Home / Pernikahan / Mantan Istri Jadi Adik Ipar / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Mantan Istri Jadi Adik Ipar: Chapter 41 - Chapter 50

83 Chapters

#Bab 41. Curiga

Langkah kaki Rafa beriringan dengan Davina juga kedua anak mereka kembali menapaki Flower Dome.Rafa menoleh ke belakang pada Satrio dan Fathan, yang berjalan beriringan. Tapi, berbalik lagi karena sahabat lamanya itu malah memelototkan mata ke arahnya.Tidak jauh di depannya, Maya dan Aurel berjalan sambil bergandengan tangan. Tanpa sadar, Rafa tersenyum. Dia pernah melihat pemandangan punggung yang sama. Dulu, pas masih sekolah, dua wanita itu yang masih remaja juga menunggunginya sambil berjalan riang menusuri koridor sekolah. Sementara dia berjalan di belakang mereka, seperti saat ini.“Jadi, kalian nginep di Marina juga?” tanya Aurel tidak menyangka. Seharusnya mereka bisa bertemu di sana karena satu hotel, tapi malah bertemu di sini.Maya mengangguk mantap. “Iyalah. Percuma aja Satrio kerja dari pagi sampai malam kalau nginep di Marina aja ngga bisa,” ujarnya sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Aurel.Saat itulah, Aurel tanpa sengaja melihat benda hitam terbang ke arahnya. So
Read more

#Bab 42. Cemburu Buta

Langit yang tadi teduh mulai mengabu dan dalam sekejap mata mulai menghitam. Aurel sudah berada di rerumputan, duduk dengan menjulurkan kakinya ke depan. Semilir angin malam menggoyangkan lembut pashmina, yang menjuntai dari lehernya.Kepalanya menoleh ke sisi kirinya. Sang suami berada tepat di sana, duduk sambil memeluk lututnya.Aurel menoleh ke sisi kanannya. Ada Davina, yang memangku Tania. Gadis kecil itu tertidur di pangkuan sang ibu. Hanya menoleh sedikit, Aurel bisa melihat kembar yang satu lagi tengah tertidur di atas lengan Rafa. Lelaki itu mengelus rambut anaknya yang menutupi wajah imut itu.Dan, entah dorongan apa, Rafa menegakkan pandangannya. Lantas, tatapannya bertemu dengan Aurel. Seakan saling terhipnotis, mereka saling enggan melepaskan pandangan. Bahkan, ketika lampu-lampu supertree mulai menari dengan indah.“Sayang, lihat, deh itu ....” Fathan hendak mengajak istrinya ikut berbahagia menyaksikan keindahan malam itu, namun kata-katanya terhenti. Sampai dua kali k
Read more

#Bab 43. Pura-pura Sakit

“Aurel!” lengkingan Putri membahana di ruang kamar inap itu. Untung hanya ada dirinya disitu, jadi tidak terlalu mengganggu penghuni kamar lainnya.Wanita berkulit kuning langsat itu langsung menegakkan punggungnya saat melihat sosok Aurel membuka pintu kamar. Satu set seragam pasien melekat di tubuhnya.“Mentang-mentang kamu udah kaya, ya!” sergahnya kesal.Aurel menempelkan telunjuk di atas bibirnya sambil melihat ke arah Putri, dan berjalan cepat menghampirinya.“Ada Fathan?” tanya Putri agak berbisik.“Iya,” jawab Aurel hanya dengan gerakan bibir.Putri pun menengok lagi ke arah pintu, benar saja, lelaki tampan itu tampak masuk belakangan sambil membawa parcel buah.“Hai, Put,” sapa Fathan sambil meletakkan keranjang buah di atas nakas, kemudian berdiri di samping istrinya.“Hai,” sapa Putri singkat, secepat lambaian tangannya.Aurel langsung mencubit pelan pinggang Putri, menyebabkan sepupunya itu mengaduh kesakitan.“Hai,” sapa ulang Putri dengan nada lebih lembut plus wajah ya
Read more

#Bab 44. Kejutan

“Ada apa, Bu?” Terusik Feny saat melihat sang ibu berdiri di tepi jendela ruang tamu sambil melihat ke luar dari balik gorden. Mulanya Feny tidak mau tahu, tidak mau peduli juga, tapi ketika melihat sang ibu begitu bersemangat, dia pun jadi ingin tahu apa yang terjadi.“Itu ....” Suwarni menoleh sesekali saat menjawab. Fokusnya tetap apa yang terjadi di luar. “Kayaknya tanah kosong yang di taman ujung itu mau dibangun, deh. Ngga tahu apa. Padahal kata developer-nya kemarin mau dijadiin taman, 'kan. Tapi, udah lima tahun ini belum ada perkembangan apa-apa di sana.”Feny pun mendekat juga ke jendela sambil menggendong Ghani.Tidak puas hanya ada di dalam dan tidak mendapatkan informasi apa-apa, Suwarni pun meraih gagang pintu dan langsung keluar rumah.“Bu!” Feny hendak menghentikannya, tapi terlambat. Meragu apakah harus ikut ibunya keluar, Feny memilih untuk melihat dulu dari sini.Suwarni berdiri di dekat pagar. Beberapa tetangga juga sepertinya terusik dengan keributan di luar dan b
Read more

#Bab 45. Tamu Tak Diundang

Setelah yakin pintu tertutup rapat dan wanita berwajah imut tadi sudah pergi dari ruangan ini, Feny pun menatap Fathan kembali. Dia menunggu lelaki itu untuk berada di depannya.“Kenapa kamu ....”“Ngga mau duduk dulu?” potong Fathan seraya menunjukkan sofa kulitnya.Feny melirik kursi, yang terlihat elegan sekaligus mahal itu. Tapi, tubuhnya sama sekali tidak bergerak, masih berdiri di tempatnya. “Aku sudah tegaskan sama kamu kalau jangan ikut campur tentang kehidupanku.”“Bukannya waktu itu kamu yang duluan mencampuri urusanku?”Feny mengernyitkan keningnya, berusaha mengingat. “Kapan?”Fathan mencondongkan wajahnya agar bisa melihat kedua mata Feny, tanpa wanita itu bisa hindari. Dia ingin melihat dengan jelas kejujuran di mata wanita itu. “Kamu yang duluan menunjukkan diri di depan Aurel, juga di depan keluargaku.”Kening Feny kian mengkerut jelas saat berusaha mengingat apa yang sudah terjadi. Kerutan itu menghilang bersamaan dengan bayangan dirinya yang bertemu dengan Aurel di
Read more

#Bab 46. Ini Rahasia

Feny tersentak kaget karena pintu dorong itu terbuka tiba-tiba. Dan sosok Fathan yang muncul dari sana, entah kenapa auranya sangat menakutkan. “Apa?!” sergahnya kesal karena tingkah Fathan itu sudah membuat jantungnya bekerja keras.Fathan masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya lagi. Satu tangannya menepuk keras dinding, tepat di samping Feny.Wanita itu sampai menutup matanya sesaat, lalu menatap tajam Fathan. “Apa, sih?!”“Kamu mendengarkan semua yang kami bicarakan?” tudingnya.“Aku tidak sengaja mendengarkannya,” kilah Feny seraya menghindari tatapan Fathan. “Lagian, ngga ada penting-pentingnya juga. Kamu cemburu kakak iparmu memiliki rasa sama istrimu. Setelah kupikir, kakak iparmu itu lebih cakep. Yang kita ketemu hari itu, kan?”“Kamu bilang ngga sengaja dengar, tapi malah menarik kesimpulan. Apa lagi rencanamu?” Fathan menatap wanita itu lebih lekat.Melihat wajah Fathan yang kian mendekat, jantung Feny kian tidak menentu. Dia mendorong sedikit tubuh lelaki itu dan bergegas
Read more

#Bab 47. Perempuan Itu

Selama di dalam lift, tangan Davina berlipat di dada, jemarinya mengetuk di atas lengan. Pandangannya sempat melirik angka lift yang terus naik, bukannya turun, padahal tujuannya adalah lantai dasar. Tapi, Davina tidak mempermasalahkan itu. Mungkin ada yang mau turun juga, makanya lift ini memilih untuk naik terlebih dahulu.Pikiran Davina lebih ke apa yang terjadi barusan di kantor adiknya. Terlalu janggal dan menumbuhkan banyak tanda tanya di benak Davina.‘Siapa yang disembunyikan oleh Fathan? Wajar jika dia menyembunyikannya dari orang lain, tapi dariku, kakaknya sendiri?’Saat lift terbuka, padahal bukan lantai tempatnya turun, Davina dikejutkan oleh sosok yang muncul ikut masuk. Dia langsung berpaling muka ketika menyadari siapa sosok itu. ‘Jangan berdiri di samping aku,’ mohon benaknya.Tentu saja orang itu tidak mendengar ucapan batinnya karena langsung berdiri di sisi kiri Davina. Dia menoleh pada sosok wanita yang tingginya tidak terlalu jauh dengannya itu.“Bukannya kamu ng
Read more

#Bab 48. Ide Tergila

Kedua tangan Davina melipat di dada. Jemarinya mengetuk lengannya. Sementara itu, tatapannya tertuju lurus ke depan. Lalu, beralih ke sebelah kiri, pada sosok bayi yang terbaring di atas stroller bayi.Tebakan Davina bayi yang sedang tertidur itu sudah berumur satu tahun lebih. Tubuhnya yang gempal juga pipinya yang menggemaskan itu menipu penglihatan setiap orang, membuatnya terlihat seperti sudah berumur dua tahun.“Satu tahun ....” Tebakan Davina menggantung di udara.“Lima bulan,” jawab Feny cepat. Dia tahu kalau Davina meminta dirinya untuk menyambung kalimat itu.Davina mengangguk lagi. Kerutan di keningnya menandakan bahwa dia masih berpikir keras. Selagi menarik napas, dia menatap Feny.“Aku sama sekali tidak meminta Fathan untuk bertanggung jawab,” ujar Feny tanpa diminta. Karena dia sudah bisa menebak apa yang dipikirkan Davina.“Fathan berhak untuk tahu. Begitu juga aku sebagai keluarganya. Bagaimanapun darahku juga mengalir di dalam darahnya.”“Aku takut kalau kalian akan
Read more

#Bab 49. Wanita Jahat

Keadaan sudah mulai tenang di kantornya. Pena dan kertas yang tadi berantakan sudah kembali ke atas meja dan dalam keadaan rapi. Fathan pun bisa kembali fokus dengan pekerjaannya yang tertunda.Cahaya sore yang masuk lewat kaca di belakangnya, menyinari sosok Fathan hingga menciptakan siluet bagai mahakarya.Rambutnya bergaya ivy league, panjang di bagian depan dan digeser ke samping. Ada  sedikit helai rambut yang tidak menurut dan menjuntai di keningnya. Namun, tidak menghalangi penglihatannya karena tidak lebih panjang dari alis.Sambil membaca laporan, Fathan memainkan pena di antara sela jemarinya.Tidak terasa, jam yang melingkar di pergelangan tangannya hampir berhenti di angka 12 sementara jarum pendeknya di angka empat. Sudah lebih dari dua jam sejak Feny meninggalkan ruangan ini.Ada getaran singkat di meja, berasal dari ponsel di sisi kirinya
Read more

#Bab 50. Sayur Asam

Baru saja Aurel merebahkan punggungnya di atas tempat. Toko rotinya sangat ramai hari ini. Kakinya lelah seharian berdiri. Sebenarnya bisa saja dia memilih untuk bersantai di dalam ruang kerjanya yang ada di lantai dua. Tapi, keadaan toko yang ramai harus membuatnya ikut turun tangan.“Atau, aku cari aja pegawai baru lagi, ya? Bantuin bagian kasir aja kalau lagi rame kayak tadi,” gumamnya sambil menatap langit-langit kamar.Aurel meraih ponselnya, lalu asyik menekan touchscreen.“Lita, besok kamu bikin pengumuman lowker staff kasir, ya.” Sambil mengetik chat, Aurel juga membacakan apa yang diketiknya itu.Tepat setelah mengirimkan pesan itu, Aurel mendengar suara pintu pagar terbuka. Dia pun beringsut ke tepi tempat tidur, lalu menuju sofa yang ada di pinggir jendela. Dari sini, bisa terlihat pintu pagar dengan jelas. Hanya tempat parkir mobil yang tidak terlalu terlihat.Mobil berbahan bakar disel itu memasuki perkarangan rumah dan dengan apiknya nampak memasuki garasi terbuka.“Kaya
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status