Semua Bab Dikhianati Suami, Dicintai Duda CEO: Bab 21 - Bab 30

54 Bab

Bab 21. Siapa Wanita itu?

Desainer terkenal yang merancang gaun Rika, dengan wajah penuh harap, mendekati Satya yang berdiri memandanginya. "Bagaimana pendapat Anda tentang gaun ini, Pak Satya?" tanya desainer dengan senyum ramah.Satya, yang selama ini hanya terfokus pada kekaguman terhadap pribadi Rika, sejenak terdiam. Matanya memandang Rika yang memakai gaun itu dengan seksama, seolah-olah meresapi setiap detailnya. Desainer itu menunggu dengan penuh ketegangan, ingin tahu apakah karyanya memenuhi harapan.Sementara itu, Rika yang berdiri di depan Satya mulai merasa canggung. Tatapan intens dari Satya membuatnya merasa seperti terpapar di bawah sorotan yang tajam. Dia mencoba tersenyum dengan anggun, tetapi dalam hatinya ia merasa gugup. "Apakah pakaian ini sesuai dengan selera, Pak Satya?" tanyanya dengan penuh harap.Satya tetap diam, membiarkan ketegangan menggantung di udara. Desainer itu menelan ludah, menunggu keputusan. Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, Satya akhirnya berbicara de
Baca selengkapnya

Bab 22. Pernyataan Seriuskah?

“Hey! Aku datang ingin menemuimu. Hanya saja mencari waktu yang tepat. Namun, ternyata takdir berkata lain. Kita dipaksa bertemu cepat, mungkin Tuhan tidak mau memisahkan kita,” ujar wanita cantik itu dengan nada manja. Tubuhnya sedikit membungkuk hingga wajahnya dekat dengan wajah Satya.Rika merasa tidak nyaman berada di sana. “Apakah ini mantan istri Pak Satya?” tanya Rika dalam hati. Satya melirik Rika yang sedang menatap Raisa dengan intens. Ya, namanya Raisa. “Kapan kamu kembali ke sini?” tanya Satya dingin.Senyuman lebar terlihat di wajahnya. “Beberapa hari yang lalu. Aku yakin ini kabar baik untukmu, untuk kita!” ucapnya bersemangat. Satya mengernyitkan keningnya, “Untukku?” Satya menatapnya tajam.“Iya, untukmu. Karena sekarang aku sudah bercerai dengan suamiku. Jadi kita sama,” ucapnya dengan raut wajah senang. Satya tersenyum kecut mendengar ucapan wanita cantik yang berdiri dekatnya itu. “Aku boleh duduk di sini dan bergabung dengan kalian?” tanya wanita tersebut melirik
Baca selengkapnya

Bab 23. Papa dan Anak Sama Saja

Hatinya berdebar kencang, Rika mencoba mencerna pertanyaan yang begitu tiba-tiba. Bagaimana mungkin dia tidak kaget? Ini bukanlah sesuatu yang biasa terjadi di kehidupan sehari-harinya.Rika berusaha menemukan kata-kata yang tepat, namun mulutnya terasa kering dan lidahnya terasa kelu. Beberapa detik terasa seperti berjam-jam bagi Rika. Satya masih menatapnya lekat-lekat. Menunggu kata-kata yang keluar dari mulut Rika.“Eh, saya nggak pernah membayangkan itu, Pak. Saya nggak berani membayangkan hal sejauh itu. Bapak dan saya sangat jauh berbeda,” sahut Rika pelan. Tatapan mereka bertemu, jantung Rika berdetak cepat. “Maaf, Pak. Kita ke mana?” tanya supir membuyarkan ketegangan.Satya langsung mengalihkan pandangan. “Kita cari restoran yang dekat sini, Pak. Perutku sudah lapar,” titah Satya. Rika menatap jalanan dengan jantung yang masih berdebar cepat.“Aduh, pertanyaan itu benar-benar bikin aku nggak bisa menjawab. Sudah Rika, jangan berkhayal terlalu tinggi. Dia itu hanya menganggap
Baca selengkapnya

Bab 24. Apa Yang Akan Diperlihatkan Rika?

“Iya, deh. Kita tunggu kabar baiknya,” celetuk salah seorang temannya Dinda, diiringi tawa kecil dari ketiga teman lainnya. “Eh, Dinda sopirku sudah jemput. Aku duluan ya teman-teman. Tante kapan-kapan kita lanjutin ngobrol ya. Aku ingin tanya soal tulisan, ada beberapa buku yang aku baca dari tulisan Tante,” kata salah satu teman Dinda yang sudah di jemput sopirnya. “Oh iya, tentu saja. Terima kasih sudah baca karya Tante, Sayang,” sahut Rika.Teman Dinda tersenyum seraya melambaikan tangan meninggalkan mereka. “Aku juga pulang dulu ya. Tante Rika, ayo kita pulang!” pamit Dinda kepada ketiga temannya yang belum dijemput. Setelah berbasa-basi dengan teman-temannya, Rika dan Dinda melangkah keluar dari area sekolah elit tersebut.“Dinda, kenapa kamu berbohong pada teman-temanmu?” tanya Rika ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Dinda menunduk dalam-dalam, “Aku tahu, Tante pasti akan menanyakan hal ini. Aku juga tahu, Tante pasti nggak suka aku bohong. Aku hanya … hanya, benar-be
Baca selengkapnya

Bab 25. Rika Kecewa

Rika terjatuh di atas tubuh Satya. Detakan jantung mereka seolah menjadi satu, dan dunia di sekitar mereka tampak berhenti sejenak."Ma-maaf, Pak," gumam Rika dengan wajah yang memerah, mencoba untuk bangkit. Namun, Satya dengan cepat menahannya, tangannya yang hangat menyentuh lembut lengan Rika."Nggak apa-apa. Tunggu sebentar," ucap Satya sambil tersenyum penuh makna. Wajahnya yang dekat dengan Rika, menghasilkan keintiman yang membuat denyut jantung Rika semakin tak beraturan.Seketika itu pula, Satya merasa ada kekuatan yang mendorongnya, memandang bibir Rika yang terbuka lebar di depannya. Tanpa ragu, Satya melanjutkan dengan mengambil kesempatan yang tak terduga ini. Ia menahan Rika dengan lembut, membuat wanita itu tak dapat bergerak."Bisakah aku bertanya sesuatu?" ucap Satya dengan mata yang penuh kelembutan. Meski terkejut, Rika hanya bisa mengangguk, matanya masih terfokus pada wajah pria di depannya."Sudah lama aku ingin melakukan ini," ucap Satya pelan, lalu dengan lemb
Baca selengkapnya

Bab 26. Satu Masalah Baru Muncul Lagi

Rika membalas pesan. “Nggak apa-apa, Pak. Saya mengerti, nggak perlu di bahas lagi. Lupakan saja, itu bukan sesuatu yang penting.” Setelah membalas pesan, Rika kembali pada aktivitasnya membungkus makanan menjadi bingkisan untuk dibawanya ke panti.Mata Satya melebar tak percaya saat pesan singkat dari Rika terpampang di layar ponselnya. "Aku rasa kita bisa melupakan saja kejadian tadi," bunyi pesan itu. Satya merasa seakan dunianya runtuh seketika. Baru saja, ciuman mereka terjadi. Kini, Rika seolah merendahkan momen itu dengan satu pesan sederhana.Tentu saja, Satya tidak dapat menahan kekecewaan dan kesal di dadanya. "Apa maksudnya ini?" desisnya sendiri sambil menggerutu. "Lalu, ciuman itu hanya main-main baginya? Mungkin bagimu itu hanya momen biasa, tapi buatku, itu adalah sesuatu yang bermakna. Aku nggak bisa meredam perasaanku begitu saja." Satya menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.“Sial! Kenapa dia begitu padaku?” Satya menatap langit-langit kamarnya dengan kening me
Baca selengkapnya

Bab 27. Ternyata Rika Tinggal Di Panti Asuhan

Rika menarik nafas dalam-dalam, dia berusaha bersikap tenang mendengar sesuatu yang baru saja terlontar dari mulut Dinda, sesuatu yang mengejutkan dan memicu gelombang dalam hatinya."Dinda, apa yang kamu katakan tadi, Sayang?" tanya Rika, matanya mencari kepastian dalam mata Dinda. Dinda menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab, "Tante Rika, aku tahu ini terdengar gila, tapi aku ingin Tante menjadi mamaku."Rika terkejut mendengar pernyataan itu. Pandangannya bertemu dengan mata Dinda, mencari tahu apakah ini hanya lelucon atau sesuatu yang serius. Dinda nampak tulus, penuh harapan, dan rasa rindu yang mendalam untuk memiliki sosok mama di kehidupannya. Dia memang sering mendengar hal itu dari mulut Dinda. Namun, tidak dengan menyebarkan ke orang banyak."Kenapa, Dinda?" tanya Rika dengan lembut. "Apa yang membuatmu menginginkan hal seperti itu?" Dinda menggigit bibirnya sebelum menjawab, "Aku sudah lama merindukan sosok mama, Tante tahu itu. Aku tahu aku bisa mempercayaim
Baca selengkapnya

Bab 28. Bertemu Raisa Di Panti Asuhan

“Raisa!” gumam Rika dalam hati saat melihat rombongan para donator. Rika mengenali wanita itu sebagai Raisa. Mereka pernah bertemu di sebuah restoran saat Rika bersama Satya. Saat itu, pertemuan mereka tidak berlangsung dengan baik karena kesalahpahaman yang diciptakan Satya.Rika menelan ludahnya. Menarik nafas dalam-dalam, berusaha untuk tetap tenang. Dia tidak tahu apakah Raisa mengingatnya atau tidak. “Tante mengenalnya?” tanya Dinda saat memperhatikan Rika yang terus menatap Raisa tanpa berkedip. “Eh, iya, Sayang. Dia … dia, ah sudahlah—“ Rika meragu, menatap ke arah Dinda. “Dia siapa?” cecar Dinda.Saat Rika sedang kebingungan menjawab pertanyaan Dinda, ponselnya berbunyi. Rika melihat nama Satya di layar ponselnya. “Dinda, sebentar. Papamu menelepon. Tunggu sebentar di sini, ya,” titahnya sambil melangkah menjauh untuk menjawab panggilan telepon dari Satya.“Halo, Pak,” jawab Rika. “Halo Rika, kamu sudah ada di panti asuhan?” tanyanya ragu. “Sudah, Pak. Saya sudah di panti asuh
Baca selengkapnya

Bab 29. Raisa Pura-Pura Baik

"Rika! Aku nggak menyangka harus bersaing dengan orang sepertimu!" teriak Raisa, merasa kesal karena Rika, yang menurutnya tidak selevel, menjadi rivalnya. Rika menghentikan langkahnya. Raisa tak tahan lagi, ia mengejar Rika dengan langkah cepat, matanya menyala api kemarahan.Tiba-tiba, muncul Dinda yang menghampiri, setelah dari toilet "Siapa dia, Tante? Kenapa Tante dikejar-kejar olehnya?" tanya Dinda keheranan, Dinda menatap Raisa dan dia ingat kalau wanita itu adalah wanita yang datang bersama orang yang disebut donator panti asuhan.Rika, yang masih merasa kesal, dan tidak tahu harus menjawab apa, memilih untuk tidak menjawab. Namun, Dinda tidak tinggal diam. Ia memutuskan untuk membela Rika, bahkan mengancam Raisa."Tante siapa? Apa masalah Tante dengan Tante Rika. Tante akan menyesal jika menyakiti Tante Rika. Dia nggak sendiri. Aku akan membuatmu menyesal," kata Dinda dengan tegas. Raisa hanya mencibir, merasa heran menatap Dinda. "Siapa kamu?" tanya Raisa, menghadap Dinda.
Baca selengkapnya

Bab 30. Jadi Canggung Karena Ciuman

Rika mengerti arti tatapan Satya. “Kamu bertemu dengan tante Raisa di panti?” tanya Satya pada Dinda dengan kening mengernyit hingga kedua alisnya menyatu. “Iya, Pah. Katanya, dia teman Papa. Benar begitu ‘kan? Dia juga meminta nomor ponselku, katanya kapan-kapan dia akan mengajakku main,” sahut Dinda ringan.“Oh, begitu. Iya, dia teman Papa. Hanya saja, Papa nggak terlalu dekat dengannya. Jadi, kamu nggak perlu dekat dengannya. Papa nggak terlalu mengenalnya.” Satya menatap Dinda mengintimidasi, seakan mengatakan kalau dia tidak suka kalau Dinda dekat dengan Raisa.“Aneh, taddi Tante Raisa bilang dia mengenal oma dan opa. Kenapa, Papa bilang nggak terlalu mengenalnya?” protes Dinda merasa ada yang disembunyikan Satya.“Anehnya di mana? Tentu saja banyak yang mengenal oma dan opa, Sayang. Itu karena mereka pengusaha,” Satya beralasan, sambil menghela nafas berharap Dinda percaya dan mengerti. “Oh, iya juga ya,” sahut Dinda dengan raut wajah seperti berpikir.“Sekarang, istirahatlah. B
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status