Home / Rumah Tangga / Wedding Drama / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Wedding Drama : Chapter 51 - Chapter 60

101 Chapters

Bab 50

BAB 50Riuh tawa puas menggema di sebuah ruangan pribadi di kantor Firma hukum milik Alfred. Empat orang wanita berkumpul di sana dengan gelas-gelas kristal berisi wine memenuhi meja.“Kalian yakin semuanya aman dari pantauan Lidya?”“Tentu saja. Lagi pula kakakku pasti sedang sibuk-sibuknya mengurusi cabang butik baru di Lombok. Tak ada waktu santai mengingat launching akan diselenggarakan beberapa hari lagi,” sahut Kesuma yakin, menjawab pertanyaan si wanita bergaun krem di sebelahnya yang tak lain adalah Martha.“Rencanaku ini pasti berhasil tanpa terendus. Setelah ini kita hanya tinggal mengadu domba Zayn dengan ibunya menggunakan bukti salinan surat cerai yang sudah disiapkan Zayn jauh-jauh hari. Dengan begitu kita mudah membuktikan bahwa pernikahan Zayn dengan si bocah ingusan hanya settingan semata dan Lidya pasti akan kecewa berat,” sambung Kesuma jemawa di sela-sela meneguk isi gelasnya.“Lalu, setelahnya bagaimana?” Martha kembali bertanya.“Mmm, biar aku tebak. Saat ibu dan
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

Bab 51

BAB 51Matahari mulai tenggelam. Langit berangsur menggelap berbingkai jingga di ufuk Barat. Mengundang bintang gemintang menampakkan kelip indahnya. Suara bel yang berbunyi berulang-ulang membuat Ajeng terpaksa menghentikan kegiatannya yang sedang mencuci piring bekas makan malam. Menaruh spons sabun juga piring kotor yang dipegangnya. Meloloskan celemek melewati kepala, Ajeng mengeringkan tangan sebelum beranjak ke depan. Ajeng terpaku penuh tanya saat membuka pintu depan. Di luar pagar, duduk sesosok gadis membelakangi. Memeluk lutut berdampingan dengan sebuah koper warna pink. Meneruskan langkah, Ajeng bertanya sebelum membuka kunci pagar. Tetap waspada mengingat modus kejahatan di ibukota tengah marak. “Maaf. Apa Adek ini yang tadi memencet bel?” tanyanya pada sosok yang bergeming itu. Yang ditanya tidak menjawab. Tetap terdiam menunduk menenggelamkan wajah di antara kedua lutut yang ditekuk. Semenit dua menit ditunggu, masih juga tak membuka suara. Fokus Ajeng teralih pada k
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

Bab 52

BAB 52“Al, Althea. Sarapan dulu, Nak.” Ajeng masuk ke kamar Althea dan mengedarkan pandangan. Di atas ranjang hanya ada selimut yang tergulung kusut.Samar-samar dari arah kamar mandi terdengar suara lain. Suara orang yang sedang muntah-muntah. Ajeng mengetuk dan mendorong pintu perlahan, tampaklah Althea membungkuk di sisi kloset. Obat pereda mual beserta setumpuk vitamin milik Althea semuanya tertinggal di kediaman Zayn. Althea hanya bisa pasrah saja saat harus merasakan kembali serangan menyiksa di pagi hari yang kemarin sempat mereda. “Lho, kamu sakit, Al?” Ajeng dibuat panik. Ikut masuk ke kamar mandi. Membantu mengambilkan handuk untuk Althea yang baru selesai membasuh mulut. Mual yang mendera Althea menyiksa luar biasa. Bukan hanya akibat morning sickness, tetapi juga karena hari kemarin perutnya baru terisi di waktu yang amat terlambat. Melewatkan waktu makan siang sedangkan ketika sarapan Althea tak berselera. Hanya segelas air hangat dicampur madu murni yang menjadi sara
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

Bab 53

BAB 53Satu jam berlalu dari waktu Falisha berpamitan, Zayn masih setia membeku di ruang tamu dan belum beranjak seinci pun dari sana.Mbok Sari dan Pak Tarno saling berbisik mengintip dari balik tembok ruang tengah. Memerhatikan Zayn yang terdiam sembari memaku pandangan ke atas meja. Mereka takut jika tiba-tiba majikanya yang melamun mendalam itu kesambet dedemit lewat.Sultan tiba-tiba saja berlari melintasi Mbok Sari juga Pak Tarno. Menerobos ke ruang tamu dan melompat naik ke pangkuan Zayn membuat lamunan Zayn buyar. Sultan mengeong rendah dan menatap si pria tampan yang kini acak-acakan dengan jambang yang mulai tumbuh panjang di sepanjang rahang. Biasanya Zayn bercukur dua hari sekali, tetapi beberapa hari ini dia melewatkan itu. Sultan merebahkan diri bersandar pada Zayn. Raut si kucing gendut tampak sedih tak bergairah. Mbok Sari bermaksud masuk ke ruang tamu untuk mengambil Sultan, takut Zayn berteriak marah lantaran phobianya terhadap kucing, tetapi Pak Tarno menahan leng
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

Bab 54

BAB 54Malam ini, di ruang keluarga kediaman orang tua Althea tampak tiga orang sedang berkumpul. Ajeng duduk di sofa bersama Mahendra, sedangkan Lingga bersila di karpet dengan remot televisi di tangan. Suara ribut bel rumah terus berulang memecah ketenangan. Ajeng yang sedang memijat kaki Mahendra sambil mengoleskan minyak urut meminta si bungsu untuk melihat ke depan. “Lingga, coba lihat siapa yang datang,” pinta Ajeng pada si bungsu yang tengah menonton siaran pertandingan sepak bola.“Duh, tanggung, Ma. Gimana kalau pas aku ke depan, bolanya malah gol? Kan gak asik, kehilangan momen paling seru,” sahut Lingga malas, tidak mau menuruti perintah sang Mama. Matanya tak beralih dari benda kotak yang menyajikan acara favoritnya. “Kan bisa nonton siaran ulang! Sekarang cepat lihat dulu ke depan, Atau uang jajanmu Mama potong!” cerocos Ajeng, nada suaranya mulai naik, terbungkus ancaman omelan khas ibu-ibu. “Ih, Mama," protes Lingga. "Lagian siapa sih yang bertamu malam-malam!” ket
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Bab 55

BAB 55Fajar belum menyingsing. Hawa dingin berpadu langit gelap masih melingkupi angkasa di pagi buta. Zayn sudah datang kembali ke kediaman orang tua Althea. Memarkirkan mobilnya di halaman dan memaku pandangan ke arah jendela bergorden warna toska favorit si imut pemilik bibir merah delima yang amat dirindukannya.“Aku datang, Al. Aku rindu,” gumamnya pilu.Zayn kembali datang, berharap Ajeng juga Mahendra memberi kesempatan padanya untuk meminta maaf penuh sesal yang memang tulus ingin diungkap dari dalam lubuk hati. Telah lalai dalam perannya sebagai suami, terlalu menghamba pada kenangan kelam yang meruncing menyerupai pisau tajam dan pada akhirnya malah melukai wanita yang begitu berarti baginya. Selain itu, Zayn juga ingin segera memohon ampunan sedalam-dalamnya pada Althea. Ingin lekas berjumpa. Dia sudah rindu sekali, bahkan semalam baru bisa memejam setelah menghirup dan memeluk aroma Althea yang tertinggal di jubah mandi. Di jok penumpang terdapat bungkusan. Kantung beri
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Bab 56

BAB 56Di ruangan sekretariat gedung tua, Zayn terlibat adu mulut dengan salah satu staf. Zayn ingin berbicara langsung dengan kepala pengurus, berupaya menggali informasi sebanyak dan sedetail mungkin bersama seorang intel yang memang tidak berpakaian dinas. “Kepala staf tidak ada di tempat karena sakit. Sudah beberapa hari ini tidak masuk.” Sudah yang ketiga kalinya si pria kurus berkulit sawo matang yang merupakan wakil kepala mengucap kalimat serupa. Didesak sedemikain rupa pun jawabannya tetap sama. “Kalau begitu, kami meminta izin untuk memeriksa CCTV sekarang juga. Dengan atau tanpa persetujuan kepala staff.” Si intel mengeluarkan lencana polisi dari jaketnya membuat si pria kurus gemetaran sekarang. Zayn ikut masuk ke ruang kontrol. Setelah diperiksa, hasilnya membuat geram. Di hari itu, kamera pengawas di beberapa titik termasuk di lorong menuju toilet mati total. Rusak dengan alasan sudah usang. Zayn menelusupkan jemari menjambak rambut tebalnya frustrasi, nyaris menggebr
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 57

BAB 57“Ja-jadi, saya boleh langsung bertemu Althea, Mbah?” Zayn bertanya tergagap untuk memastikan. Takut telinganya salah mendengar. Jantungnya berloncatan liar menunggu mulut Mbah Retno menyahuti.“Betul boleh, Nak ganteng. Lagi pula tidak elok membiarkan masalah berlarut. Bersegera itu lebih baik. Jadi masuk saja dan temui Althea, jangan sungkan.” Pintu jati berwarna alami dengan pelitur mengkilap itu didorong perlahan agar deritnya tidak mengganggu. Mbah Retno menyerahkan handuk bersih serta sikat gigi baru sebelum Zayn melangkah masuk, juga secangkir penuh teh panas diberikan padanya.“Kamu pasti butuh ini buat bersih-bersih setelah perjalanan jauh. Minum juga tehnya untuk menghangatkan badan. Kalau ada perlu, ketuk saja kamar Mbah. Yang paling ujung.” Zayn mengangguk. Sorot matanya memancarkan rasa terima kasih, telah diberi kesempatan untuk menemui yang dirindu sanubari. Zayn masuk dengan langkah pelan diiringi jantung bertalu kencang. Menghirup udara dalam-dalam dan mengemb
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 58

BAB 58Kicau burung milik tetangga Mbah Retno yang setiap pagi bernyanyi merdu mulai bersahutan. Althea terusik dari tidurnya. Masih terbungkus kantuk, ia tersenyum lebar ketika mengingat kembali mimpinya semalam. Lebih indah dari mimpinya akhir-akhir ini, bahkan kedutan nikmat saat surga dunia membanjiri terasa begitu nyata menjalari seluruh nadi. Matanya enggan membuka. Masih betah berpesta pora meresapi sisa-sisa mimpi semalam. Ajaib, mual di setiap bangun tidur pun tak terasa. Lambungnya kali ini tenang tanpa badai. Adem ayem jauh dari demonstrasi mual muntah, efek dari aroma menenangkan yang memenuhi indra penciumannya yakni aroma maskulin yang biasa menguar dari raga Zayn. Hanya wangi itulah yang mampu mengurangi dan meredakan morning sicnknessnya. Althea berdecak dalam hati. Sebegitu rindukah dirinya pada pria yang dicinta sekaligus dibencinya itu? Bahkan kini wangi tubuhnya pun menghantui udara yang dihelanya. Namun, entah kenapa terasa ada kehangatan yang menggesek sebelah
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Bab 59

BAB 59Gulungan seprai bernoda jejak pergulatan semalam digulung Althea dan dipeluknya erat. Dibawanya keluar menuju kamar mandi lain yang terletak di dekat dapur. Merasa jengah berlama-lama di ruang tidur disebabkan kemunculan mendadak Zayn yang kini tengah membasuh diri di dalam kamar mandi pribadinya. Muncul begitu saja tanpa diundang bak hantu jelangkung. “Nduk. Suamimu mau makan apa katanya?” Mbah Retno yang sedang menata beberapa hidangan baru matang di meja ruang makan, langsung bertanya ketika melihat kemunculan cucunya.“I-itu. Apa saja katanya, Mbah. Dia makan semua, kok,” jawabnya malas. Cih, Althea tak peduli Zyan mau sarapan apa, kelaparan lebih bagus. Kekesalannya belum mereda terhadap si pria yang semalam telah seenaknya saja memasuki dirinya tanpa izin yang sialnya ia pun menikmatinya.“Baguslah. Mbah sudah buatkan nasi pindang khas Semarang. Spesial buat cucu mantu yang lagi berkunjung ke sini. Semoga cocok sama lidah orang bule.” Mbah Retno terlihat begitu senang.
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status