Home / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Chapter 11 - Chapter 20

433 Chapters

Banyak Masalah yang Harus Aku Selesaikan

“Tidak.” Ash menutup bibir Mae, sesaat setelah ia menutup mata. Mata yang langsung terbuka, amat lebar. Terkejut, tapi yang utama adalah malu. Ini bahkan lebih buruk dari kemarin. Setidaknya kemarin ia berhasil mencium Ash, tidak ditolak sebelum terjadi. Ash terlalu waspada untuk terhanyut saat pagi dan segar. “Bukan salahmu juga, aku harus segera berangkat. Maaf. Tapi aku sudah terlambat.” Ash mundur menjauh, dan merapikan pakaian seragamnya, juga sepatu. “Maaf sekali lagi.” Ash mengangguk, lalu berlari kecil ke arah pintu, tapi berbalik lagi. “Aku sudah memenuhi kulkas, tapi kalau kau tidak ingin memasak, ada restoran di kaki bukit. Mobil yang semalam bisa kau pakai—aku memakai yang lain. Kuncinya disana.” Ash menunjuk ke atas perapian. “Lalu akan ada orang juga yang datang untuk membersihkan nanti sore, dan…” “Tidak perlu!” Mae membantah. Tidak bermaksud ketus, tapi perasaan jengkelnya masih terbawa. “Oh, bagaimana…” “Aku akan mengurusnya sendiri, kau pergi saja!” Mae ak
Read more

Aku Bukan Lagi Jones

Mae sebenarnya malas kembali ke Bakewell secepat ini, tapi tidak punya pilihan. Ia harus mengunjungi bank. Uangnya yang ada di rekening sudah kosong, maka ini saatnya ia memakai simpanan lain—emas. Sayangnya belum banyak, dan kini Mae harus menguranginya gara-gara dua anak tiri setan itu. Mae mengangguk pada petugas bank yang menyerahkan buku tabungannya lagi. Ia mencairkan emas yang ada di lemari penyimpanan bank itu, dan kini tabungannya kembali terisi. Ia juga mengurus pemindahan simpanan emas itu, agar tidak perlu kembali ke Bakewell kalau ingin mencairkan uangnya. “Terima kasih atas kunjungannya, Mrs. Jones. Apa ada lagi yang bisa kami bantu?” Pegawai bank itu bertanya dengan ramah. “Untuk urusan bank sudah tidak ada, tapi ada satu hal yang aku minta darimu,” kata Mae sambil berdiri dan memakai kembali kacamata hitamnya. “Oh?” Wanita setengah baya yang melayaninya sejak tadi tampak bingung. “Namaku bukan lagi Jones, tapi Cooper. Tolong katakan pada semua temanmu. Aku yakin in
Read more

Aku Hanya Punya Kau

Terdengar tidak pantas, tapi Mae maklum karena memang uang itu tidak boleh terlambat. Harus ada setiap kali Daisy membutuhkannya.“Sudah ada.” Mae menjawab dalam bisikan singkat.“Oh, syukurlah. Kau sehat rupanya. Aku khawatir kau sakit.” Carol menepuk pelan punggung Mae, menyalurkan kelegaan, dan menutupinya seolah tengah bertanya kabar Mae.“Tidak. Ada masalah di pekerjaan. Aku tidak bisa santai seperti biasa.” Mae memberi alasan tersamar tentang tidak pulang. Tidak terlalu bohong. Bagi Mae menjadi sugar baby dan istri adalah pekerjaan yang menghasilkan uang.“Ada apa? Apa masalahnya berat?” Carol bertanya sambil memandang khawatir. Carol tahu pekerjaan Mae, yang tidak tahu adalah Daisy. Ia mengira Mae bekerja di kota lain dan cukup.“Ya, cukup berat. Tapi tidak perlu khawatir. Aku akan membereskannya.” Mae belum tahu bagaimana, tapi menyingkirkan kekalutan itu. Dengan penuh senyum, Mae mengambil kantong yang dibawanya tadi.“Jeruk bukan? Aromanya.” Daisy mengendus saat Mae membuka
Read more

Aku Hina Bukan?

“Kau jangan menakutiku!” sergah Ian. Ia tidak amat mengerti tapi jelas meragukan Ash bisa melakukan kriminalitas menjijikkan itu.“Apa kau mabuk? Atau wanitanya terlihat tua tapi belum cukup umur? Kau tertipu? Dia mengaku cukup umur?” Ian memberondong dengan pertanyaan yang sekiranya bisa sedikit menyelamatkan moral Ash.“Bukan itu! Dia…” Ash mendesah lalu menegakkan punggung, tapi tidak benar-benar tegak. Ia menyangga kepalanya dengan tangan, representasi kalau memang kepalanya sedang amat berat.“Dia apa? Katakan! Aku akan menjauh darimu mulai dari sekarang kalau memang kau busuk. Aku tidak mau kena masalah juga!” desak Ian.“Mulia sekali, dan terima kasih atas dukungannya.” Ash mendengus mendengar betapa sedikitnya niat Ian bertahan disisinya saat ada masalah. Tapi memang begitulah Ian. Ash betah bersamanya karena selalu blak-blakan.“Well, kau tidak perlu aku kalau punya masalah seberat itu. Ayahmu saja akan cukup menyelesaikan…”“SHUT YOUR MOUTH! Kau ingin aku makin mual?!” benta
Read more

Aku Harus Membawanya

“Dia akan murka, lihat saja!” Ian terdengar ikut marah pada keputusan Ash yang bodoh, tapi sebenarnya sedang amat panik. Membayangkan masa depan Ash yang mendadak suram.“Aku tidak akan mengumumkannya bukan? Aku tidak bodoh.” Ash mendesis lalu menunjuk kursi. Menyuruh Ian tenang dan kembali duduk. Ash bukan tidak tahu, karena itu ia membawa Mae ke Reading. Ia tidak ada di dekat sini.“Tt…tapi bukan berarti dia tidak akan tahu. Dia membuat puluhan anak kehilangan tempat tinggal hanya karena kau menemukannya dulu. Kau lupa? Kau pikir apa yang akan dilakukannya kalau sampai ia tahu lagi yang ini?!” Ian sudah kembali duduk, tapi tidak bisa berhenti panik. “Kau jangan membuat masalah, Ash. Nanti…”“Aku tidak mungkin meninggalkannya sendiri.” Ash menyela. Keputusannya liar tapi perlu.“Kau hanya ingin membantunya bukan? Kembalikan kemana kau menemukannya, bantu saja dari jauh. Kembalikan sebelum ayahmu tahu.” Ian menunjuk ke pintu, menyuruh Ash melakukannya sekarang juga. Terdengar sepert
Read more

Aku Tidur Sendiri Lagi?

Mae berlari dengan air mata turun deras di pipinya. Paru-parunya menjerit karena entah sudah berapa lama memaksakan diri berlari. Tapi Mae tahu ia akan mati kalau berhenti. Pria yang saat ini mengejar akan membunuhnya pasti, dan langkah kaki monster itu sangat dekat.“AGH!”Mae menjerit nyaring saat rambutnya tertarik, ia langsung terjerembab jatuh, dan tubuh besar menindih punggungnya. Napas Mae semakin sesak.“Lepas…”“Tidak akan pernah, Mary. Kau milikku.” Bisikan berat di depan telinganya, membuat Mae menggigil dan gemetar, belum lagi elusan tangan di pipinya.“Aku membayar mahal untuk memilikimu, Mary. Kita sudah menikah. Ini yang kau inginkan bukan?” Mae memejamkan mata, tidak mampu lagi menahan isakan saat lidah basah menyentuh telinganya. Menjijikkan, tidak lebih seperti lidah makhluk buas yang siap memangsa.“Kau bandel hari ini, mencoba lari. Apa kau sengaja? Kau menyukai hukuman itu?” bisikan lain yang membuat tangis Mae semakin keras. Hukuman itu adalah mimpi buruk, Mae t
Read more

Aku Istri yang Kau Beli

Ash sangat bisa menahan atau mungkin mendorong tubuh Mae agar ciuman itu tidak terus terjadi, tapi sekali lagi akal sehat yang tadi diniatkan untuk tetap ada, luluh berkeping-keping seketika. Ash tidak menginginkannya, tapi bukan tidak punya nafsu yang siap sedia. Apalagi sudah beberapa bulan ini ia tidak menjalin hubungan serius.Bibir yang menyapu dengan liar tentu menyalakan api dengan mudah, menelan umpatan terkejut yang tadi hampir terucap, menggantinya dengan desah yang menyerukan nikmat. Hembusan napas Mae menggelitik, memacu desiran detak jantung, membutakan rasa bersalah Ash, menutupi emosi penyesalan yang tadi siang begitu mengganggu.Tapi saat tangannya merengkuh, dinginnya tubuh Mae, kembali dengan mudah mengembalikan semua itu. Mae mungkin merasa bisa menipu kalau mencium Ash dengan lebih liar, tapi kenyataannya tidak semudah itu.Ash mengambil pergelangan tangan Mae, lalu menggeleng dan mundur menjauh.“Apa lagi? Apa yang salah?!” Mae marah pastinya, dan mengibaskan tang
Read more

Aku Tidak Menganggapmu Pelacur

Ash mengangguk, tapi dengan mata memandang ke segala arah. Memikirkan jawaban terbaik.“Aku tidak mencari itu.” Ash menegaskan.“Lalu?”“Aku… sendirian di sini. Aku tidak ingin sendirian.” Ash menunjuk sekitar. Alasan yang bahkan tidak meyakinkan dirinya sendiri, tapi lumayan karena bisa membuat kecurigaan Mae mereda. Kerutan di keningnya mengendur.“Kau… tidak ingin kesepian? Begitu maksudmu?” Mae mencerna.“Ya.”“Kesepian tapi tidak ingin tidur bersama?” Mae masih menemukan titik janggal, dan jantung Ash hampir tidak bisa menanggung. “Bukan tidak ingin! Tapi tidak ingin kalau kau tidak menginginkannya juga!” Ash mendesiskan jawaban, karena pembicaraan tentang tidur berulang kali bukan tidak menimbulkan akibat apapun. Akal sehatnya akan semakin tipis kalau hal itu terus disebut oleh Mae yang sedang memakai baju seksi. Bayangan tubuh telanjang Mae yang sudah terlanjur dilihatnya kemarin, saat ini menari dengan bebas dalam benaknya.“Lalu apa? Kau menyuruhku seperti apa? Kau ingin ak
Read more

Aku Tidak Boleh Menggoda Lagi?

Mae tersedak teh yang baru saja diminumnya, saat tiba-tiba Ash muncul dari pintu belakang dan masuk ke dapur.“Aku pikir kau beruang atau sebangsanya!” seru Mae sambil mengusap wajah dan lehernya yang basah. Penampakan Ash mirip beruang memang.Ash memakai hoodie coklat menutupi kepala—juga celana dengan warna yang sama. Tubuhnya juga cukup besar. Mae yang baru saja terbangun kurang dari setengah jam lalu, hanya mampu mencerna sosok itu sebagai beruang yang menerobos masuk.“Rumah ini mungkin di desa, tapi kita ada di Reading. Tidak ada beruang di sini,” kata Ash, sambil menurunkan hoodie. Mereka cukup dekat dengan kota dan hutan di sekitar situ tipis. Ash bahkan tidak yakin apakah ada beruang liar di seluruh negara.“Apa kau berlari mengelilingi Inggris?” Mae sedang mengomentari keringat Ash.Dari penampilan, jelas Ash baru saja berjogging. Tapi sedikit berlebihan. Rambutnya bukan hanya basah, tapi seperti ada orang yang menyiram seember air padanya. Hoodie yang dipakainya sama, basa
Read more

Apa Aku Bermimpi?

Ash menjelaskan beberapa hal yang akan dilakukannya nanti, termasuk mengganti sofa dan memperbaiki beberapa jendela yang memang sudah lapuk. “Akan sedikit lama, tapi…” Mae menghentikan penjelasan itu, dengan menempelkan telunjuk ke bibir Ash. “Berhenti dulu, bernapas dulu.” Mae lalu mencubit pipi Ash. “Aw?” Ash tidak merasa amat sakit, hanya heran, dan mengelus pipinya yang tidak bersalah tapi mendapat serangan. “Untuk apa itu?” tanya Ash. “Memastikan bukan mimpi,” kata Mae lalu kembali menopang kepalanya. “Kau memastikan mimpi atau bukan dengan mencubit pipiku? Biasanya memastikan mimpi atau bukan dengan mencubit diri sendiri, bukan orang lain.” Ash masih mengusap pipinya dengan heran. “Apa rasanya sakit?” tanya Mae. “Tentu.” “Well, kalau begitu ini bukan mimpi. Kau bisa merasakan sakit. Sama saja bukan? Tidak perlu aku yang sakit.” “Logika macam apa itu?” Ash antara ingin jengkel, tapi ingin tertawa juga, tapi memutuskan kalau membahas logika Mae akan menjadi panjang. Ia
Read more
PREV
123456
...
44
DMCA.com Protection Status