BAB 57“Ja-jadi, saya boleh langsung bertemu Althea, Mbah?” Zayn bertanya tergagap untuk memastikan. Takut telinganya salah mendengar. Jantungnya berloncatan liar menunggu mulut Mbah Retno menyahuti.“Betul boleh, Nak ganteng. Lagi pula tidak elok membiarkan masalah berlarut. Bersegera itu lebih baik. Jadi masuk saja dan temui Althea, jangan sungkan.” Pintu jati berwarna alami dengan pelitur mengkilap itu didorong perlahan agar deritnya tidak mengganggu. Mbah Retno menyerahkan handuk bersih serta sikat gigi baru sebelum Zayn melangkah masuk, juga secangkir penuh teh panas diberikan padanya.“Kamu pasti butuh ini buat bersih-bersih setelah perjalanan jauh. Minum juga tehnya untuk menghangatkan badan. Kalau ada perlu, ketuk saja kamar Mbah. Yang paling ujung.” Zayn mengangguk. Sorot matanya memancarkan rasa terima kasih, telah diberi kesempatan untuk menemui yang dirindu sanubari. Zayn masuk dengan langkah pelan diiringi jantung bertalu kencang. Menghirup udara dalam-dalam dan mengemb
BAB 58Kicau burung milik tetangga Mbah Retno yang setiap pagi bernyanyi merdu mulai bersahutan. Althea terusik dari tidurnya. Masih terbungkus kantuk, ia tersenyum lebar ketika mengingat kembali mimpinya semalam. Lebih indah dari mimpinya akhir-akhir ini, bahkan kedutan nikmat saat surga dunia membanjiri terasa begitu nyata menjalari seluruh nadi. Matanya enggan membuka. Masih betah berpesta pora meresapi sisa-sisa mimpi semalam. Ajaib, mual di setiap bangun tidur pun tak terasa. Lambungnya kali ini tenang tanpa badai. Adem ayem jauh dari demonstrasi mual muntah, efek dari aroma menenangkan yang memenuhi indra penciumannya yakni aroma maskulin yang biasa menguar dari raga Zayn. Hanya wangi itulah yang mampu mengurangi dan meredakan morning sicnknessnya. Althea berdecak dalam hati. Sebegitu rindukah dirinya pada pria yang dicinta sekaligus dibencinya itu? Bahkan kini wangi tubuhnya pun menghantui udara yang dihelanya. Namun, entah kenapa terasa ada kehangatan yang menggesek sebelah
BAB 59Gulungan seprai bernoda jejak pergulatan semalam digulung Althea dan dipeluknya erat. Dibawanya keluar menuju kamar mandi lain yang terletak di dekat dapur. Merasa jengah berlama-lama di ruang tidur disebabkan kemunculan mendadak Zayn yang kini tengah membasuh diri di dalam kamar mandi pribadinya. Muncul begitu saja tanpa diundang bak hantu jelangkung. “Nduk. Suamimu mau makan apa katanya?” Mbah Retno yang sedang menata beberapa hidangan baru matang di meja ruang makan, langsung bertanya ketika melihat kemunculan cucunya.“I-itu. Apa saja katanya, Mbah. Dia makan semua, kok,” jawabnya malas. Cih, Althea tak peduli Zyan mau sarapan apa, kelaparan lebih bagus. Kekesalannya belum mereda terhadap si pria yang semalam telah seenaknya saja memasuki dirinya tanpa izin yang sialnya ia pun menikmatinya.“Baguslah. Mbah sudah buatkan nasi pindang khas Semarang. Spesial buat cucu mantu yang lagi berkunjung ke sini. Semoga cocok sama lidah orang bule.” Mbah Retno terlihat begitu senang.
BAB 60“Kara?” Zayn mengurai pelukan. Membalik tubuh Althea perlahan. “Apa maksudmu dengan aku kembali bersamanya? Itu sungguh tidak mungkin!”Althea yang menunduk mengangkat wajah, mempertemukan manik mereka dalam satu garis lurus. Tatapannya sangsi, kecurigaan melingkupinya erat. Foto-foto Zayn bersama seorang wanita di depan pintu kamar hotel terus mengganggu, merenggut ketenangan hidup.“Benarkah? Kamu yakin dengan kata-katamu?” Althea mendelik tak percaya. “Kara adalah mantan tunanganmu, iya ‘kan?” desisnya dingin terbalut marah disertai cemburu. “Tentu saja aku yakin. Memang benar dia adalah mantan tunanganku dan hubungan kami sudah usai bertahun-tahun silam. Tapi, dari mana kamu tahu tentang dia dan untuk apa tiba-tiba membahas topik masa laluku?” Zayn menjawab setenang mungkin. Dia dibuat penasaran sekarang, mengapa Althea tiba-tiba menyebut nama si pengkhianat. “Aku tahu dari Alvin. Aku bertanya pada Alvin setelah Tante Martha menyinggung nama Kara sewaktu menyapa di pesta
BAB 61“Pulanglah bersamaku,” pinta Zayn. Dia baru saja selesai dengan urusannya, sementara Althea sedang menata bantal juga guling di peraduan. “Pulang saja sendiri, aku masih ingin di sini!” sahut Althea ketus. “Sayang, suamimu ini datang ke sini untuk menjemput istrinya pulang.” “Aku sudah tidak merasa menjadi istrimu lagi setelah menandatangani surat cerai yang kamu sodorkan paksa!” sergah Althea tanpa menoleh. Naik ke atas ranjang, berbaring membelakangi sambil menyelimuti diri.Zayn mengembuskan napas berat. Mengambil amplop coklat yang tadi siang diletakkannya di meja. Belum tersentuh lagi lantaran sibuk mengurusi masalah foto. Dia ikut naik dan mengeluarkan isinya, selembar surat cerai yang beberapa detik lalu disinggung Althea. “Al, mungkin kamu enggak menyimak dengan baik saat tadi pagi aku mengatakan tidak pernah menandatangani surat cerai kita. Coba lihat, kolom bagian tanda tanganku masih kosong, itu artinya kamu masih lah istriku.” Zayn menggulingkan tubuh Althea lem
BAB 62“Jadi, kalian akan pulang hari ini?” Mbah Retno bertanya pada dua sejoli yang duduk berhadapan dengannya di meja makan. Mereka sedang sarapan bertiga. “Iya, Mbah. Jujur saja, saya masih betah di sini. Tapi ada beberapa hal yang harus segera saya selesaikan,” jawab Zayn sembari menyesap teh tubruknya. “Sebetulnya aku masih ingin di sini, Mbah. Tapi dia memaksaku pulang!” Althea mengarahkan dagu ke arah Zayn yang duduk di sebelahnya sembari menahan tawa, ingin menjahili Zayn sepuas-puasnya. “Sayang, please. Semalam kita sudah sepakat untuk kembali hari ini bukan? Jangan membuatku terkesan seperti penculik,” gerutu Zayn dengan suara rendah. Meskipun protes, dia menyampaikannya melalui cara lemah lembut. “Iyakah? Tapi kok aku lupa? Kayaknya kamu salah dengar deh,” balas Althea beralasan. Berpura-pura berpikir hanya untuk membuat Zayn jengkel. Biar tahu rasa si Daddy bule. Kudu dilatih emosinya, biar enggak gampang darting. Gumam Althea dalam hati sembari mengusap-usap perutny
BAB 63“Kak,” panggil Althea dari ambang pintu.Althea menyusul ke ruang baca di mana Zayn dan Lidya sedang berbincang serius. Satu jam lalu ia sudah tertidur. Hanya saja terbangun lantaran bermimpi buruk. Kejadian di trotoar masih berlalu lalang berkelebatan, menciptakan rasa takut membelenggu. Saat meraba tempat tidur di sampingnya, Althea tidak mendapati Zayn. Membuatnya terkesiap makin diserbu ketakutan, terlebih lagi lampu utama kamar dimatikan. Hanya mengandalkan pencahayaan dari lampu tidur yang berpendar remang-remang.Zayn menoleh kala mendengar namanya dipanggil dan segera menghampiri. “Kenapa bangun? Sebaiknya kamu tidur dan istirahat. Perjalanan pulang tadi cukup panjang. Ini sudah hampir tengah malam.” Zayn mengelus sayang kepala Althea.Lidya ikut bangun dari kursi dan menghampiri. “Apakah Ibu hamil cantik ini lapar? Ibu buatkan makanan mau?” tawar Lidya penuh perhatian. “Tidak usah, Bu. Makasih banyak. Aku… aku cuma takut tidur sendiri. Entah kenapa,” jawab Althea se
BAB 64Di ruang makan kediaman Lidya, para ART juga sang nyonya tengah sibuk menata kudapan. Lidya bahkan menyempatkan diri membuat pie buah andalannya untuk melengkapi makanan supaya lebih meriah.Hari ini, Lidya memiliki janji bertemu dengan Kesuma. Beberapa hari lalu adiknya itu meminta bertemu, mengatakan ada hal penting yang hendak disampaikan. Lidya menyetujui bertemu dengan Kesuma setelah semua bukti kejahatan sang adik dikantongi. Diserahkan kepada pihak berwajib beserta data para kaki tangannya yang juga sudah ikut dilaporkan. Semula mereka janji bertemu di sebuah kafe dekat kantor Rayan Enterprise. Akan tetapi, tadi pagi Zayn menyarankan mengubah rencana sebelum mengantar Althea ke tempat tinggal orang tuanya. Memprediksi jika bertemu di rumah, pihak berwajib lebih mudah menyergap tanpa gangguan juga meminimalisir celah melarikan diri. Mengabaikan dilema yang melukai dada, Lidya terpaksa melaporkan kelakuan Kesuma kali ini. Sejak dulu adiknya itu memang sering berulah mere
Wedding Drama Season 2EndingSemilirnya udara segar Puncak menguarkan relaksasi alami. Jakarta dengan kadar tinggi polutannya, memang paling ideal dinetralisir di sini. Tempat favorit para penduduk ibukota mencharge ulang energi termasuk Zayn. Desain interior kamar villa didominasi warna monokrom juga material kayu-kayuan. Ranjang dan furniturnya pun terbuat dari kayu jati berukir khas Jepara. Kelambu putih yang menaungi tempat tidur menguarkan aura nyaman untuk merebahkan diri. Berpadu hawa sejuk pegunungan menambah syahdu tempat yang dibuat khusus untuk berlibur dari kesibukan mengais pundi-pundi. Berdandan cantik, mengenakan pakaian terbaik, sekali lagi Althea mengecek penampilannya di depan cermin. Dalam rangka menyambut sang suami yang beberapa saat lalu mengabarkan sudah sampai di daerah Ciawi, Althea ingin terlihat berbeda malam ini. Althea mulai berpikir untuk perlahan menata diri sebagai ibu juga istri, termasuk mengubah penampilan menjadi lebih anggun demi keutuhan rumah
Wedding Drama season 2 Bab 29Prang!!!“Awhhh!”Bunyi gaduh perabotan jatuh berpadu pekikan, mengejutkan Tante Esme yang sedang khidmat membaca Alkitab. Baru sepuluh menit dibuka, Alkitab ditutup dan kembali disimpan ke meja bertaplak rajutan tangan. Kacamata baca turut ditanggalkan, ditaruh berdampingan. Meninggalkan ruang baca, Tante Esme bergegas ingin memeriksa apa gerangan yang sedang terjadi di dapur pada pukul enam pagi ini. Tante Esme mendapati Chelsea sedang meringis-ringis di depan wastafel. Keran air mengalir deras menyiram punggung tangan kiri yang dari jauh pun tampak kemerahan, kontras terpantul di permukaan kulit Chelsea yang putih pucat. “Chel, tangan kamu kenapa?“Oh… i-ini barusan sauce pannya nggak sengaja kesenggol.” Tante Esme hendak memangkas jarak, tetapi terhenti saat slipper sandal rumahan yang mengalasi telapak kaki menemukan sensasi basah. “Hati-hati, Tan!” Chelsea berseru khawatir. Marmer dapur dipenuhi ceceran makanan begitu pula di atas kompor. Sauce
Wedding Drama Season 2 Bab 28“Mas, apa suaraku kekencengan ya?” cicit Althea yang masih terengah. “Tapi aku suka,” bisik Zayn, mengerling nakal. “Desahanmu lebih merdu irama dari piano dan biola.”Pipi Althea bersemu. Zayn beringsut mengecup mesra bibir Althea yang setengah terbuka. Melirik ke tengah ranjang, keduanya tertawa kecil.Si bayi cantik berpipi chubby itu merengek manja didera haus dan lapar lumrahnya para bayi. Tak mungkin egois karena memang beginilah dinamika menjadi orang tua, Zayn memberi ruang agar Althea bisa leluasa memberikan hak putri mereka. Zayn melebarkan selimut guna menutupi tubuh Althea yang nyaris polos kemudian ikut bergabung naik ke atas kasur. “Maaf ya, Mas. Karena Iza keburu bangun,” cicit Althea terdengar tak enak hati. Zayn paham maksud kalimat Althea. “It’s okay, sebagai orang tua, Iza tetap menjadi prioritasku. Dan aku senang karena sekarang Iza juga jadi prioritasmu. Thank you, Mommy.” Althea mengangguk malu. Apresiasi Zayn selalu sehebat in
Wedding Drama Season 2 Bab 27. Gempa Bumi “Nah, aku udah geser dikit. Mas tinggal terlentang aja, biar aku bisa naik.” Althea berkata dengan nada tanpa dosa sembari menyentuh dada bidang Zayn, sorot manis netra imutnya menyihir.Jantung bertabuh riuh menggemparkan raga juga jiwa yang sedang bertarung. Tetap mematuhi titah ego yang mengungkung atau menyerah pada gejolak purba yang meraung. Disuguhi percikan-percikan kerling nakal namun lugu, elusan merayu. Sungguh, benteng beku yang dibangun Zayn mulai retak tanpa disuruh. “Kenapa mukanya merah? Mas demam ya?” cicit Althea panik seraya menyentuh kening sang suami. Buru-buru Zayn menepis telapak tangan halus Althea. Bukan apa-apa, efeknya menyaingi daya kejut listrik. Menyengat dahsyat sekujur pori, meremangkan bulu roma, mendidihkan gelora kelelakiannya yang terlanjur memanas. Gaun minim tipis yang dikenakan Althea tersingkap hingga mencapai pinggul. Ditambah keharuman favoritnya yang menguar dari tubuh Althea merasuki celah hidun
Wedding Drama Season 2 Bab 26Sejak pulang dari gereja, gangguan overthinking menjangkiti Althea. Ketika mengikuti misa, perasaan Althea berkecamuk terganggu. Niatan untuk fokus berdo’a terbelah-belah dikarenakan kehadiran Chelsea yang seakrab itu dengan Zayn. Interaksi mereka ternyata sedekat yang digosipkan teman-teman sekampusnya. Sikap Zayn terhadap Chelsea juga ramah dan ceria. Berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dengan respons Zayn ketika bertukar kata dengannya. Parahnya, kebanyakan hadirin misa mengira Chelsea adalah istri Zayn membuat pikiran Althea bertambah keruh, berbeda dengan para suster dan pendeta yang sudah mengetahui fakta bahwa Zayn hanyalah bosnya Chelsea. Cepat-cepat Chelsea bertindak meralat. Menjelaskan bahwa dirinya hanya sekretaris Zayn dan sebatas teman saja saat sedang tidak bekerja. Chelsea juga tak lupa memperkenalkan Althea sebagai istri Zayn, sedangkan si empunya lebih banyak diam. Hati Althea mencelos kecewa karena untuk pertama kalinya
Wedding Drama Season 2 Bab 25Menggeliat, Althea terjaga dari tidurnya. Selain cahaya matahari pagi yang menginterupsi menerobos ventilasi, ia juga dibangunkan oleh si kecil yang mirip dengan Zayn versi perempuan, sudah tengkurap di dekatnya.“Sayang,” sapa Althea sengau, lantas menilik kasur juga mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Hanya ada dirinya dan Aliza tanpa Zayn di dalam kamar. “Daddy ke mana ya? Apa sudah bangun duluan?” tanya Althea pada si kecil yang menyentuh-nyentuh pipinya, menarik perhatiannya. “Anaknya Mommy ini juga rajin kayak Daddy nih, pagi-pagi banget udah bangun aja.” Althea bercicit memuji. Menjawil gemas dagu Aliza yang dibalas senyuman lebar oleh putrinya itu, memamerkan gusi merah yang belum ditumbuhi gigi. Menyaksikan betapa pintarnya Aliza merespons interaksi yang Althea bangun setelah berbulan-bulan tak ingin peduli, serbuan rindu menyerang. Seolah sudah sekian lama tak berjumpa, Althea meraih Aliza dan membawanya ke atas tubuh, memeluknya denga
Wedding Drama Season 2 BAB 24Mengiringi gulita yang kian larut, hujan kembali turun seperti kemarin. Kali ini menyapa lebih ramah, tak mengajak petir beserta angin ribut bermain bersama.Rintik gerimisnya menguntai simfoni merdu melahirkan lagu pengantar tidur yang sempurna. Meninabobokan Althea setelah puas terisak hingga membasahi bagian belakang kemeja suaminya.Hampir satu jam lamanya, Zayn membiarkan embusan hangat teratur menyapu tengkuk. Kedua mata yang mengatup dibukanya sedikit demi sedikit hingga melebar sempurna. Langit-langit kamar bernuansa pink bertabur stiker khusus berbentuk bulan dan bintang menjadi hal pertama yang tertangkap ruang pandang. Berkelap kelip menghiasi suasana remang ruang tidur Aliza.Ketika mendengar langkah kaki tergesa mendekat ke kamar Aliza, Zayn sebenarnya belum tertidur. Dia hanya sedang merebahkan diri meluruskan punggung yang pegal setelah seharian beraktivitas sambil membawa-bawa Aliza. Selain itu, Zayn juga sedang memastikan Aliza sudah be
Wedding Drama Season 2 Bab 23Gelombang-gelombang tak nyaman berdebur kencang menyentak debaran jantung memompa lebih cepat. Spekulasi ketidakharmonisan rumah tangganya dengan Zayn tak henti menjadi topik bisik-bisik rekan-rekan studinya. Telinga Althea mendidih, tetapi ia tak bernyali untuk mendebat sebab belum begitu akrab dengan lingkungan studinya yang masih baru. Terlebih lagi mahasiswa kelas akhir pekan kebanyakan usianya lebih dewasa. Ada yang single, ada juga yang sudah punya anak remaja. “Pasti cewek yang mereka lihat di parkiran itu sekretaris Mas Zayn. Cuma dia yang punya ciri-ciri kayak yang tadi disebutin. Tapi hari ini kan bukan hari kerja, ngapain sih Mas Zayn bepergian sama Mbak Chelsea sambil bawa-bawa Iza? Dilihat orang-orang malah jadi bahan gosip!” kesal Althea menggerutu pelan. “Tapi Mas Zayn bareng Mbak Chelsea pasti cuma bareng-bareng buat ngurusin pekerjaan. Mungkin di weekend kali ini kebetulan memang ada kerjaan. Nggak mungkin kan Mas Zayn sama Mbak Chels
Wedding Drama Season 2 Bab 22Perkuliahan kelas akhir pekan jelas berbeda sistemnya dengan kelas reguler. Hampir 95 persen orangnya tidak bersinggungan langsung dengan mahasiswa yang berkuliah di hari kerja. Gosip-gosip panas yang berembus di lingkungan kampus pun sangat jarang sampai di telinga para pengikut kelas akhir pekan dan mereka memang tidak memiliki waktu untuk mengurusi tektek bengek semacam itu, fokus pada studi yang menyita waktu libur mereka. Mengingat Althea kembali melanjutkan studi dengan mengulang semester yang sempat tertunda yakni dua semester, maka dari itu kawan-kawan barunya belum mengenal Althea secara detail. Realisasi perkuliahan pun berjalan masih dini, mereka belum banyak berinteraksi bertukar informasi pribadi. Yang mereka tahu status Althea sudah menikah, hanya sebatas itu. Keriuhan seisi kelas senyap dalam hitungan detik laksana serangga malam yang terinjak. Semua mata menoleh pada Althea yang masih mematung setelah direspons tegas menusuk oleh dosen p