Home / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Chapter 171 - Chapter 180

433 Chapters

Aku Mencari

“Anda siapa dan mau apa?”Daisy memandang heran pada pria yang ada di depan pintu. Tidak biasanya ada tamu yang datang ke rumah bobrok itu. Ia memakai seragam warna biru dan tampak resmi.“Selamat siang, Miss. Perkenalkan, nama saya Bob Morgan. Saya dari kantor urusan perumahan kota.” Pria yang mungkin berusia empat puluhan lebih itu menyerahkan kartu namanya. Daisy memeriksa sekilas. Tampak resmi.“Ada urusan apa?” tanya Daisy, sudah tidak amat curiga tapi tidak juga memberi jalan untuk masuk.“Akan ada wacana pengembangan jalan baru di sekitar sini. Saya harus melakukan pemeriksaan masing-masing rumah di area ini untuk memastikan dimana saluran pembuangan dan juga saluran gas. Maaf, tapi mungkin Anda akan sedikit terganggu.” Bob menjelaskan dengan detail, sembari mengangsurkan dokumen yang sekali lagi terlihat valid. Daisy membacanya sekilas saja. Sangat teknis. Jenis tulisan yang jauh berbeda dari bacaannya sehari-hari—novel. “Tapi aku tidak tahu apapun tentang rumah ini. Mama C
Read more

Aku Tidak Sendiri

“Aku akan menunggu di sini.” Ash menunjuk area di depan pintu kamar Daisy yang tadi ditunjukkan oleh perawat.Ashingin menemani Mae seterusnya, tapi ada resiko bertemu dengan Mama Carol, ia terpaksa menghentikan langkah di sana. Kalau kemarin Ash menghindari pertanyaan berkenaan dengan kejadian sepuluh tahun yang lalu, sekarang Ash semakin tidak ingin menunjukkan wajahnya karena kecurigaan yang telah menumpuk itu. Ia tidak bisa memprediksi perubahan seperti apa yang akan terjadi kalau dirinya muncul sekarang di depan Mama Carol—bisa jadi lebih buruk.“Ya.” Mae masih sangat oleng, tapi berhasil menapak tanah sejak tadi. Tidak sangat ambruk. Ia membuka pintu dengan tangan gemetar dan melangkah pelan.Mae sudah cukup lega mendengar Daisy cukup kuat karena sudah bisa meninggalkan UGD, tapi hatinya kembali mencelos sampai terasa mengerut saat melihat keadaan Daisy. Masih belum sadar dengan berbagai peralatan menempel di tubuhnya. Wajahnya tampak cekung dan pucat.“Inikah yang kau inginkan?
Read more

Aku Heran Kau Tidak Melihat Ini Semua

Ash menatap sekitar dan berjalan pelan sambil meraba tembok rumah sakit yang usang itu. “Kenapa keadaannya menyedihkan begini?” Ash mengernyit, lalu menatap kaca jendela retak yang juga tidak diperbaiki. Udara musim dingin yang membeku mengalir bebas ke lorong itu.Rumah sakit itu tidak besar, hanya dua lantai, tapi yang menjadi perhatian pertama Ash adalah usang. Ada banyak Rumah Sakit kecil yang memang kompeten—tapi yang ini tidak terlihat seperti itu.Kalau Daisy memang selemah itu, maka hal pertama yang ingin dilakukannya adalah membawa Daisy keluar dari sana, memindahkannya ke rumah sakit yang jauh lebih baik. Ash tidak akan pernah membawa siapapun ke rumah sakit itu, meskipun hanya untuk mengobati luka robek akibat ranting. Bisa-bisa lukanya akan tercemar tetanus. Ash melihat amat banyak karat di pegangan tangga besi tadi.Lalu sepi. Ash belum pernah melihat rumah sakit amat sepi seperti itu. Mungkin terdengar seperti kabar baik, karena tidak ada orang sakit, tapi orang bodoh
Read more

Aku Sudah Berusaha Bukan?

“Aku akan mengusahakan obatnya, Mae. Jangan khawatir. Daisy masih bisa bertahan saat ini.” Faraday tersenyum menenangkan sambil menepuk punggung tangan Mae.“Terima kasih, Dokter.” Mae mengangguk dengan lega. Ia membutuhkan jaminan itu.“Bagaimana dengan ginjalnya?” tanya Mae. “Maaf sekali, tapi keluarga pasien itu masih menginginkannya bertahan. Mereka belum merelakannya.”Mae meremas kedua tangannya. “Bagaimana dengan Daisy? Lalu apa—”“Tenang, Mae. Daisy tetap ada di urutan donor paling atas. Ia yang akan menjadi prioritas saat ini. Kalau memang tidak dari pasien itu, maka yang lain akan datang. Percayalah.”Mae ingin percaya, tapi rasanya kembali jauh. Kemarin Faraday memberinya harapan dalam hitungan bulan berikut, tapi kini kembali tidak pasti.“Tapi Daisy semakin buruk, tidak akan bertahan,” katanya.“Jangan berdoa seburuk itu, Mae. Daisy sangat kuat bisa bertahan sampai sekarang. Ini sudah diluar perkiraanku, ini kabar baik. Kau harus optimis.” Faraday tersenyum.“Aku akan opt
Read more

Aku Tidak Butuh Uangmu!

“Kau tidak perlu menemani,” kata Mae, saat Ash tampak mengikutinya kembali ke kamar Daisy.“Aku tidak sibuk. Aku akan menunggu.” Ash tidak mungkin meninggalkan Mae saat tidak stabil.“Mungkin lama. Aku ingin menunggu Daisy siuman. Apa kau mau menunggu di dalam?” Mae sudah membuka pintu kamar.“Tidak.” Ash langsung mundur. Menghindar agar tidak terlihat.“Aku akan menunggu—Ada apa?” Ash bertanya karena wajah Mae berubah heran saat memandang ke dalam.“Mama Carol tidak ada.” Mae heran melihat Daisy sendirian. Mama Carol seharusnya di dalam.“Eh?” Ash langsung kembali maju, dan mengintip ke dalam. Daisy memang sendirian.“Kemana dia?” Mae melangkah masuk dan ingin marah. Bukan bagaimana, tapi Daisy tidak seharusnya ditinggalkan sendiri. Ada perawat, tapi mereka tidak akan selalu mendampingi Daisy.“Tidak masalah.” Ash malah lega tentu, setidaknya ia bisa melihat keadaan Daisy secara langsung, selain menemani Mae.“Bisakah kau bertanya dia dimana dan kapan kembali?” Ash meminta pada Mae, u
Read more

Aku Akan Sedikit Lunak

Ash menutup pintu kamar dengan amat perlahan, setengah mati berusaha agar tidak menimbulkan suara sekecil apapun karena Mae baru saja jatuh tertidur setelah kegelisahan panjang.Bukan hanya menangis, bahkan setelah tertidur pun ia masih mengigau dan bermimpi buruk. Kalau tidak sangat terpaksa, Ash tidak akan meninggalkannya sendirian malam ini. Tapi ia harus keluar. Ash meraih mantel yang tergantung dengan tergesa, karena tidak mau membiarkan Stone menunggu lama lebih lama lagi.Tadi Ash sampai harus berkali-kali mengingatkan kalau Stone sebenarnya memiliki jabatan yang cukup tinggi di Scotland Yard, agar hatinya lebih rela meninggalkan Mae. Biar bagaimana, bantuan Stone tidak boleh disia-siakan.“Terima kasih sekali lagi karena bersedia menunggu,” kata Ash. Tidak lupa untuk menghargai begitu melihat Stone berdiri di lobby apartemennya. Ia bahkan bersedia datang ke Andover.“Bukan masalah.” Stone tersenyum dan mengangguk sambil mengulurkan ponselnya. Memperlihatkan beberapa gambar yang
Read more

Aku Harus Membuatnya Sendiri

“Temannya itu. Mae punya teman. Aku bertemu dengannya. Kasar sekali. Mungkin dari dia. Pengaruhnya besar sekali pada Mae.” Carol mendecak saat mengingat kekasaran yang diterimanya di cafe kemarin.“Masih ada yang berteman dengannya? Aku pikir kau memastikan hal itu tidak terjadi.” Faraday heran.“Well, aku tidak mungkin mengawasinya terus menerus bukan?” Carol melotot pada Faraday. Kesal merasa disalahkan.“Tapi berbahaya buat kita.” Faraday semakin gelisah.“Aku pikir akan seperti biasanya. Lingkungannya yang ini berbeda. Memang jauh dari Bakewell. Apa karena itu masih ada yang mau berteman dengannya?” gumam Carol. Ia luput mempertimbangkan ini.Biasanya, siapapun pria yang dinikahi Mae, atau ‘memeliharanya’ sebagai sugar baby, tidak akan membuat situasi berbeda. Orang-orang akan menjauhi Mae—memperlakukannya seperti kuman. Ini yang benar dan diharapkan Carol. Ia butuh Mae terkucil agar tidak ada yang memperngaruhi jalan pikiranya.“Ya, Andover terlalu jauh. Mereka tidak mungkin tahu
Read more

Aku Belum Bisa Tahu

“Ini bukan pertunjukan.” Mae mengoreksi pengertiannya kemarin, setelah melihat banner dan aneka flyer yang dibagikan saat mereka masuk ke arena ice skating besar itu. “Oh, bukan. Amy termasuk atlit. Meski seperti kemampuannya sangat bagus. Ini pertandingan kualifikasi untuk mengikuti olimpiade. Kalau lolos Amy akan mewakili Inggris pada Olimpiade musim dingin nanti.” Ash menjelaskan. Ia memang hanya menyebut ice skating saja. Wajar Mae mengira pertunjukan. “Oh, Wow! Aku kini agak sedikit lebih mengerti kemanjaannya. Boleh kalau begitu.” Mae tidak akan terlalu mengecam sifat itu. Amy memang membutuhkan dukungan penuh untuk menghadapi tantangan setinggi itu.“Awalnya aku hanya iseng mengusulkan agar energi Amy disalurkan ke arah positif—selain merusak kebun dan tatanan rumah. Ia tidak cocok dengan berkuda, maka akhirnya ini.” Ash menunjuk ke arah rink (gelanggang es) yang putih di depan mereka.“Tidak ada yang menyangka Amy akan menjadi sangat hebat. Ia menjuarai beberapa turnamen hany
Read more

Saat Ini Aku Belum Mampu

“Aku tidak ingin bercanda, karena kita sudah tidur bersama. Dan aku—maaf, ternyata bodoh, karena tidak memikirkan ini sejak awal.” Ash membuka sejenak topi yang dipakainya agar bisa mengusap wajah dengan bebas.“Aku juga tidak memikirkannya. Jangan merasa bersalah sendiri.” Mae malah ingin tertawa melihat kegalauan Ash itu.“Tidak, ini salahku. Aku yang seharusnya lebih memikirkannya, kau sudah jelas mengatakan tidak ingin hamil, dan tubuhmu yang akan menanggung, Mary. Aku tidak akan merasakan apapun.” Ash tentu saja lebih peduli pengaruh kehamilan pada keadaan Mae.“Aku bersalah kalau kau hamil saat tidak menginginkannya,” lanjut Ash dengan wajah lebih cemas. Ia benar-benar melanggar permintaan Mae dengan tidak berhati-hati.“Aku mengatakan tidak mau? Kapan—Oh!” Mae tadinya mengernyit, tapi kemudian tertawa geli. “Kau masih mengingat itu rupanya.” Mae tidak mengira Ash akan membahas keinginannya yang dulu ikut menjadi syarat pernikahan mereka. Mae menyebut tidak menginginkan anak.“I
Read more

Apa Bisa Aku Bersamamu?

“Kau mengenalnya?”Pertanyaan identik dan terucap bersamaan, dari Dean dan Ash. Tentu sama-sama heran mendengar Rowena menyebut Mae.“Ya, kami pernah bertemu dalam situasi menarik.” Rowena menyeringai.“Maafkan, saya. Itu—Maaf sekali.” Mae semakin tergagap, karena paham betul maaf itu tidak akan berguna sekarang. Sudah sangat terlambat.“Situasi apa?” Ash mengernyit, tidak bisa membayangkan. Mae menggeleng. Tidak mungkin menceritakannya sekarang.“Ini wanita yang dekat denganmu?” Rowena bertanya dengan alis terangkat sambil melirik ke arah Dean yang mengangguk. Ia sudah menyampaikan itu pada Rowena.“Ya.” Ash menjawab sendiri juga.“Yang sampai tinggal bersama?” Rowena seolah memastikan kalau wanita yang dibicarakan Dean memang Mae, atau mungkin ia berharap ada wanita yang lain lagi. Mae ingin menangis rasanya.“Ya, apa ada masalah?” Ash sudah mengambil sikap defensif tentu saja.“Tidak—untuk saat ini.” Rowena menatap Mae lagi. Seperti kemarin saat di bazar, menilai dari ujung rambut s
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
44
DMCA.com Protection Status