Home / Rumah Tangga / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Chapter 301 - Chapter 310

All Chapters of SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Chapter 301 - Chapter 310

433 Chapters

Aku Menemukan Pengalihan

“Berapa lama aku pingsan?” tanya Mae, sambil perlahan duduk dan bersandar di kepala ranjang. Kepalanya amat pusing, terlalu banyak menangis.“Beberapa jam. Aku tidak amat menghitung.” Ash tidak memperhatikan waktu memang. “Tapi sudah pagi.” Ash menunjuk jendela besar yang sudah tersibak tirainya. Hari sudah terang dan abu-abu.“Kau tidak tidur.” Mae mengulurkan tangan dan mengusap pipi Ash yang sedikit kasar oleh tunas rambut yang mencoba tumbuh, juga ada warna gelap di bawah matanya.“Tidak bisa. Aku berbaring tapi.” Ash berbaring di samping Mae yang pingsan, tapi tidak bisa tidur.“Dan masih tetap tampan. Aku mengerti kenapa Ian frustasi sekarang.” Mae tersenyum samar.Ash tertawa pelan dan mengecup telapak tangan Mae yang menempel di pipinya. “Terima kasih.” Ash berterima kasih karena setitik canda itu memperlihatkan sedikit kenormalan yang melegakan.Mae tentu tidak paham, ia mengerutkan kening bertanya. Ash menggeleng sambil menepuk pelan pipinya. Tidak akan menjelaskan. “Sarapan
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Aku Punya Tebakan Lain

“Sudah lebih baik?” tanya Dean saat mereka berpapasan di dapur. Ash mengembalikan nampan, Dean sedang mencari tambahan kopi.“Lumayan.” Ash tahu keceriaan yang dibawa Amy bersifat sementara, tapi masih jauh lebih baik daripada Mae yang kemarin.“Aku sudah mendengar dari Louis. That’s… really bad.” Dean sedang bersimpati untuk keadaan Daisy, tentang sakitnya.“Apa dia akan melaporkan semua yang aku lakukan padamu?” Ash malah menemukan hal tidak menyenangkan.“Ya. Sudah kebiasaan. Ia akan melapor Amy bertemu siapa saja saat di sekolah, terutama laki-laki. Louis melakukan hal yang sama untukmu.” Ash mendecak. “Aku tidak berumur sepuluh, untuk apa dia melaporkan semuanya padamu?!”“Aku tahu, kau tetap anakku tapi, dan Louis masih bekerja untukku.” “Uang kerajaan yang membayarnya!” sergah Ash. Louis tidak dibayar oleh ayahnya tentu.“Memang, tapi ada untuk membuat hidupku lebih mudah. Aku harus memanfaatkannya selagi bisa.”Ash masih ingin melawan, tapi ada pelayan yang masuk ke dapur da
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Aku Tidak Perlu Membujuk

Sepersekian detik sebelum jawaban itu terucap dari bibir Rowena, mama itu juga sempat terlintas dalam benak Ash, tapi kemudian dibantah oleh akal sehatnya sendiri.“Carol tidak punya sumber daya untuk membuat kecelakaan yang rapi seperti itu. ia tidak punya koneksi—juga uangnya.” Ash tidak tahu berapa dan bagaimana, tapi menyusun kematian memakai kecelakaan seperti itu, tidak mungkin harganya murah apalagi tanpa jejak.“Kau tidak tahu persis itu. Yang jelas ia mendapat keuntungan paling besar dari kejadian ini bukan?” Rowena masih mempertahankan teorinya.“Tapi Ash benar, Ro. Carol sepertinya akan sulit mengatur hal ini dari dalam penjara, apalagi aksesnya cukup dibatasi. Tidak bisa sembarang orang mengunjunginya.” Dean lebih setuju dengan Ash.“Mungkin kalian sudah merasa uangnya sampai habis, tapi bukan berarti ia tidak punya koneksi. Sudah terbukti bukan, kalau ia tidak sepolos yang kalian pikirkan—sangat licik malah. Apapun bisa terjadi selama ia masih hidup.” Rowena juga bersikuku
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Aku Ingin Pergi Ke Laut

Mae mengelus ponsel Daisy, Sedang mengumpulkan niat untuk membuka catatan dan juga video itu. Antara ingin tapi tidak berani. Namun juga harus. Daisy sudah bersusah payah membuat rekaman dan entah catatan apa, Mae tidak mungkin tega terus mengabaikannya.“Aku menunggumu.” Mae berpaling saat mendengar langkah kaki Ash.“Ada apa?” tanya Ash, menyusul duduk di samping Mae. Mereka ada di depan jendela, menghadap taman yang kemarin juga terlihat dari kamar Amy.“Aku ingin melihatnya bersamamu.” Mae menunjukkan ponsel Daisy. “Aku ingin melihatnya, tapi aku juga tahu kalau tidak akan mampu—” Mae tahu hatinya akan semakin hancur.“Ok.” Ash paham dan mengambil alih ponsel itu. Ini juga lebih melegakan untuk Ash, setidaknya Mae jujur tentang kesedihannya. Tidak lagi diam dan menutup diri seperti dulu—diam mengerikan yang membuatnya berjalan tak tentu arah. Mae yang mengaku dan meminta tolong adalah versi positif. Perubahan yang cukup signifikan—mengindikasikan kalau kesehatan mental Mar juga t
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Aku Mau Ikut Pokoknya!

“Tidak, maaf.” Ash menolak saat melihat Amy keluar bersama Louis memakai baju hitam berdandan rapi.“Huh? Aku mau ikut!” Amy bersikeras pastinya. Ia ingin mengikuti acara pemakaman—menebar abu Daisy ke laut.“Apa Mom sudah tahu?” Ash curiga Amy pergi tanpa izin Rowena.“Sudah.” Dean yang menyahut, tampak keluar dari ruang tengah—memakai jas hitam juga.“Kau tidak perlu ikut!” Ash melarang juga pasti. Tidak menyangka akan ada rombongan yang ikut.“Apa ini sopan? Kami hanya ingin ikut berduka cita. Dan apa salahnya? Kami mungkin tidak mengenalnya dekat, tapi dia keluarga Mary bukan? Aku rasa masih benar kalau kami ikut datang.” Dean bingung melihat penolakan itu.“Kau—juga?” Ash bahkan belum membalas, tapi sudah kembali terkejut karena berikutnya yang keluar adalah Rowena, memakai gaun berduka ala bangsawannya. Gaun hitam yang sopan dan anggun, bersama kalung mutiara yang tepat.Rowena tidak membalas tunjukan tangan Ash, hanya berdiri di samping Dean. Kurang lebih sikap yang menyatakan
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Aku Tahu Kenapa Kau Tersenyum

“Kemarikan.” Ash mengambil alih jambangan itu dari tangan Mae, saat melihat Gina dan Poppy menghampiri Mae dengan dua tangan terulur. Mae akan membutuhkan dua tangan juga untuk membalas pelukan mereka.“Kau akan baik-baik saja. Percaya padaku.” Gina yang tentu sudah menangis menepuk pelan punggung Mae berulang kali. Poppy memeluk mereka berdua bersamaan karena memang tubuhnya yang paling jangkung, tangannya bisa merangkul dengan lebih lebar.“Aku akan membuat mantel kalian basah.” Mae tahu pelukan menenangkan, tapi saat ini sudah pasti membuatnya menangis.“Aku justru akan marah kalau tidak basah. Kau boleh menangis, kami akan mendengar.” Poppy mengusap pipi Mae bersama air matanya.“Terima kasih. Kalian memang yang terbaik.” Mae tidak merasa perlu berteman dulu, tapi kini paham kalau mereka memang berharga, terutama yang seperti Gina dan Poppy.“Yang itu bukan?” Gina bertanya pada Ash, sambil menunjuk salah satu yacht berukuran sedang yang tertambat di dok itu. Ada tiga—karena Dean d
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Aku Belum Tahu

“Apa mereka sedang melakukan pemakaman juga?” Gina bertanya dengan heran, saat melihat taburan bunga lain di sekitar yacht yang berhenti di dekat yacht mereka tumpangi.Keberadaan mereka tidak mencurigakan, tapi setelah melihat taburan bunga mengambang yang juga sama dengan apa yang dilakukannya, tentu menjadi pertanyaan.“Mungkin.” Mae melirik Ash yang sudah kembali menjadi nahkoda—dan segera menambah kecepatan agar jarak mereka semakin jauh dengan kedua kapal itu. Tidak ada orang yang terlihat memang, tapi lebih baik cepat menjauh.“Kalau tidak mereka mengunjungi anggota keluarga yang meninggal tenggelam,” kata Parker.“Tolong jangan membicarakan hal seperti itu. Nanti paling tidak.” Poppy yang masih payah berbaring, sampai memaksakan diri. Ia yang paling penakut diantara mereka semua, tentu tidak menyukai pembicaraan mengenai orang tenggelam.Mae sudah tersenyum geli, dan lega mereka tidak lagi terlalu memperhatikan kapal lain yang mengikuti.“Yacht ini milikmu.” Cale yang sejak tad
last updateLast Updated : 2024-06-23
Read more

Tidak Biasa Tapi Aku Menyukainya

“Kalian benar-benar berpiknik.” Aroma yang menerpa hidung mereka begitu menaiki yacht adalah makanan—barbeque lebih tepatnya. Ada daging yang dipanggang, dan satu sudah ada di tangan Amy yang melambai dengan gembira menyambut mereka.“Hai! Mae, aku sudah menyiapkan untukmu.” Amy dengan lincah menarik tangan Mae, sedang memastikan kalau Ash melihat kalau ia ikut bukan hanya untuk menikmati piknik di laut, tapi juga untuk menghibur Mae yang bersedih.Mae sudah lupa dengan sedihnya tapi, karena terlalu terkejut. Ash menyebut piknik karena melihat makanan, tapi Mae akan menyebutnya perjamuan. Makanan piknik yang dikenalnya adalah sandwich atau mungkin hotdog, bukan aneka jenis hidangan yang memenuhi meja panjang. Dan tentu tidak ada chef berseragam putih pada piknik yang normal.Saat ini Mae melihat chef yang sedang memakai blow torch untuk memasak sesuatu yang menyala di atas kompor. Hidangan yang terhampar di atas meja itu adalah hasil tangannya tentu. “Ini bukan piknik, Ash.” Dean mem
last updateLast Updated : 2024-06-23
Read more

Aku Bisa

“Kau apa?” Ash tentu juga amat tercengang, dan mengambil tablet itu untuk memeriksa isinya. Tapi memang hanya proposal normal. Kegiatan amal yang hampir setiap tahun dilakukan Rowena, hanya skalanya sedikit diperbesar karena kampanye.“Amy, bisakah kau turun dulu. Aku ingin membicarakan sesuatu dengan Mom.” Ash ingin menyingkirkan Amy agar lebih bebas. Namun, tidak mungkin mudah.“Tidak mau. Aku sudah besar! Bisa mendengar urusan—”“Aku akan membawamu ke Paris liburan nanti. Setelah aku punya waktu.” Ash mengucapkan janji yang segera membuat Amy berdiri dari kursi, dan berlari untuk turun ke lambung kapal—ada kamar dengan televisi dan aneka games disana—tanpa pertanyaan. Ash tahu benar cara menyuap Amy.“Apa ini? Kau tidak sedang menyuruh Mae untuk melakukan sesuatu lalu mengacaukannya bukan?” Kecurigaan Ash berkembang biak dengan liar, dan Mae sebenarnya juga sama. Mae bahkan dulu sempat khawatir kalau Rowena akan merusak kue yang disiapkannya untuk Amy, tapi kemudian sadar kalau Row
last updateLast Updated : 2024-06-23
Read more

Aku Izinkan

“Apa tidak masalah kita disini?” Mae memandang titik lampu di kejauhan. Di sisi lain sungai Thames. Salju tidak turun, jadi pemandangannya cukup cantik.“Kenapa jadi masalah. Masih ada banyak makanan yang harus kita habiskan.” Ash kembali duduk di sebelah Mae setelah menaikkan suhu penghangat. Mereka berpindah ke kabin, tidak lagi di geladak atas saat gelap turun. Sisa hidangan yang belum habis sudah dibawa turun juga oleh Ash. Setengah botol wine, dan kacang berselimut coklat, dan platter aneka keju dengan ceri segar.Yacht yang rupanya milik Dean itu memang benar cocok untuk berpiknik. Kabin itu menawarkan kenyamanan maksimal yang cocok untuk bermalas-malasan. Begitu melihat sofa bed bersama selimutnya menghadap ke pemandangan indah, Mae tidak ingin bangun lagi. Hanya duduk sambil menyelonjor dengan kaki tertutup selimut.“Aku pikir kita akan pulang bersama yang lain.” Mae memang tadi sempat bersiap, tapi Ash mengatakan tidak perlu, mereka tidak tergesa untuk apapun.‘Piknik’ yang t
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
PREV
1
...
2930313233
...
44
DMCA.com Protection Status