BAB 51Matahari mulai tenggelam. Langit berangsur menggelap berbingkai jingga di ufuk Barat. Mengundang bintang gemintang menampakkan kelip indahnya. Suara bel yang berbunyi berulang-ulang membuat Ajeng terpaksa menghentikan kegiatannya yang sedang mencuci piring bekas makan malam. Menaruh spons sabun juga piring kotor yang dipegangnya. Meloloskan celemek melewati kepala, Ajeng mengeringkan tangan sebelum beranjak ke depan. Ajeng terpaku penuh tanya saat membuka pintu depan. Di luar pagar, duduk sesosok gadis membelakangi. Memeluk lutut berdampingan dengan sebuah koper warna pink. Meneruskan langkah, Ajeng bertanya sebelum membuka kunci pagar. Tetap waspada mengingat modus kejahatan di ibukota tengah marak. “Maaf. Apa Adek ini yang tadi memencet bel?” tanyanya pada sosok yang bergeming itu. Yang ditanya tidak menjawab. Tetap terdiam menunduk menenggelamkan wajah di antara kedua lutut yang ditekuk. Semenit dua menit ditunggu, masih juga tak membuka suara. Fokus Ajeng teralih pada k
BAB 52“Al, Althea. Sarapan dulu, Nak.” Ajeng masuk ke kamar Althea dan mengedarkan pandangan. Di atas ranjang hanya ada selimut yang tergulung kusut.Samar-samar dari arah kamar mandi terdengar suara lain. Suara orang yang sedang muntah-muntah. Ajeng mengetuk dan mendorong pintu perlahan, tampaklah Althea membungkuk di sisi kloset. Obat pereda mual beserta setumpuk vitamin milik Althea semuanya tertinggal di kediaman Zayn. Althea hanya bisa pasrah saja saat harus merasakan kembali serangan menyiksa di pagi hari yang kemarin sempat mereda. “Lho, kamu sakit, Al?” Ajeng dibuat panik. Ikut masuk ke kamar mandi. Membantu mengambilkan handuk untuk Althea yang baru selesai membasuh mulut. Mual yang mendera Althea menyiksa luar biasa. Bukan hanya akibat morning sickness, tetapi juga karena hari kemarin perutnya baru terisi di waktu yang amat terlambat. Melewatkan waktu makan siang sedangkan ketika sarapan Althea tak berselera. Hanya segelas air hangat dicampur madu murni yang menjadi sara
BAB 53Satu jam berlalu dari waktu Falisha berpamitan, Zayn masih setia membeku di ruang tamu dan belum beranjak seinci pun dari sana.Mbok Sari dan Pak Tarno saling berbisik mengintip dari balik tembok ruang tengah. Memerhatikan Zayn yang terdiam sembari memaku pandangan ke atas meja. Mereka takut jika tiba-tiba majikanya yang melamun mendalam itu kesambet dedemit lewat.Sultan tiba-tiba saja berlari melintasi Mbok Sari juga Pak Tarno. Menerobos ke ruang tamu dan melompat naik ke pangkuan Zayn membuat lamunan Zayn buyar. Sultan mengeong rendah dan menatap si pria tampan yang kini acak-acakan dengan jambang yang mulai tumbuh panjang di sepanjang rahang. Biasanya Zayn bercukur dua hari sekali, tetapi beberapa hari ini dia melewatkan itu. Sultan merebahkan diri bersandar pada Zayn. Raut si kucing gendut tampak sedih tak bergairah. Mbok Sari bermaksud masuk ke ruang tamu untuk mengambil Sultan, takut Zayn berteriak marah lantaran phobianya terhadap kucing, tetapi Pak Tarno menahan leng
BAB 54Malam ini, di ruang keluarga kediaman orang tua Althea tampak tiga orang sedang berkumpul. Ajeng duduk di sofa bersama Mahendra, sedangkan Lingga bersila di karpet dengan remot televisi di tangan. Suara ribut bel rumah terus berulang memecah ketenangan. Ajeng yang sedang memijat kaki Mahendra sambil mengoleskan minyak urut meminta si bungsu untuk melihat ke depan. “Lingga, coba lihat siapa yang datang,” pinta Ajeng pada si bungsu yang tengah menonton siaran pertandingan sepak bola.“Duh, tanggung, Ma. Gimana kalau pas aku ke depan, bolanya malah gol? Kan gak asik, kehilangan momen paling seru,” sahut Lingga malas, tidak mau menuruti perintah sang Mama. Matanya tak beralih dari benda kotak yang menyajikan acara favoritnya. “Kan bisa nonton siaran ulang! Sekarang cepat lihat dulu ke depan, Atau uang jajanmu Mama potong!” cerocos Ajeng, nada suaranya mulai naik, terbungkus ancaman omelan khas ibu-ibu. “Ih, Mama," protes Lingga. "Lagian siapa sih yang bertamu malam-malam!” ket
BAB 55Fajar belum menyingsing. Hawa dingin berpadu langit gelap masih melingkupi angkasa di pagi buta. Zayn sudah datang kembali ke kediaman orang tua Althea. Memarkirkan mobilnya di halaman dan memaku pandangan ke arah jendela bergorden warna toska favorit si imut pemilik bibir merah delima yang amat dirindukannya.“Aku datang, Al. Aku rindu,” gumamnya pilu.Zayn kembali datang, berharap Ajeng juga Mahendra memberi kesempatan padanya untuk meminta maaf penuh sesal yang memang tulus ingin diungkap dari dalam lubuk hati. Telah lalai dalam perannya sebagai suami, terlalu menghamba pada kenangan kelam yang meruncing menyerupai pisau tajam dan pada akhirnya malah melukai wanita yang begitu berarti baginya. Selain itu, Zayn juga ingin segera memohon ampunan sedalam-dalamnya pada Althea. Ingin lekas berjumpa. Dia sudah rindu sekali, bahkan semalam baru bisa memejam setelah menghirup dan memeluk aroma Althea yang tertinggal di jubah mandi. Di jok penumpang terdapat bungkusan. Kantung beri
BAB 56Di ruangan sekretariat gedung tua, Zayn terlibat adu mulut dengan salah satu staf. Zayn ingin berbicara langsung dengan kepala pengurus, berupaya menggali informasi sebanyak dan sedetail mungkin bersama seorang intel yang memang tidak berpakaian dinas. “Kepala staf tidak ada di tempat karena sakit. Sudah beberapa hari ini tidak masuk.” Sudah yang ketiga kalinya si pria kurus berkulit sawo matang yang merupakan wakil kepala mengucap kalimat serupa. Didesak sedemikain rupa pun jawabannya tetap sama. “Kalau begitu, kami meminta izin untuk memeriksa CCTV sekarang juga. Dengan atau tanpa persetujuan kepala staff.” Si intel mengeluarkan lencana polisi dari jaketnya membuat si pria kurus gemetaran sekarang. Zayn ikut masuk ke ruang kontrol. Setelah diperiksa, hasilnya membuat geram. Di hari itu, kamera pengawas di beberapa titik termasuk di lorong menuju toilet mati total. Rusak dengan alasan sudah usang. Zayn menelusupkan jemari menjambak rambut tebalnya frustrasi, nyaris menggebr
BAB 57“Ja-jadi, saya boleh langsung bertemu Althea, Mbah?” Zayn bertanya tergagap untuk memastikan. Takut telinganya salah mendengar. Jantungnya berloncatan liar menunggu mulut Mbah Retno menyahuti.“Betul boleh, Nak ganteng. Lagi pula tidak elok membiarkan masalah berlarut. Bersegera itu lebih baik. Jadi masuk saja dan temui Althea, jangan sungkan.” Pintu jati berwarna alami dengan pelitur mengkilap itu didorong perlahan agar deritnya tidak mengganggu. Mbah Retno menyerahkan handuk bersih serta sikat gigi baru sebelum Zayn melangkah masuk, juga secangkir penuh teh panas diberikan padanya.“Kamu pasti butuh ini buat bersih-bersih setelah perjalanan jauh. Minum juga tehnya untuk menghangatkan badan. Kalau ada perlu, ketuk saja kamar Mbah. Yang paling ujung.” Zayn mengangguk. Sorot matanya memancarkan rasa terima kasih, telah diberi kesempatan untuk menemui yang dirindu sanubari. Zayn masuk dengan langkah pelan diiringi jantung bertalu kencang. Menghirup udara dalam-dalam dan mengemb
BAB 58Kicau burung milik tetangga Mbah Retno yang setiap pagi bernyanyi merdu mulai bersahutan. Althea terusik dari tidurnya. Masih terbungkus kantuk, ia tersenyum lebar ketika mengingat kembali mimpinya semalam. Lebih indah dari mimpinya akhir-akhir ini, bahkan kedutan nikmat saat surga dunia membanjiri terasa begitu nyata menjalari seluruh nadi. Matanya enggan membuka. Masih betah berpesta pora meresapi sisa-sisa mimpi semalam. Ajaib, mual di setiap bangun tidur pun tak terasa. Lambungnya kali ini tenang tanpa badai. Adem ayem jauh dari demonstrasi mual muntah, efek dari aroma menenangkan yang memenuhi indra penciumannya yakni aroma maskulin yang biasa menguar dari raga Zayn. Hanya wangi itulah yang mampu mengurangi dan meredakan morning sicnknessnya. Althea berdecak dalam hati. Sebegitu rindukah dirinya pada pria yang dicinta sekaligus dibencinya itu? Bahkan kini wangi tubuhnya pun menghantui udara yang dihelanya. Namun, entah kenapa terasa ada kehangatan yang menggesek sebelah
Wedding Drama Season 2EndingSemilirnya udara segar Puncak menguarkan relaksasi alami. Jakarta dengan kadar tinggi polutannya, memang paling ideal dinetralisir di sini. Tempat favorit para penduduk ibukota mencharge ulang energi termasuk Zayn. Desain interior kamar villa didominasi warna monokrom juga material kayu-kayuan. Ranjang dan furniturnya pun terbuat dari kayu jati berukir khas Jepara. Kelambu putih yang menaungi tempat tidur menguarkan aura nyaman untuk merebahkan diri. Berpadu hawa sejuk pegunungan menambah syahdu tempat yang dibuat khusus untuk berlibur dari kesibukan mengais pundi-pundi. Berdandan cantik, mengenakan pakaian terbaik, sekali lagi Althea mengecek penampilannya di depan cermin. Dalam rangka menyambut sang suami yang beberapa saat lalu mengabarkan sudah sampai di daerah Ciawi, Althea ingin terlihat berbeda malam ini. Althea mulai berpikir untuk perlahan menata diri sebagai ibu juga istri, termasuk mengubah penampilan menjadi lebih anggun demi keutuhan rumah
Wedding Drama season 2 Bab 29Prang!!!“Awhhh!”Bunyi gaduh perabotan jatuh berpadu pekikan, mengejutkan Tante Esme yang sedang khidmat membaca Alkitab. Baru sepuluh menit dibuka, Alkitab ditutup dan kembali disimpan ke meja bertaplak rajutan tangan. Kacamata baca turut ditanggalkan, ditaruh berdampingan. Meninggalkan ruang baca, Tante Esme bergegas ingin memeriksa apa gerangan yang sedang terjadi di dapur pada pukul enam pagi ini. Tante Esme mendapati Chelsea sedang meringis-ringis di depan wastafel. Keran air mengalir deras menyiram punggung tangan kiri yang dari jauh pun tampak kemerahan, kontras terpantul di permukaan kulit Chelsea yang putih pucat. “Chel, tangan kamu kenapa?“Oh… i-ini barusan sauce pannya nggak sengaja kesenggol.” Tante Esme hendak memangkas jarak, tetapi terhenti saat slipper sandal rumahan yang mengalasi telapak kaki menemukan sensasi basah. “Hati-hati, Tan!” Chelsea berseru khawatir. Marmer dapur dipenuhi ceceran makanan begitu pula di atas kompor. Sauce
Wedding Drama Season 2 Bab 28“Mas, apa suaraku kekencengan ya?” cicit Althea yang masih terengah. “Tapi aku suka,” bisik Zayn, mengerling nakal. “Desahanmu lebih merdu irama dari piano dan biola.”Pipi Althea bersemu. Zayn beringsut mengecup mesra bibir Althea yang setengah terbuka. Melirik ke tengah ranjang, keduanya tertawa kecil.Si bayi cantik berpipi chubby itu merengek manja didera haus dan lapar lumrahnya para bayi. Tak mungkin egois karena memang beginilah dinamika menjadi orang tua, Zayn memberi ruang agar Althea bisa leluasa memberikan hak putri mereka. Zayn melebarkan selimut guna menutupi tubuh Althea yang nyaris polos kemudian ikut bergabung naik ke atas kasur. “Maaf ya, Mas. Karena Iza keburu bangun,” cicit Althea terdengar tak enak hati. Zayn paham maksud kalimat Althea. “It’s okay, sebagai orang tua, Iza tetap menjadi prioritasku. Dan aku senang karena sekarang Iza juga jadi prioritasmu. Thank you, Mommy.” Althea mengangguk malu. Apresiasi Zayn selalu sehebat in
Wedding Drama Season 2 Bab 27. Gempa Bumi “Nah, aku udah geser dikit. Mas tinggal terlentang aja, biar aku bisa naik.” Althea berkata dengan nada tanpa dosa sembari menyentuh dada bidang Zayn, sorot manis netra imutnya menyihir.Jantung bertabuh riuh menggemparkan raga juga jiwa yang sedang bertarung. Tetap mematuhi titah ego yang mengungkung atau menyerah pada gejolak purba yang meraung. Disuguhi percikan-percikan kerling nakal namun lugu, elusan merayu. Sungguh, benteng beku yang dibangun Zayn mulai retak tanpa disuruh. “Kenapa mukanya merah? Mas demam ya?” cicit Althea panik seraya menyentuh kening sang suami. Buru-buru Zayn menepis telapak tangan halus Althea. Bukan apa-apa, efeknya menyaingi daya kejut listrik. Menyengat dahsyat sekujur pori, meremangkan bulu roma, mendidihkan gelora kelelakiannya yang terlanjur memanas. Gaun minim tipis yang dikenakan Althea tersingkap hingga mencapai pinggul. Ditambah keharuman favoritnya yang menguar dari tubuh Althea merasuki celah hidun
Wedding Drama Season 2 Bab 26Sejak pulang dari gereja, gangguan overthinking menjangkiti Althea. Ketika mengikuti misa, perasaan Althea berkecamuk terganggu. Niatan untuk fokus berdo’a terbelah-belah dikarenakan kehadiran Chelsea yang seakrab itu dengan Zayn. Interaksi mereka ternyata sedekat yang digosipkan teman-teman sekampusnya. Sikap Zayn terhadap Chelsea juga ramah dan ceria. Berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dengan respons Zayn ketika bertukar kata dengannya. Parahnya, kebanyakan hadirin misa mengira Chelsea adalah istri Zayn membuat pikiran Althea bertambah keruh, berbeda dengan para suster dan pendeta yang sudah mengetahui fakta bahwa Zayn hanyalah bosnya Chelsea. Cepat-cepat Chelsea bertindak meralat. Menjelaskan bahwa dirinya hanya sekretaris Zayn dan sebatas teman saja saat sedang tidak bekerja. Chelsea juga tak lupa memperkenalkan Althea sebagai istri Zayn, sedangkan si empunya lebih banyak diam. Hati Althea mencelos kecewa karena untuk pertama kalinya
Wedding Drama Season 2 Bab 25Menggeliat, Althea terjaga dari tidurnya. Selain cahaya matahari pagi yang menginterupsi menerobos ventilasi, ia juga dibangunkan oleh si kecil yang mirip dengan Zayn versi perempuan, sudah tengkurap di dekatnya.“Sayang,” sapa Althea sengau, lantas menilik kasur juga mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Hanya ada dirinya dan Aliza tanpa Zayn di dalam kamar. “Daddy ke mana ya? Apa sudah bangun duluan?” tanya Althea pada si kecil yang menyentuh-nyentuh pipinya, menarik perhatiannya. “Anaknya Mommy ini juga rajin kayak Daddy nih, pagi-pagi banget udah bangun aja.” Althea bercicit memuji. Menjawil gemas dagu Aliza yang dibalas senyuman lebar oleh putrinya itu, memamerkan gusi merah yang belum ditumbuhi gigi. Menyaksikan betapa pintarnya Aliza merespons interaksi yang Althea bangun setelah berbulan-bulan tak ingin peduli, serbuan rindu menyerang. Seolah sudah sekian lama tak berjumpa, Althea meraih Aliza dan membawanya ke atas tubuh, memeluknya denga
Wedding Drama Season 2 BAB 24Mengiringi gulita yang kian larut, hujan kembali turun seperti kemarin. Kali ini menyapa lebih ramah, tak mengajak petir beserta angin ribut bermain bersama.Rintik gerimisnya menguntai simfoni merdu melahirkan lagu pengantar tidur yang sempurna. Meninabobokan Althea setelah puas terisak hingga membasahi bagian belakang kemeja suaminya.Hampir satu jam lamanya, Zayn membiarkan embusan hangat teratur menyapu tengkuk. Kedua mata yang mengatup dibukanya sedikit demi sedikit hingga melebar sempurna. Langit-langit kamar bernuansa pink bertabur stiker khusus berbentuk bulan dan bintang menjadi hal pertama yang tertangkap ruang pandang. Berkelap kelip menghiasi suasana remang ruang tidur Aliza.Ketika mendengar langkah kaki tergesa mendekat ke kamar Aliza, Zayn sebenarnya belum tertidur. Dia hanya sedang merebahkan diri meluruskan punggung yang pegal setelah seharian beraktivitas sambil membawa-bawa Aliza. Selain itu, Zayn juga sedang memastikan Aliza sudah be
Wedding Drama Season 2 Bab 23Gelombang-gelombang tak nyaman berdebur kencang menyentak debaran jantung memompa lebih cepat. Spekulasi ketidakharmonisan rumah tangganya dengan Zayn tak henti menjadi topik bisik-bisik rekan-rekan studinya. Telinga Althea mendidih, tetapi ia tak bernyali untuk mendebat sebab belum begitu akrab dengan lingkungan studinya yang masih baru. Terlebih lagi mahasiswa kelas akhir pekan kebanyakan usianya lebih dewasa. Ada yang single, ada juga yang sudah punya anak remaja. “Pasti cewek yang mereka lihat di parkiran itu sekretaris Mas Zayn. Cuma dia yang punya ciri-ciri kayak yang tadi disebutin. Tapi hari ini kan bukan hari kerja, ngapain sih Mas Zayn bepergian sama Mbak Chelsea sambil bawa-bawa Iza? Dilihat orang-orang malah jadi bahan gosip!” kesal Althea menggerutu pelan. “Tapi Mas Zayn bareng Mbak Chelsea pasti cuma bareng-bareng buat ngurusin pekerjaan. Mungkin di weekend kali ini kebetulan memang ada kerjaan. Nggak mungkin kan Mas Zayn sama Mbak Chels
Wedding Drama Season 2 Bab 22Perkuliahan kelas akhir pekan jelas berbeda sistemnya dengan kelas reguler. Hampir 95 persen orangnya tidak bersinggungan langsung dengan mahasiswa yang berkuliah di hari kerja. Gosip-gosip panas yang berembus di lingkungan kampus pun sangat jarang sampai di telinga para pengikut kelas akhir pekan dan mereka memang tidak memiliki waktu untuk mengurusi tektek bengek semacam itu, fokus pada studi yang menyita waktu libur mereka. Mengingat Althea kembali melanjutkan studi dengan mengulang semester yang sempat tertunda yakni dua semester, maka dari itu kawan-kawan barunya belum mengenal Althea secara detail. Realisasi perkuliahan pun berjalan masih dini, mereka belum banyak berinteraksi bertukar informasi pribadi. Yang mereka tahu status Althea sudah menikah, hanya sebatas itu. Keriuhan seisi kelas senyap dalam hitungan detik laksana serangga malam yang terinjak. Semua mata menoleh pada Althea yang masih mematung setelah direspons tegas menusuk oleh dosen p