All Chapters of Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan: Chapter 31 - Chapter 40

172 Chapters

BAB 31 Rumah Baru

Pagi itu, Ayrin terbangun dengan suara pintu kamar yang diketuk pelan oleh Reygan. "Selamat pagi, Sayang," sapanya dengan lembut.Ayrin masih setengah sadar, matanya mencoba menyesuaikan dengan cahaya pagi yang masuk ke dalam kamar. Dia tercengang ketika melihat suaminya berdiri tegak di sisi ranjang, membawa nampan sarapan pagi.Wajah Reygan berseri-seri, senyumnya begitu hangat, dan matanya bersorot bahagia. Penampilannya yang rapi dan wangi menambah daya tarik dan ketampanannya.“Ayo bangun,” ajak Reygan lembut. “Saya sudah menyiapkan sarapan spesial untuk kamu.”Ayrin mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat hari spesial apa yang membuat sikap suaminya menjadi bertambah romantis seperti ini. 
Read more

BAB 32 Bukan anakku

“Kamu yakin anak itu anakku? Bukan anak suamimu?” keluh Reygan resah ketika dirinya menemui Veranda di salah satu tempat langganan mereka. “Kamu pikir anak siapa lagi?” geram Veranda, tidak terima dengan nada bicara kekasihnya.“Tapi kita sudah jarang berhubungan, Ra. Dan selama ini kamu juga selalu pakai pil antihamil, kan?”Tidak ada sahutan, Reygan menatap wajah kekasihnya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Jadi, kamu sengaja?”“Aku nggak punya pilihan lain, Rey. Kamu semakin sibuk dengan gadis itu. Dan waktu kita bersama semakin berkurang.”Reygan menghela napas berat. Wajahnya begitu kusut. Pria itu tampak bingung. ‘Bagaimana kalau Ayrin mengetahu
Read more

BAB 33 Bulan Madu

Reygan menghela napas panjang ketika mendengar amarah Veranda. Entah darimana kekasihnya itu tahu rencana bulan madunya bersama Ayrin. Wanita itu terus uring-uringan saat masuk ke kantornya.“Disaat aku baru aja kasih tahu tentang kehamilanku, kamu malah mau pergi bulan madu bersama istrimu?” teriak Veranda sengit. “Kamu keterlaluan, Rey!” “Kenapa kamu harus datang kesini sih? Bagaimana kalau ada yang melihat dan mendengar teriakanmu itu?” dengan cepat Reygan menutup pintu dan menurunkan tirai ruangannya dengan kesal. “Ini kantor, Ra. Bukan hutan.”Kemarahan Veranda semakin menjadi-jadi. “Biar saja… biar semua orang tahu hubungan kita. Aku nggak peduli!”Reygan mengusap kasar wajahnya. Dia menatap Veranda lekat, mencoba untuk sabar. “Jangan marah-marah seperti ini, Ra. Kasihan anakmu.”“Ini anakmu juga, Rey!” bentak Veranda dengan suara meninggi. Takut ada yang mendengar, Reygan menangkup kepala kekasihnya dan membawanya ke dadanya.“Tenanglah, Ra. Aku cuma pergi bulan madu kok, buk
Read more

BAB 34 Santorini

Reygan membawa Ayrin untuk menikmati bulan madunya di santorini. Terletak di tengah Laut Aegea, pulau ini menawarkan pemandangan yang menakjubkan dengan bangunan putih bersih yang berjejer di tebing-tebing vulkanis, laut biru yang mengagumkan, dan matahari terbenam yang memukau. Mereka memilih menginap di sebuah vila kecil yang terletak di tepi tebing, memberikan mereka pemandangan yang spektakuler. Dari balkon, keduanya bisa melihat langit malam yang bersih, dipenuhi bintang-bintang yang gemerlapan. “Gimana? Kamu suka tempatnya?” tanya Reygan sambil mencium leher istrinya dari belakang. Ayrin mengangguk, lalu tersenyum. “Rasanya nggak mau pulang.” “Bagaimana kalau kita pindah saja ke sini?” “Nggak mau. Nanti nggak bisa makan bakso dan gado-gado.” Reygan terus mencium leher Ayrin sampai istrinya itu menggeliat. “Kita bawa saja tukang masaknya ke sini.” “Tapi kalau pindah ke sini kamu harus memulai semuanya dari nol. Memangnya sanggup?” “Rasanya nggak terlalu sulit asal ada kam
Read more

BAB 35 Akhir Perjalanan?

Ayrin dan Reygan duduk bersama di tepi pantai, menikmati sentuhan lembut ombak yang berpadu dengan aroma angin laut.“Aku harap kita bisa kembali ke sini lagi, Mas.”Reygan tersenyum manis, menatap mata istrinya dengan penuh cinta. Sementara tangannya mengelus perut Ayrin. “Semoga benih saya segera hadir. Dan tahun depan kita bisa kembali bertiga.”“Tapi aku takut, Mas.”“Takut apa?”Paras Ayrin berubah murung. “Bagaimana kalau aku belum hamil juga setelah bulan madu ini selesai?” “Kita coba terus sampai berhasil. Kalau perlu kita memperpanjang bulan madunya. Banyak tempat kan yang masih belum dikunjungi.&rdqu
Read more

BAB 36 Muram

Pasangan muda itu segera menempati rumah barunya setelah bulan madu yang indah. Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Ayrin merasakan perubahan sikap suaminya. Wajahnya yang dulu penuh canda dan keceriaan kini kerap dipenuhi oleh bayangan-bayangan gelap.Kadang-kala, Ayrin menemukan suaminya duduk di tepi jendela, pandangannya terfokus ke arah yang tak terlihat. Wajah pria itu pun sering terlihat murung. Sudah berulang-ulang dia menanyakan masalahnya. Tetapi Reygan tetap diam seribu bahasa."Ada apa sebenarnya, Mas?" desak Ayrin, mencoba memahami apa yang mungkin mengganggu pikiran Reygan. "Ceritalah kalau memang masalah itu terlalu berat untuk kamu tanggung sendiri!"Reygan hanya mendesah pendek, "Nggak ada apa-apa. Lebih baik kita tidur."Reygan memadamkan lampu tidur di sebelahnya sehingga Ayrin tidak bisa melihat ekspresinya. Tetapi tanpa melihat pun, Ayrin bisa merasakan kegelisahan suaminya. Dia hanya tidak berani lagi menanyakannya. Mungkin memang benar pria itu mem
Read more

BAB 37 Suasana Baru

Sebenarnya Ayrin merasa heran dengan kedatangan Veranda yang tiba-tiba.  Namun, dia tidak berani menanyakan alasan kedatangannya. Dilayani saja kakak iparnya itu dengan sebaik mungkin.“Hari ini kamu ada acara, Rin?” tanya Veranda dengan senyum misterius di bibirnya.Ayrin yang sedang menyusun kue di piring kecil, mengangkat wajahnya, menatap kakak iparnya. "Nggak ada, Mbak. Beberapa hari ini masih sibuk bersih-bersih rumah.""Belum ada pembantu?" tanya Veranda lagi, matanya melayang ke sekeliling rumah yang rapi."Belum, Mbak," jawab Ayrin singkat.Veranda menganggukkan kepala, dan tatapannya kembali melintas ruangan. "Bagaimana bulan madu kalian?""Hmm… m
Read more

BAB 38 Tak Berharga

Ayrin tercengang ketika melihat Rayden yang tengah mencengkeram baju depan suaminya. Raut wajah keduanya penuh ketegangan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, Rayden terlihat sangat emosi.Ketika akhirnya pandangan mereka bertemu sekilas, Rayden melepaskan cengkeramannya sampai tubuh Reygan terhuyung ke belakang. Tanpa memperdulikan adiknya, Pria itu menghampiri dan menarik tangan istrinya “Ke mana saja kamu? Saya telepon nggak dijawab, saya kirim pesan nggak dibalas,” kata Rayden dengan kesal sambil menarik tangan istrinya keluar dari mobil. “Hp aku ketinggalan di dalam,” sahut Veranda dengan tenang. “Mas sudah lama menunggu di sini?” “Cukup lama, sampai saya berpikir untuk memanggil polisi agar mereka mencarimu!” balas Rayden dengan nada menyindir. “Terus Mas bisa tahu aku di sini dari mana?” tanya Veranda sambil melirik sekilas ke arah Reygan yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun.“Itu nggak penting,” sergah Rayden dengan tegas. “Lebih baik sekarang kita pulang.”Ayri
Read more

BAB 39 Hancur Berkeping-Keping

Ayrin  berusaha melayani suaminya dengan sebaik mungkin, biarpun sikap pria itu masih dingin padanya dan terkesan seperti menjaga jarak.Dia mencoba melupakan pertengkarannya dengan Reygan malam itu. Dia tidak ingin lagi mengingat kata-kata suaminya  yang sangat menyakitkan, yang membuat perasaannya hancur berantakan. “Mungkin memang sebaiknya kita berpisah, Rin. Maafkan saya karena saya tidak bisa menjadi suami yang baik untuk kamu,” kata Reygan setelah mereka terkulai lemas di tempat tidur. Ayrin pikir dirinya sudah mendapatkan suaminya kembali ketika melihat sorot penuh cinta di matanya. Rasa haru dan bahagia membuncah di dalam hatinya. Dia tidak menolak ketika suaminya mengoyak gaun tidurnya dengan kasar. Dengan ganas dan liar.Melod
Read more

BAB 40 Kenyataan yang terungkap

Reygan tidak tahu apa yang tiba-tiba menyebabkan istrinya kembali bersikap hangat. Setelah ucapannya yang menyakitkan malam itu, dia pikir Ayrin akan langsung meninggalkannya.  Rasa bersalahnya semakin bertambah. Apa yang dia lakukan sudah sangat keterlaluan. Seharusnya Ayrin pergi selagi dia bisa melarikan diri.  “Maafkan aku, Mas. Maaf atas tuduhanku malam itu. Seharusnya aku lebih mempercayai kamu,” kata Ayrin sambil memeluk tubuh suaminya dari belakang setelah Reygan pulang larut malam. Itulah kata-kata pertama yang Reygan dengar dari bibir istrinya setelah beberapa hari Ayrin mendiamkannya. Ucapan yang malah menusuk relung hatinya.  “Sebaiknya kamu tidur.” Hanya itu kata-kata yang mampu Reygan ucapkan. Dia harus bertahan dan tidak boleh luluh.
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status