Semua Bab Istri Cerdik melawan Pelakor Licik: Bab 11 - Bab 20

60 Bab

Bab 11

Dari dalam mobil yang tampak nyaman dengan aroma citrus yang terus menguar, dan tepat di bangku kemudi, seorang wanita cantik berambut blonde dengan panjang hanya sebahu tengah terududuk tenang di sana. Namun, terlihat jelas tatapan tajam dari matanya, menyimpan begitu banyak dendak dan kebencian, terhadap dua sosok lain di luar sana.“Pria brngs*k, sejak kapan dia terbebas?” Wanita itu terus bermonolong. Sembari menyengkram kuat setir kemudi, ia merasakan darahnya semakin mendidih saat itu juga.Namun, tak dapat dipungkiri hatinya sedikit menghangat tatkala mendapati ekspresi penuh kebahagiaan terpancar dari gadis kecil yang tengah menjadi titik fokusnya saat ini. “Sayang!” gumamnya tanpa sadar. Namun, seperdetik setelahnya, dengan cepat ia menepis semua perasaan itu.Luka yang ditorehkan sosok pria yang bersama gadis tersebut sudah cukup besar, dan luka itu pulalah yang berhasil menggelapkan hati dan juga menghancurkan keharmonisan ya
Baca selengkapnya

Bab 12

“Kenapa sih, ibu jahat banget sama Hau!” “Hau ada salah apa sama ibu?” Masih dengan air mata yang mengalir dari kedua pelupuk matanya, gadis kecil berponi dora itu terus berlari tak tentu arah, sehingga karena kurangnya keseimbangan ia harus tergelincir oleh batu kelikir yang saat itu juga langsung mengambrukkan tubuhnya di atas paving yang kasar. “Hau mau benci ibu, kayak Ibu benci Hau.” Dengan tersedu-sedu ia terus berbicara melalui suaranya yang serak, berusaha melampiaskan segala rasa sakit yang menikam hati nya saat ini, sampai tak sadar jika darah pun turut merembes dari lututnya yang sedikit sobek karena benturan.“Ayah, Hau takut!” Dalam keadaan terduduk di atas paving, gadis yang diketahui bernama Haura itu menekuk kedua lutut dan memeluknya seerat mungkin, tak lupa ia juga menelungkupkan wajahnya di dalam lipatan itu.Hingga sebuah tepukan kecil berhasil membuatnya terlonjak dan reflek mendongak, menata
Baca selengkapnya

13

Sesuai dengan apa yang Hanny katakan sebelumnya. Kini mereka semua, sudah berada dalam satu ruangan yang dipenuhi oleh berbagai macam bunga segar.“Huft! Akhirnya selesai juga.” Hembusan nafas penuh kelegaan akhirnya dapat Tania lepaskan, lantas secara bergantian wanita itu menoleh ke kanan dan ke kiri, guna menatap kedua sahabat yang tengah menghimpit tubuhnya.“Btw, makasih ya kalian. Udah mau bantu beres-beres disini. Terutama kamu Tiar,” sambung Hanny menatap tulus Tania, lantas berhenti pada Tiar yang sudah mau merelakan tidur siangnya hanya untuk membantu beres-beres.Merasa namanya disebut, membuat pria berkacamata itu mengangguk semangat. Kemudian dengan perlahan ia menggerakkan kakinya untuk melangkah, dan berdiri tepat di samping Hanny. Tanpa aba-aba ia pun langsung melingkarkan lengan kekarnya pada pundak Hanny."Demi bumil apa sih, yang enggak," gumamnya, disertai kedipan sebelah matanya genit. Dan Hanny sendiri sa
Baca selengkapnya

14

Sepeninggal Tiar dari kediamannya, Hanny segera melangkah masuk ke dalam rumah, menyusul Raka yang sudah lebih dulu meninggalkannya.“Mas, tunggu! Aku mau ngomong sama kamu!” Suara Hanny yang menggema di ruangan, tetapi Raka justru semakin mempercepat langkah, dan tak mengindahkan panggilannya sedikitpun. Hanny yang tidak mau kalah pun turut menambah kecepatan pada langkahnya, berusaha untuk mensejajarkan langkah keduanya. Tepat di depan pintu kamar mereka, Hanny berhasil menahan pergelangan tangan Raka, dan membuat pria itu berhenti seketika.“Mas, lihat aku! Aku mau ngomong sama kamu!” serunya, membuat Raka akhirnya berbalik badan, menghadap penuh ke arahnya. “Kamu apa-apaan sih? Tiar itu temen aku dari kecil, apa pantes kamu ngusir dia kayak tadi?” Protes Hanny tak terima dengan perlakuan Raka beberapa menit yang lalu.Namun, Raka justru menunjukkan raut datar tanpa ekspresi, tampak tak terpengaruh sedikitpun oleh ucapan Hanny. Hingg
Baca selengkapnya

15

Dengan setiap tekanan pada pedal gas, langit malam menjadi saksi pria berahang tegas itu membelah jalanan dengan mobilnya, disertai sebuah ekspresi marah yang menggelegak di dalam dirinya. Suara mesin yang bergemuruh memotong hening malam, menciptakan jejak kegelapan di belakangnya.Pandangan matanya yang tajam membelah kegelapan jalanan. Cahaya lampu jalan dan bayangan bangunan menciptakan serangkaian kontras yang mewarnai rasa amarah yang terpendam. Setiap tikungan yang dilewati oleh mobilnya menjadi arena di mana kemarahan itu mencari celah untuk meledak.Dalam kecepatan, bunyi ban mobil yang menghancurkan jalanan menyatu dengan denyut marahnya. Jiwanya merasakan getaran mesin sebagai penguat emosi yang terus tumbuh. Setiap kilometer yang dilaluinya membawa dia lebih jauh dari kenyamanan malam, atau mungkin … juga membawanya menuju pertarungan batin yang lebih dalam.Sesekali pandangannya melesat ke langit, seolah mencari jawaban di antara bintang-bin
Baca selengkapnya

16

Perlahan Raka mulai mengerjap-kerjapkan mata, berusaha menyesuaikannya dengan intensitas cahaya dari ruangan tempatnya berada saat ini.Pria itu sedikit mengerang saat merasakan lelah sekaligus puas dalam satu waktu. Namun, itu tidak berlangsung lama karena kini otaknya kembali memutar betapa kacaunya wajah Hanny yang ia tinggalkan sendirian di rumah.'Bodoh! Harusnya lo tenangin dia, lo peluk istri lo, bukan malah nyari kenikmatan di sini' batin pria pemilik rahang tegas dan mata yang condong kedalam yang kini telah sepenuhnya duduk.Saking merasa frustasinya ia sampai memjambak rambutnya sendiri, bergarap dengan itu ia bisa menghilangkan rasa bersalah yang hinggap dalam dirinya. Lantas kepalanya sedikit tertoleh, guna melihat ponselnya yang tergeletak di atas nakas, tangannya pun segera terulur untuk mengambil benda itu, dan lagi-lagi matanya harus dibuat terbelalak kaget saat mendapat beberapa spam chat dan panggilan dari nomor Tania.
Baca selengkapnya

17

Kini Raka sudah mengambil duduk tepat di samping tubuh Hanny yang masih terbaring tak bertenaga, diatas kasur rumah sakit. Wajah pucat pasi yang wanita itu tunjukan berhasil membuat rasa penuh kekhawatiran di dalam tubuh Raka meledak seketika.Suara bising dari perangkat medis yang tengah beroperasi, berhasil menjadi backsound yang memecah keheningan di antara sepasang suami istri itu. Kemudian dengan gerakan perlahan pria berahang tegas itu pun, segera menarik tangan yang masih tertancap infus untuk digenggam, lantas diusapnya dengan lembut, berharap sentuhan itu dapat memberikan sedikit kenyamanan untuk Hanny yang tengah berjuang untuk kembali pulih.Namun, siapa sangka hal itu berhasil membuat mulut Hanny mengerang, ketika merasakan sensasi pusing kembali mendera area kepalanya. Di tengah keadaan itu, bau alkohol dari pembersih medis turut menguar, hingga mencapai indera penciuman, dan otomatis membuat sepasang mata yang tadinya tertutup sayu perlah
Baca selengkapnya

18

Devina terus memutar-mutar boneka mini di tangannya, otaknya pun turut berputar memikirkan tujuan utama, dan dalang dibalik teror yang ia terima.“Yuda? Jika benar ini ulah pria itu, lalu apa tujuannya?” wanita itu tampak menimang-nimang beberapa asumsi yang bermunculan dalam kepalanya. Hingga tanpa sadar sudah ada seorang wanita lain yang berdiri tepat di hadapannya.“Are you okay?” Wanita itu tampak melambai-lambaikan tangannya di hadapan Devina, membuat sang empu terkejut dan reflek menyembunyikan benda itu di balik tubuhnya.“I-iya aku baik-baik aja!” jawabnya dengan gelagapan. Ekspresi pada wajahnya turut berubah tegang, mencerminkan kombinasi antara keterkejutan dan usaha menutupi aktivitas yang sebelumnya tengah dilakukannya. “Kamu yang waktu itu, ‘kan? Ada perlu apa? Tumben kesini, atau mau minta ganti rugi ya?” sambung wanita itu mencoba setenang mungkin. Mendapat pertanyaan seperti itu, membuat Tania menggelengkan kepalanya dengan cepat, merasa canggung. “Enggak! Bukan, b
Baca selengkapnya

19

Sudah terhitung hampir satu minggu, selepas kepulangan Hanny dari rumah sakit tempatnya dirawat. Namun, wanita berusia 25 tahun itu sama sekali tak mengendurkan sifat dingin, serta ekspresi datar yang terpampang jelas di wajahnya.Dan tentu, hal itu berhasil membuat sang suami kelabakan sendiri, Hanny yang biasanya selalu memberikannya perhatian ekstra, kini sama sekali tak mengindahkan keberadaannya. Bahkan jika tidak ditanya pun, wanita itu tidak akan pernah membuka suara. Seperti halnya saat ini, meskipun Raka tengah berada tepat di sampingnya, nyatanya Hanny lebih tertarik untuk menatap layar kaca yang berada di hadapannya, sesekali ia terkikik geli tatkala mendapati adegan lucu yang ditayangkan. Berbanding terbalik dengan Raka yang beberapa kali menghembuskan nafas berat, menciptakan suara yang nyaris terdengar di tengah keheningan yang membeku. Pria itu terus mencoba mencari cara untuk menyatukan kembali atmosfer hangat di antara mereka, tetapi setiap usaha yang ia lakukan tam
Baca selengkapnya

20

Memilih diam dan memendam, demi sebuah keharmonisan. Mungkin itulah yang tengah dijalani Hanny saat ini. Tak masalah jika setiap hari ia harus menyajikan senyuman palsu dan pura-pura bahagia, asalkan itu bisa menjaga ketenangan rumah tangganya. Tak apa jika ia akan dianggap bodoh, asalkan kelak anaknya bisa lahir dari keluarga yang utuh. Mungkin hanya itulah yang ada dipikiran wanita berusia 25 tahun itu, karena ia juga percaya bahwa pil pahit kehidupan yang tengah ia telan, akan membawanya ke dalam sebuah kebahagiaan yang manis nantinya. Namun, jika benar kalian telah menganggap wanita itu bodoh, maka selamat! Kalian salah besar. Sebab dibalik itu semua, seorang Hanny diratama, telah merencanakan langkah-langkah strategis untuk merebut kembali hati sang suami. Dengan sabar, Hanny berusaha menciptakan momen-momen kebersamaan yang bisa mengingatkan suaminya akan nilai-nilai keluarga yang pernah mereka bangun bersama. Meskipun semenjak Hanny tau fakta perselingkuhan Raka, pria itu sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status