"Satya, panggil saja Satya. Nggak perlu memanggil dengan sebutan bapak, terlalu aneh, seperti ada jarak di antara kita," ucap Satya dengan senyuman hangat.Rika mengangguk mengerti, "Baik, Pak Satya. Eh, Satya.” Rika menunduk dalam-dalam. Namun, Satya merasa itu pun masih kurang. Dia terdiam sejenak, memikirkan sesuatu untuk panggilannya. Setelah sejenak berpikir, ia akhirnya berkata, "Bagaimana kalau panggil aku dengan panggilan 'dear' bagus, ‘kan?"Ketika Satya menyebut kata itu, Pak Surya, supir yang serius dan penuh pengalaman, yang sedang fokus mengemudi, memperhatikan ekspresi Satya melalui spion mobil. Ekspresi malu dan ragu tergambar jelas di wajah Satya. Pak Surya tersenyum sendiri melihatnya.Namun, kegembiraan Pak Surya berubah ketika Satya menyadari, bahwa Pak Surya melihatnya. "Pak Surya! Apa yang Bapak lihat?" bentak Satya, wajahnya memerah.Pak Surya hanya tersenyum dan tetap fokus mengemudi. "Maaf, Pak Satya. Saya hanya fokus ke depan kok," ujarnya pura-pura serius. Ri
Read more