All Chapters of Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan: Chapter 11 - Chapter 20

172 Chapters

BAB 11 Kekecewaan

“Malam ini kamu jangan pulang terlalu malam ya, Mas.”Reygan menoleh sambil memasang dasinya. “Ada acara apa memangnya?” Ayrin tersenyum. “Kita jarang sekali makan malam bersama. Aku mau sesekali masak makan malam untuk kamu. Masa kita ketemu waktu sarapan aja. Itu pun cuma sebentar.”“Saya usahakan, ya,” balas Reygan, membuat air muka Ayrin berubah murung. “Saya usahakan pulang cepat, Rin. Kalau sekitar pukul 9 bagaimana?” lanjut Reygan.Senyum Ayrin kembali merekah. “Aku akan menunggu, Mas.” Namun, senyum bahagia Ayrin pagi tadi terasa sia-sia. Ia menunggu pria itu pulang hingga matanya terasa berat dan akhirnya tertidur di sofa. Ternyata Reygan memang tidak kembali ke apartemennya. Ayrin menghela napas berat, kekecewaan memenuhi relung hatinya. Seolah-olah, segala upaya yang dia lakukannya tak berguna. Makan malam yang ia buat dengan sepenuh hati pun tak tersentuh sama sekali.Tangan Ayrin yang gemetar mencoba memegang ponsel, dan setiap panggilan yang tak dijawab hanya mena
Read more

BAB 12 Apa Kamu Menyesal?

“Sudah siap?” tanya Reygan, suara mesin mobilnya masih terdengar pelan di udara malam yang sejuk.“Apa kamu sudah lama menunggu di sini?” seru Ayrin, suaranya dingin seiring ia mengaitkan sabuk pengaman di tubuhnya. Ada ketidaknyamanan yang terasa di udara, Reygan merasakannya.Reygan menyadari satu hal tentang Ayrin, bahwa gadis itu seringkali menjawab pertanyaan dengan bertanya kembali. "Baru saja sampai," jawabnya sambil menatap tajam Ayrin. "Kamu sudah siap?"Ayrin mengernyitkan dahinya, bertanya dengan nada acuh tak acuh, “Siap apa?”“Loh, saya belum bilang sama kamu?”Ayrin menggeleng. “Bilang apa?”“Mama mau kita makan malam di rumah.”“Kita pulang dulu, kan?”Reygan menggeleng pasti. “Kita langsung ke sana. Kalau pulang dulu takut macet.” Ayrin menghela napas panjang. Sementara Reygan hanya tersenyum sambil melirik ke arah jam tangannya. “Tenang, kita bisa mandi dan ganti di rumah. Masih ada waktu sebelum makan malam. Daripada balik ke apartemen, lebih baik kita mandi di sana
Read more

BAB 13 Mempertahankan Perkawinan

Suasana di meja makan terasa sangat canggung bagi Ayrin. Apalagi dengan tatapan Rayden dan Veranda yang seolah tak pernah lepas darinya. “Makanmu kok cuma sedikit, Rin. Lagi diet atau makanannya nggak sesuai selera?” tanya Vina tanpa nada menyindir. “Nggak… nggak kok, Ma. Makanannya enak, Ayrin suka,” balas Ayrin dengan salah tingkah karena tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Vina tersenyum lalu kembali bertanya dengan santai, “Gimana rencana bulan madu kalian? Sudah ada rencana mau pergi ke mana?” Ayrin hanya terdiam, ia melirik ke arah Reygan yang ada di sampingnya. Merasa diperhatikan, Reygan pun menoleh. “Belum ada rencana apa-apa, Ma. Masih nunggu Ayrin selesai koas,” sahut Reygan, berusaha meredakan kecanggungan. Vina mengangguk pelan. “Kalau soal baby gimana? Masih belum ada rencana juga? goda Vina. Wajah Ayrin memerah, ia melirik lagi ke arah suaminya. “Rey mau Ayrin fokus dulu menyelesaikan pendidikannya, Ma,” balas Reygan dengan sabar. Mamanya itu memang senan
Read more

BAB 14 Tulus dan Bodoh

“Apa yang kamu lakukan?” Ayrin hampir memekik ketika Rayden tiba-tiba muncul di belakangnya. Gelas di sebelah tangannya pun hampir meluncur ke lantai. “Mas sendiri ngapain sih di situ? Kenapa juga lampunya nggak dinyalain? Bikin orang kaget, tahu!” seru Ayrin sambil menebah dadanya. “Kebiasaanmu belum hilang juga, ya? Ditanya malah balik nanya.” “....” Ayrin memutar bola matanya malas. Ia melangkah untuk mengisi gelasnya dengan air. “Tidak bisa tidur?” tanya Rayden yang kini berdiri di samping Ayin. Gadis itu mengangguk lalu menoleh ke arah Rayden. “Mas juga?” Rayden mengangguk, matanya terus tertuju pada Ayrin. “Nggak bisa tidur… tapi malah minum kopi?” gumam Ayrin sambil memandang segelas kopi di tangan Rayden. Rayden tidak menjawabnya, ia lebih tertarik dengan topik lain. “Hmm… bagaimana pernikahanmu?” Ayrin mengangkat satu alisnya, merasa dejavu dengan pertanyaan itu. Kenapa Rayden dan Veranda tampak begitu penasaran. “Ya gitu,” balas Ayrin dengan singkat.
Read more

BAB 15 Pendekatan

“Masih nggak bisa tidur? Kepalanya masih pusing?” Ayrin menoleh dan menemukan Reygan sudah berada di sampingnya.Ia terdiam. Rasanya masih belum mau untuk berbicara dengan suaminya. Karena setiap kali melihat wajah Reygan, ia kembali memikirkan perkataan Rayden. Gadis itu merasa dilema. Di satu sisi, rasa penasarannya sudah membuncah. Namun, di sisi lain Ayrin tidak berani menanyakannya atau mungkin belum berani menghadapi kenyataan yang sebenarnya. “Ada sesuatu yang terjadi di rumah yang saya tidak tahu? Atau mungkin mama bilang sesuatu ke kamu?” tuntut Reygan dengan cemas. “Atau kamu nggak nyaman dengan pembicaraan mama di meja makan?” Ayrin menggeleng sambil menghela napas dalam. “Kepalaku pusing, Mas. Aku mau istirahat,” balas gadis itu kemudian dengan sabar. “Kita ke dokter, ya? Atau mau saya ambilkan obat?” gumam Reygan, wajahnya begitu dekat dengan wajah Ayrin. “Nggak perlu, Mas. Aku cuma butuh istirahat aja,” ujar Ayrin dengan tenang, ia mencoba memaksakan senyumnya. Ay
Read more

BAB 16 Mantan Pacar

“Ini Ayrin. Dia istriku.” Melihat cara wanita di hadapannya menatap Ayrin, Reygan pun langsung memperkenalkan sang istri pada wanita itu.“Dia istrimu?” gumam perempuan itu seperti sedang memastikan pendengarannya masih berfungsi dengan baik.“Ya, kami baru saja menikah,” balas Reygan dengan canggung. “Jadi, ini wanita yang dijodohkan sama kamu?” tanya Eliza lagi, masih tak percaya.Reygan menggeleng. “Bukan, dia wanita pilihanku.”Perempuan cantik itu tampak tertegun, memandang ke arah Reygan dengan sorot mata tak percaya seolah bertanya-tanya apakah pria itu tidak salah memperkenalkan Ayrin sebagai istrinya.“Eliza.” Perempuan itu mengulurkan tangannya lebih dulu. “Aku salah satu mantannya.”Ketika mereka berkenalan, Eliza menatap Ayrin penuh penilaian. Seperti mesin pemindai, Eliza memperhatikan penampilan gadis di hadapannya dari atas sampai ke bawah dengan seksama. “Sudah berapa lama di Jakarta?” tanya Reygan dengan cepat, mencoba meredakan suasana canggung di antara mereka.
Read more

BAB 17 Biarlah Waktu yang Membuktikan

“Bagaimana kamu tahu saya ada di sana? Apa Eliza juga yang memberitahu?”Ayrin memang merasakan perubahan sikap Reygan, tentunya ke arah yang lebih baik. Namun, kemudian ia merasa ketakutan kembali menyergapnya. Ia takut membuka hati dan berakhir kembali dikecewakan.Perasaan itu semakin menguat ketika ia memergoki suaminya dan Eliza sedang berciuman di sebuah kelab malam. Melihat kehadirannya, Reygan buru-buru mendekat. Dengan raut wajah cemas, pria itu mencoba menjelaskan.“Saya nggak ada hubungan apa-apa dengan dia, Rin. Semua yang terjadi nggak seperti yang kamu lihat.”Ayrin mencium bau alkohol yang cukup kuat. Ia melirik sekilas ke arah Eliza yang menyeringai tajam ke arahnya. “Sebaiknya kita pulang, Mas,” kata Ayrin lalu melangkah keluar. Sejak malam itu, Ayrin tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia tidak menunjukkan kemarahan atau kekesalannya. Gadis itu tetap melayani Reygan dengan baik. “Malam itu Eliza yang menghubungi saya, Rin. Dia mengajak bertemu karena itu hari terakhirn
Read more

BAB 18 Kiss me

Ayrin merasakan belaian lembut menyentuh wajahnya, dan aroma maskulin yang akrab merayapi hidungnya.Saat kelopak matanya mulai terbuka, pandangannya langsung terfokus pada wajah tampan yang tengah tersenyum di hadapannya.Gadis itu merasa ciuman lembut masih menyisakan getaran di bibir dan sekitar wajahnya."Selamat pagi, Rin," sapa Reygan dengan suara beratnya yang hangat, juga senyum yang melebar di wajah yang terlihat segar dan rapi.Ayrin mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. Namun, gadis itu menyadari jika semuanya nyata saat bibir Reygan kembali mendarat di bibirnya. "Pagi," balas Ayrin dengan suara pelan, masih sedikit terkejut dengan perlakuan suaminya. Reygan tidak membiarkan keheningan berlangsung lama, "Sudah waktunya kamu bersiap-siap.""Sudah waktunya mandi, Sayang," kata Reygan sambil menatap Ayrin dengan penuh perhatian. Gadis itu mengernyitkan dahinya, belum terbiasa dengan perhatian seperti ini. Reygan tertawa kecil, seol
Read more

BAB 19 Puncak Gairah

“Kamu bahkan belum melakukan apa yang saya minta.”Pria itu tidak tahu dorongan apa yang membuatnya berani mengatakan hal itu. Meminta Ayrin menciumnya. ‘pasti dirinya sudah gila!’ keluh Reygan dalam hatinya.Gairahnya tiba-tiba saja memuncak ketika merasakan tubuh mereka berjarak sangat dekat. Apalagi saat gadis itu mencium pipinya dengan canggung. “Tadi kan sudah,” kata Ayrin dengan salah tingkah.Ketika melihat rona merah di wajah istrinya, Reygan merasa sudah tidak bisa menahan dirinya. Entah karena kepolosan gadis itu atau karena sudah lama tidak mendapat sentuhan dari kekasihnya, pria itu hanya ingin menyalurkan hasratnya.“Itukah yang kamu sebut ciuman?” tanya Reygan dengan suara parau. Tanpa menunggu reaksi istrinya, Reygan sudah lebih dulu mendekatkan wajahnya, mendaratkan bibirnya di bibir gadis itu. Bibirnya mengulum dan melumat bibir Ayrin dengan mesra. Lidahnya bermain di mulut gadis itu. Tentu saja istrinya tidak tahu siapa yang ada dalam bayangannya. Sudah tidak ada
Read more

BAB 20 Cintai Aku

“Apa kamu akan tetap melakukan semua ini kalau aku sudah jatuh cinta sama kamu, Mas?” Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar dari mulut Ayrin ketika mereka sedang berbaring di ranjang. Reygan berbaring menyamping sambil menatap istrinya, satu tangannya ditumpukan di atas siku. “Hmm… maksud kamu?” “Mas akan tetap bersikap seperti ini kalau sudah berhasil mendapatkan hati aku?” Gadis itu membalas tatapan suaminya. “Tetap perhatian dan romantis.”Ayrin sangat menunggu jawaban itu. Karena semakin hari, semakin sulit rasanya menolak pesona pria sekaliber Reygan. Usaha dan tekadnya benar-benar besar untuk meluluhkan hati wanita. Hal itulah yang membuatnya khawatir kalau saja suaminya akan berubah setelah mendapatkan dirinya.“Kenapa sih? Kamu takut saya tinggal begitu saja?” “Istri mana yang nggak takut ditinggal suaminya?”“Istri yang nggak punya perasaan sama suaminya.” Seperti biasa. Reygan selalu bergurau dan bersikap santai. “Jawab yang benar dong, Mas!”“Kamu nggak perlu khawa
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status