Jatuh. Itu yang kini dirasakan Aliesha. Rasanya dia sudah tak sanggup lagi menghadapi hidup sendiri. Malam harinya di rumah sakit, pembantunya benar-benar datang. “Non, bagaimana keadaannya sekarang?” Mata Aliesha tampak kosong. Tatapannya nanar dan entah ke mana. Hatinya terasa ngilu. “Non, ini kata dokter kita sudah boleh pulang. Biaya perawatan sudah dibayar sama Noah tadi. Dia menitipkan ini pada saya…” sang pembantu, Lastri, memberikan sebuah amplop cokelat tebal. Aliesha tak bergeming. Dia tak ingin lagi mendengar nama itu! Baginya semua orang sama saja. Hanya datang saat butuh dan saat bosan, satu demi satu orang akan pergi dari kehidupannya. “Kalau Bi Lastri mau pergi, sekarang saja. Tidak usah nunggu besok. Keluarga saya sudah bangkrut.” Kata Aliesha sambil mencoba untuk duduk. “Nggak, Non. Saya ikut Tuan Martin sejak kecil. Bagi saya, ini adalah pengabdian.” Ucapnya tulus. “Mari, kita pulang. Sudah ada
Read more