All Chapters of Dikhianati Suami, Dicintai Duda CEO: Chapter 31 - Chapter 40

54 Chapters

Bab 31. Tekad Raisa Membuat Satya Kembali

Satya memasuki kamarnya dengan langkah berat, ekspresinya mencerminkan kekesalan. Di sudut ruangan, lampu kecil menyala, menerangi wajahnya yang tegang. Dia duduk di ujung ranjang, meremas-remas rambutnya dengan gerakan kasar. “Kenapa harus begini? Padahal semuanya baik-baik saja.”Satya tidak bisa menahan perasaannya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan ciuman mereka. Wajah Rika yang datar dan sikapnya yang seolah meremehkan ciuman itu membuatnya bingung dan kesal.“Kenapa dia bersikap seperti itu? Apa dia pikir ciuman itu biasa saja? Sialan! Mungkin dia terlalu biasa dengan laki-laki lain, itulah sebabnya dia menganggap enteng!” umpatnya.Dia merenung sejenak, wajahnya tampak semakin tegang. Meskipun mengumpat seperti itu, tetapi sebenarnya ada keragu-raguan di dalam hatinya. Rika adalah seorang wanita baik, dan Satya tahu itu. Namun, kejadian malam itu mengguncang keyakinannya.Satya membisu sejenak “Ah, kenapa wajah dan senyumannya selalu melintas di pikiranku? Kenapa aku merasa s
Read more

Bab 32. Pernyataan Cinta

Pagi itu, mentari masih malu-malu muncul di ufuk timur ketika Rika sibuk mempersiapkan diri untuk menjalani rutinitas paginya. Setiap hari, ritualnya dimulai dengan memastikan bahwa Dinda, putri semata wayang Satya, sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Rika selalu mengecek tas Dinda, meyakinkan bahwa pekerjaan rumah sudah selesai, dan memberikan senyuman hangat sebelum melepas Dinda pergi.Namun, hari itu terasa berbeda. Meskipun suasana pagi yang tenang menyelimuti, ada ketegangan yang dirasakan. Rika mencoba untuk tetap fokus pada rutinitasnya, tapi ada kebekuan yang sulit dihindari. Setelah memastikan Dinda telah berangkat, Rika dan Satya duduk bersama di meja makan untuk sarapan.Perbincangan yang biasanya ramah dan hangat, sekarang menjadi sunyi. Rika lebih banyak terdiam, sementara Satya sibuk dengan ponselnya, mencoba menyibukkan diri. Setelah selesai sarapan, Satya hanya pamit tanpa menatap dengan dingin. “Saya, ke kantor dulu. Kalau ada apa-apa yang menyangkut Dinda langsun
Read more

Bab 33. Seperti Mimpi Tapi Nyata

Malam itu, hembusan angin malam masuk melalui jendela kamar Rika, menciptakan suasana yang hangat dan romantis. Rika, duduk di ujung tempat tidur dengan tatapan bingung di wajahnya, masih meresapi momen tak terduga yang baru saja terjadi. Di seberangnya, Satya duduk dengan ekspresi tegang, menantikan jawaban dari wanita yang ada di hadapannya.“Rika, aku tahu ini terdengar begitu mendadak, tapi aku benar-benar merasa seperti ini. Aku mencintaimu,” ucap Satya ragu.Rika memandang Satya dengan mata terbuka lebar “Apa? Bagaimana bisa begitu tiba-tiba?” Satya mengambil nafas dalam-dalam. “Aku tahu ini tiba-tiba, Rika. Tapi aku nggak bisa lagi menyembunyikan perasaanku. Aku ingin bersamamu, bukan hanya sebagai atasan dan pegawai.”Rika mengernyitkan keningnya. “Pak Satya, ini semua terlalu cepat. Kita perlu memikirkannya lebih baik.” Satya menatap Rika tulus. “Aku mengerti, tapi aku yakin perasaan ini nyata. Aku mencintaimu, Rika.” Satya berusaha meyakinkan.“Kenapa sekarang? Apa yang memb
Read more

Bab 34. Kejadian Mengejutkan

Langit malam terhampar dengan gemerlap bintang, menciptakan suasana romantis di sekitar mereka. Satya dan Rika duduk bersama di kamar Rika, wajah mereka bersinar dengan kebahagiaan setelah momen penuh emosi yang baru saja mereka alami. "Rika, aku nggak pernah berpikir kalau aku berani menyatakan perasaan ini. Aku senang kita bisa berbicara terbuka satu sama lain." Rika tersenyum bahagia "Aku juga, Pak Satya. Aku merasa sangat bahagia." Satya melihat mata Rika dengan lembut, mencoba mengekspresikan lebih banyak perasaannya. "Rika, aku ingin kita berdua menjalani ini bersama. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu." Rika meraih tangan Satya "Baiklah, Pak Satya. Aku berharap kita bisa melewati semua ini bersama-sama." Mereka saling tersenyum, suasana hangat memenuhi ruangan. Satya kemudian menyadari bahwa Rika terlihat lelah. "Baiklah, sekarang saatnya untuk istirahat. Kamu pasti lelah setelah hari ini." "Iya, Pak. Terima kasih sudah mengerti." Satya bangkit dari tempat duduknya,
Read more

Bab 35. Akhirnya Doa Dinda Terkabul

Rika merasa wajahnya memanas ketika menyadari bahwa kemungkinan Satya melihat bra-nya di kamar mandi. Meskipun dia merasa malu, Rika berusaha keras untuk menyingkirkan pikirannya yang membuatnya jadi canggung. Dia melanjutkan mandi, berharap agar Satya tidak mengingat momen memalukan itu.Sambil mencuci wajahnya, Rika mencoba meyakinkan dirinya sendiri, "Tenang saja, Rika. Mungkin Pak Satya nggak memperhatikan itu. Dia kan selalu cuek." Namun, kegelisahan tetap menghantui pikirannya.Setelah selesai mandi, Rika berusaha untuk menjalani pagi dengan wajah tegar. Dia mengenakan pakaian bersih dan merapikan rambutnya. Saat melangkah ke arah meja makan, Rika mencoba tersenyum dan memberikan sapaan pagi kepada Satya yang sudah duduk di sana."Selamat pagi, Pak Satya," sapa Rika, berusaha untuk terdengar sebiasa mungkin. Satya melihat Rika sambil tersenyum, dan berbisik "Pagi, Rika! Eh, tadi aku menemukan bra-" Rika memotong Satya dengan cepat, "Ah, itu! Bra-ku tadi malam memang terjatuh di
Read more

36. Menjadi Cantik

“Memangnya, Papa mau ikut? Kita cuma mau ke Ancol, lho. Bukankah Papa selalu menolak, kalau aku mengajak ke sana? Papa selalu bilang, ‘apa yang mau dilihat, hanya pantai. Pergi saja liburan ke Bali atau ke luar negeri.’ Begitu, ‘kan ucapan Papa padaku!” protes Dinda, membuat Satya menggaruk belakang lehernya meski tidak gatal. Rika yang melihatnya menahan tawa.“Itu dulu. Sekarang nggak lagi. Kalau bersama kalian berdua, kemana pun akan jadi tampak indah,” sahutnya sambil mengulum senyum, lalu menyuap makanan ke dalam mulutnya.“Jadi, beneran Papa mau ikut?” tanya Dinda, tatapannya seperti meledek bagi Satya. “Iyalah, Papa harus memastikan kalian berdua terlindungi. Jadi, sebisa mungkin Papa harus berada di dekat kalian berdua. Ini hanya untuk keamanan kalian berdua.” Satya beralasan.Dinda tersenyum mendengar ucapan papanya. Dia tidak mendebat papanya. Dinda tahu itu hanya alasan saja agar bisa bersama dengan Rika.“Jadi, bagaimana Tante. Kita ajak nggak nih, Papa?” tanya Dinda meng
Read more

Bab 37. Menghadiri Pernikahan Mantan Suami

"Satya, panggil saja Satya. Nggak perlu memanggil dengan sebutan bapak, terlalu aneh, seperti ada jarak di antara kita," ucap Satya dengan senyuman hangat.Rika mengangguk mengerti, "Baik, Pak Satya. Eh, Satya.” Rika menunduk dalam-dalam. Namun, Satya merasa itu pun masih kurang. Dia terdiam sejenak, memikirkan sesuatu untuk panggilannya. Setelah sejenak berpikir, ia akhirnya berkata, "Bagaimana kalau panggil aku dengan panggilan 'dear' bagus, ‘kan?"Ketika Satya menyebut kata itu, Pak Surya, supir yang serius dan penuh pengalaman, yang sedang fokus mengemudi, memperhatikan ekspresi Satya melalui spion mobil. Ekspresi malu dan ragu tergambar jelas di wajah Satya. Pak Surya tersenyum sendiri melihatnya.Namun, kegembiraan Pak Surya berubah ketika Satya menyadari, bahwa Pak Surya melihatnya. "Pak Surya! Apa yang Bapak lihat?" bentak Satya, wajahnya memerah.Pak Surya hanya tersenyum dan tetap fokus mengemudi. "Maaf, Pak Satya. Saya hanya fokus ke depan kok," ujarnya pura-pura serius. Ri
Read more

Bab 38. Semua Terkejut Melihat Siapa Yang Bersama Rika

“Sepertinya kamu berdandan habis-habisan untuk datang ke sini agar Mas Andri merasa menyesal ya? Coba lihat penampilanmu sekarang, kamu yang biasa lusuh sangat berbeda hari ini. Sepertinya kamu ingin mengalahkanku!” desis Riana dengan tatapan penuh kebencian.Rika membalas dengan senyuman. “Buatku, Mas Andri itu masa lalu. Sudah nggak berarti lagi, itu adalah pembelajaran dalam hidup yang nggak perlu diratapi. Aku berdandan karena menghormati undangan kalian,” balas Rika membuat Riana tambah terbakar amarah.“Apa maksudmu?” Riana menatap tajam. “Penampilanku menunjukkan aku ikut bahagia karena pernikahanmu bisa diumumkan ke khalayak banyak. Sudah nggak diam-diam lagi,” sahut Rika datar, membuat Riana tambah marah.Wajahnya memerah menahan amarah. Sudah-sudah. Jangan dilanjutkan!” lerai Andri. “Kamu membelanya?” Riana menoleh, menatap Andri dengan amarah yang tampak jelas di wajahnya. “Bukan membela, ini pesta. Jangan bertengkar,” ujar Andri sok bijaksana. Riana membuang napas kasar.
Read more

Bab 39. Bisa Tersenyum Puas

Andri yang berdiri di atas altar dengan hati yang seharusnya dipenuhi kebahagiaan, namun matanya justru terpaku ke arah Rika. Riana, merasa kesal karena tatapan Andri yang tertuju pada mantan istrinya. “Ada apa dengan Mas Andri? Kenapa dia terus menatap Rika?” gumam Riana kesal dalam hati.Andri, yang seharusnya sedang berbahagia dalam hidupnya, tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Rika, dia menjadi tamu undangan yang tampaknya jadi pusat perhatian seluruh tamu. Andri mencoba menahan emosinya, saat beberapa tamu naik ke altar untuk memberinya selamat.“Andri, lihat Rika di sana. Dia cantik banget dan sudah punya pengganti yang tampan,” bisik Rian, salah satu teman kantor Andri yang juga mengenal Rika.“Apa maksudmu?” tanya Andri dengan sorot mata penuh kemarahan. Rian sadar, Andri tidak suka dengan berita yang dibawanya. “Eh, santai bro! Itu mungkin caranya buat nutupin perasaan sakitnya,” ujar Rian menenangkan.Andri membuang nafas kasar. “Ya, mungkin aja!” ucapnya datar. Setelah
Read more

Bab 40. Raisa Datang

Mata Rika melirik ke arah Satya yang sedang asyik membaca pesan di ponselnya. Dia merasa penasaran dan berharap Satya akan memberitahu padanya tentang pesan tersebut. Satya memutar kepalanya menatap Rika, namun Rika langsung berpura-pura melihat ke arah jalanan seakan tidak perduli dengan pesan yang di dapatkan Satya.Seulas senyum terbit di wajah Satya. “Nggak mau tahu pesan dari siapa?” tanyanya memancing emosi Rika yang dari tadi berpura-pura menatap jalanan. Rika menoleh, "Memangnya ada pesan dari siapa, Satya?""Ini dari Raisa. Katanya dia akan berkunjung ke rumah besok." Satya menghela nafas panjang. “Apa kamu benar-benar sudah nggak menginginkannya lagi?” tanya Rika menyelidik, kecemburuan merayap di hatinya.Satya tersenyum menatap Rika, dan menggeleng yakin. “Nggak ada perasaan apa pun lagi untuknya. Entahlah, semua hilang. Mungkin karena perhatianku sekarang hanya untukmu,” sahut Satya dengan tatapan penuh cinta. Wajah Rika memerah tersipu malu mendengar ucapan romantis Saty
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status