapi suaranya sudah cukup membuat Yuda mengerti bahwa Devina kini tengah dirundung rasa panik.Seringaian berhasil terbit di bibir Yuda, pria itu lantas berdiri, guna mensejajarkan tinggi keduanya. Meskipun hasilnya ia lebih tinggi daripada mantan istrinya
Read more

Bab 40

“Jadi gimana, gue udah boleh bunuh dia sekarang?” Seringaian tajam yang Tiar lemparkan, membuat Tania turut menoleh ke arahnya. Tatapannya tak kalah tajam dari yang Tiar layangan saat ini. “Ngaco lo!” Satu pukulan berhasil mendarat mulus di punggung Tiar, membuat pria itu meringis kecil.Seakan tak peduli dengan keadaan Tiar, wanita bertubuh mungil itu hanya memutar bola matanya malas, “Udah yuk cabut! Biarin mereka berdua dulu!” Tania lebih dulu berjalan, mau tidak mau Tiar segera mengikuti langkah kaki wanita itu. Tidak ada yang membuka suara, mereka berdua terus berjalan beriringan, dengan pikiran yang sama-sama berkelana jauh entah kemana. “Menurut lo gimana?” Tania yang tiba-tiba menghentikan langkah membuat Tiar menyerngit bingung. Dan tanpa keduanya sadari saat ini mereka sudah berada di salah satu taman yang cukup sepi. “Apanya? Kalau ngomong tuh yang jelas, jangan setengah-setengah!” Dengan sedikit emosi yang perlahan meluap akhirnya Tiar berdecak kesal. Pasalnya Tania
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status