Semua Bab Menjadi Istri Penebus Hutang Tuan Presdir: Bab 131 - Bab 140

143 Bab

Insting

Diana baru saja pulang dari klinik dengan rasa cemas di hatinya, menggendong Azka yang kepalanya dibalut perban setelah kejadian jatuh tadi. Pelipis Azka sempat berdarah cukup banyak, membuat Diana terpaksa membawanya ke klinik terdekat karena lukanya agak parah.Sesampainya di villa, Diana terkejut melihat banyak orang berpakaian serba hitam yang berkeliaran di sekitar. Rasa bingung dan ketakutan mulai menyelimuti pikirannya."Ada apa ini?" gumam Diana pelan, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Dia menatap mereka satu persatu. Tapi ada yang berani menjawab. Mereka semua seperti orang kaget melihat ke arah Diana. Bahkan semua mata menatap penuh ke arah Diana. Tatapan mereka membuat perempuan itu merasa ditelanjangi dalam keadaan berpakaian."Jangan liat-liat. Ngapain kalian semua di rumahku," ketus Diana.Instingnya mendorong Diana untuk mencari Abian, lelaki itu pasti mengetahui situasi yang sedang terjadi. Dengan langkah cepat dan hati-hati, Diana segera masuk ke dalam villa,
Baca selengkapnya

Murahan?

Diana rasanya tak bisa menahan tawa saat mendengar cerita Abian barusan. Apa dia bilang?Abian memesan 100 bodyguard untuk mencari Diana dan Azka karena berpikir mereka kabur?Padahal Diana hanya pergi keluar sebentar. Kurang lebih 3 jam. Geli dan hampir tertawa, Diana berusaha menahan tawanya."Pfttttt!" suara tertawa kecil terlepas dari bibirnya.Abian menatapnya dengan serius, "Nggak usah ketawa, Diana. Aku begini karena trauma mendalam di kepala. Aku baru aja ketemu anak kandungku setelah dua tahun, masa mau dibawa kabur lagi?"Diana tidak bisa menahan diri dan kembali terkekeh, "Tapi kami lucu!" katanya sambil menunjuk pada para bodyguard yang berdiri tegap.Namun tiba-tiba, Diana menyadari sesuatu yang seharusnya membuatnya marah. Wajahnya berubah serius saat mengingat kejadian pagi tadi, saat Abian sempat melecehkannya. Harusnya ia merasa marah dan dendam, bukan senang dan tertawa seperti ini.Diana menunduk, berusaha mengendalikan perasaan yang bercampur aduk dalam hatinya.
Baca selengkapnya

Santapan Lezat

Diana menatap Abian dengan sorot mata penuh amarah dan kecewa. Rasa sakit yang terpendam selama ini seakan meledak ketika ia menyadari perlakuan Abian terhadap dirinya saat ini.Abian terdiam, ia mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan Diana."Maksudnya sudah jelas bukan, aku cuma wanita murahan yang gampang tergoda. Gampang menyerahkan diri. Apa kamu puas?" bentak Diana. Wajahnya memerah karena marah, air mata mulai menggenang di sudut matanya.Abian menelan ludah, sejenak ia merasa bersalah atas tindakannya karena memang ada unsur memaksa Namun, di balik rasa bersalah itu, ada perasaan bahagia yang menyelubungi hatinya. Ia merasa senang karena Diana seolah masih mencintainya, meskipun mungkin hanya sebatas fisik."Aku tidak pernah berpikir kamu murahan, Diana," jawab Abian dengan lembut. "Aku justru merasa bahagia karena kamu masih bisa merasakan kepuasan bersamaku, itu berarti ada bagian dari dirimu yang masih mencintai aku.""Cih! Apa ini semacam hiburan?"D
Baca selengkapnya

Seikat Bunga

Tiga minggu telah berlalu sejak Abian dan Diana menjalani kehidupan yang penuh gairah. Setiap malam, mereka mengeksplorasi keintiman yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya. Abian mulai penasaran dengan perasaan Diana setelah semua momen indah yang mereka alami bersama. Suatu malam, setelah Diana menidurkan Azka, Abian mendekatinya saat ia sedang duduk di ruang televisi. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Abian bertanya kepada Diana apakah ia masih ingin bercerai setelah semua yang terjadi. Diana tersenyum tipis, seolah mengejek perasaan Abian. "Bagiku, apa yang kita lakukan hanya sebatas senang-senang saja," ujar Diana dengan nada yang tajam dan kejam. Abian merasa seperti ditampar oleh ucapan Diana. Hatinya serasa disayat-sayat oleh pisau yang tajam. Ia tak bisa mempercayai bahwa Diana masih berpikiran untuk bercerai setelah semua keintiman yang telah mereka jalani bersama. Dalam hati kecilnya, Abian merasa hancur dan tak mampu memahami apa yang sebenarnya Diana ing
Baca selengkapnya

Jangan Jangan Kamu?

"Wah ... Wah. Sepertinya ada tontonan gratis dan seru nih," gumam Bian."Mas Bian ngapain kesini?" Diana rasanya ingin menonjok muka Abian. Mau apa dia malah menyusul ke sini.Sudah tahu situasinya sedang tidak baik-baik saja, Abian malam datang seakan menyiram kobaran api dengan minyak tanah."Salam buat si miniom Prass," seru Abian.Prass merasa darahnya mendidih ketika mendengar kata-kata Abian.Wajahnya tampak merah padam, sedangkan tangannya mengepal erat hingga kulit putih memerah. Dia menatap sengit ke arah Abian, yang berdiri di ambang pintu gerbang dengan senyum sinis yang menghina."Kamu tenang aja. Mas nggak ada bayangin apa-apa. Kamu dan Abian masih sepasang suami istri. Kalian sah jika melakukan hal semacam itu," ujar Prass dengan suara bergetar. Dia berusaha menenangkan diri dan tidak terpancing oleh provokasi Abian."Akhirnya kamu sadar!" celetuk Abian, sambil tertawa kecil. Laki-laki itu muncul seperti hantu, dengan wajah pucat dan mata yang menyala mengejek."Menyerah
Baca selengkapnya

Hamil Lagi?

Mata Abian terus menatap Diana yang muntah-muntah di pojok kamar mandi. Dengan cepat, ia bergegas ke apotik untuk membeli obat.Sambil mengendarai mobil, pikirannya terus menerka apakah Diana benar-benar hamil atau tidak.Setibanya di rumah, Abian segera menyodorkan 5 buah tespack kepada Diana yang masih terengah-engah."Apa ini?" tanya Diana heran."Dicoba saja! Barangkali..." ucap Abian dengan nada bersemangat."Kamu gila ya? Aku tidak hamil. Datang bulanku bahkan masih kurang satu minggu lagi," bantah Diana."Apa salahnya mencoba," sahut Abian. Ia segera menarik tangan Diana dan membawanya ke kamar mandi. Abian memberikan sebuah wadah kecil untuk menampung urin Diana."Kamu ngapain?" tanya Diana dengan kesal."Ayo, kita buktikan sekarang juga. Aku hanya ingin memastikan secara langsung kalau kamu tidah hamil," jawab Abian dengan nada lembut namun tegas."Gila ya? Kalau mau coba benda ini paling tidak kamu keluar dulu!""Tidak mau! Mana tahu kamu nanti ganti air urin nya dengan air
Baca selengkapnya

Waktunya Abian Pergi

Abian merasakan perasaan yang tidak adil menyeruak dalam hatinya. Ini seharusnya hari yang penuh kebahagiaan karena ia mengetahui istrinya sedang mengandung anak mereka. Namun, kebahagiaan itu sirna saat ia melihat Diana menangis sambil menyebut nama Prass, pria yang membuat harapan Abian dalam mendapatkan Diana kembali sedikit terhambat, malahan terancam hancur berantakan."Kenapa kamu nangis, Diana? Harusnya kamu bahagia dengan kehamilanmu," ujar Abian dengan nada sedih yang mencoba ditekan."Bahagia gimana? Kamu lupa kalau kita mau cerai. Dan juga, aku sudah terlanjur janji sama Mas Prass kalau kita akan menikah setelah pengajuan perceraianku dikabulkan. Sekarang gimana caranya aku cerai kalau aku hamil!" isak Diana yang tak mampu menahan tangisnya."Pras lagi Prass lagi! Kalau kamu hamil artinya Tuhan tidak ingin kita berdua cerai. Harusnya kamu sadar Diana. Bisa jadi ini petunjuk dari Tuhan," gerutu Abian, rasanya ingin meludah mendengar nama pria itu. Namun sekali lagi, ia ber
Baca selengkapnya

Hikss.

Diana merasa hampa, ia menatap lantai dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa tidak berdaya, tidak bisa mencegah Abian pergi meninggalkannya. Diana memang terlalu egois untuk mengatakan bahwa dirinya masih membutuhkan laki-laki itu.Saat sedang tenggelam dalam kesedihan, tiba-tiba pintu terbuka dan Firman datang. Firman, bapak Nuna yang dulunya jahat namun kini sudah bertobat."Nuna, apa yang terjadi?" tanya Firman cemas, melihat wajah anaknya yang sembab karena menangis. "Mas Bian baru saja pergi, Yah. Dia minta tinggal satu bulan di sini sebelum kita bercerai, dan sekarang waktunya sudah tinggal di sini habis," jawab Nuna dengan suara serak."Terus kenapa kamu nangis?" tanya Firman heran, berusaha menenangkan Nuna.Nuna menangis semakin keras, Firman mencoba merangkul dan mengusap punggung Nuna, berusaha memberi dukungan pada anaknya yang sedang berduka. Di tengah kekacauan hati ini, Diana merasa sendiri dan terluka, namun ia bersyukur masih memiliki Firman yang peduli dan siap mend
Baca selengkapnya

Pengalaman Hidup

Diana menatap Prass dengan mata berkaca-kaca, seolah tak sanggup menahan kesedihan yang mendalam. Prass, yang sejak tadi mencoba menunjukkan sikap tegas, mulai merasa jantungnya berdegup kencang. Ia sadar, ini bukan hanya tentang kebahagiaan dirinya, tapi juga tentang Diana dan Bian."Maafkan aku, Mas Prass. Menurutku ini jalan terbaik untuk kita bertiga. Aku dengan jalanku, Mas Bian dengan jalannya, dan Mas Prass dengan langkah Mas sendiri," ungkap Diana dengan nada lirih.Prass mengepalkan tangannya, merasakan rasa kecewa yang begitu dalam. "Jadi begitu menurutmu. Jujur aku kecewa sekali dengan putusnya hubungan kita , Diana. Tapi aku cukup tercengang dengan isi pikiranmu. Menurutku kamu salah!"Diana terkejut, "Salah?""Hum. Kalau kamu masih sayang pada Abian. Kejarlah dia. Untuk apa kamu ikut menyerah?" kata Prass, mencoba menyadarkan Diana."Biar adil untuk Mas. Menurutku tidak etis jika aku berbahagia dia atas penderitaan orang," jawab Diana dengan suara terputus-putus."Sejak
Baca selengkapnya

Kembalinya Diana

Kakek Bram berdiri tegak di halaman villa, keriput di wajahnya semakin terlihat jelas, namun matanya masih tajam dan penuh semangat.Diana baru saja sampai di villa dan melihat sosok Kakek Bram yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Tubuh Kakek Bram tampak lebih renta, namun ia tetap berdiri tegap dan berkharisma."Kakek," sapa Diana dengan suara agak gemetar, mengetahui Kakek Bram pasti punya maksud tertentu mendatanginya.Kakek Bram tersenyum tipis, "Apa kabar Diana? Lama tidak berjumpa!""Kabar baik, Kek!" jawab Diana sambil berusaha tersenyum, menutupi rasa cemas yang menyelimuti hatinya."Ayo masuk, Kakek pasti sudah menunggu lama di sini kan," ajak Diana, berharap bisa mengalihkan pembicaraan.Namun Kakek Bram menggelengkan kepalanya pelan, "Maaf, Diana. Kakek tidak mau basa-basi. Kamu pasti paham tujuan Kakek ke sini buat apa."Diana menelan ludah, hatinya berdebar semakin kencang. Ia tidak tahu apa yang akan dibahas Kakek Bram, namun ia tahu, apa pun itu, pasti sangat pentin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status