All Chapters of Dibuang Suami, Dinikahi CEO Tampan: Chapter 11 - Chapter 20

57 Chapters

11. Wanita Pemetik Sayur

“Iya, Bu. Maaf, aku selalu saja lupa waktu kalau udah memetik sayur-sayuran ini, seger-seger semuanya,” jawab wanita hamil itu sembari mengangkat keranjang di sampingnya yang hampir penuh oleh sayur-mayur dengan wajah cantiknya yang berseri-seri.“Aduh, jangan angkat berat-berat, Neng. Biar ibu saja yang bawa ke dalam.” Wanita paruh baya itu langsung mengambil keranjang dari tangan sang wanita hamil."Ayuk, masuk.""Iya, Bu."Malam harinya, di tengah rumah panggung yang dinding dan lantainya terbuat dari bahan kayu pilihan itu teronggok sayur mayur yang telah dipanen oleh penghuni rumah. Ningsih--si pemilik rumah sedang asyik memotong-motong tali kecil untuk mengikat sayur-mayur yang akan dijual ke pasar oleh Ilham--suaminya besok pagi. Wanita hamil yang tadi sore telah membantu Ningsih memetik sayur tampak keluar dari salah satu kamar.“Udah … Neng Anna istirahat aja di kamar. Gak usah ikut ngikat-ngikat sayuran hari ini,” cegah Ningsih pada wanita muda yang ternyata adalah Anna.Su
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

12. Bartender Tampan

“A-apa, Neng?!” Ilham menatap Anna tak mengerti. Ia bingung dengan permintaan wanita muda itu.“Ting-tinggalkan … ja … ket i-ini di sinih ….” Anna tak sanggup lagi untuk bicara. Kepala dan tubuhnya langsung terkulai lemah. Wanita itu tidak sadarkan diri kembali.“Astagaa … Neng! Neng Anna!” Ilham menepuk pelan bahu Anna. “Walah … pingsan lagi kayaknya.”Ilham yang teringat akan ucapan Anna untuk segera pergi dari tempat itu, langsung membuka jaket tebal yang dipakai oleh Anna. Setelah itu, ia juga membuka jaket tipis bahan parasut yang dipakainya sendiri, lalu memakaikan pada tubuh wanita muda itu. Ilham pun menggendong tubuh Anna di punggungnya. Kemudian, buru-buru pergi dari lokasi itu. Ia tak menyadari kalau wanita yang ditolongnya itu hanya memakai sebelah sepatu. Sebelahnya lagi entah jatuh di mana.“Aduh, Pak?! Ini siapa yang Bapak bawa?!” Ningsih yang sedang memberi ayam-ayamnya makan langsung memekik kaget begitu melihat tubuh yang berselimut karung itu bukan rusa hasil buruan
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

13. Kembali

“Maaf, Tuan. Pak Edward menghubungi.” Bimo tiba-tiba membuka pintu mobil, tangan Hendrawan yang menggantung di udara langsung berbelok ke ponsel yang diserahkan oleh sopir merangkap pengawalnya itu.“Ngapain bosku hubungi Papa?” tanya Harry heran. Emangnya, Papa kenal sama Bos Edward?”“Kenal lah! Udah, kamu diem dulu!” Hendrawan mendelik pada putranya itu. Ia pun kemudian menjawab panggilan di ponsel.Setelah berbasa-basi sejenak, Hendrawan langsung ke tujuannya menghubungi Edward siang tadi, tapi baru berupa pesan.“Iya, Saya mau Harry mulai mengurus perusahaan kami awal bulan depan.” “Pa—” Harry yang mau protes mendengar ayahnya bicara seperti itu dengan bosnya, langsung dibungkam mulutnya dengan sebelah tangan oleh ayahnya itu. Sedangkan Hendrawan masih terus bicara di ponselnya dengan sesekali tertawa kecil. “Iya, ini, anaknya ada di sebelah saya.”[….]“Oh, oke. Nanti kalau Pak Edward ke club, Harry saya suruh menghadap deh.”[….]“Baiklah kalau begitu. Pokoknya gak usah dideng
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

14. Sekretaris Baru

“Pak Hendrawan, ada yang ingin ketemu sama Bapak.” Anton, sekretaris Hendrawan datang menghadap presdirnya itu.“Siapa? Apa sudah janjian sama saya?” tanya Hendrawan mengalihkan tatapannya dari berkas di tangannya pada pria berusia 30 tahun yang berdiri di depan mejanya. Sekretaris pilihan istri keduanya setahun yang lalu.“Katanya, dia pernah jadi sekretaris Bapak sebelum saya.”“Hah? Sekretaris saya?” Hendrawan mengingat seseorang yang telah menjadi sekretarisnya selama hampir dua tahun sebelum Anton. Ia menggeleng tak percaya. “Ah, tak mungkinlah.”“Gimana, Pak?”“Ya udah, suruh dia masuk kalau begitu,” suruh Hendrawan, daripada ia bingung dan penasaran.Anton pun keluar dari ruangan itu. Tak lama kemudian, pintu terbuka kembali. Menampakkan seorang wanita cantik berambut pendek ala Yuni Shara zaman dulu.Wanita cantik berkulit putih dengan tubuh seksi itu melangkah penuh percaya diri dan berhenti sekitar dua meter dari meja kerja Hendrawan yang tampak mengeryitkan kedua alis melih
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

15. Bos Baru

"Terus terang, dia baru bergabung di perusahaan ini sejak tiga bulan yang lalu. Dan tidak ada sekretaris yang betah sama dia, tiap bulan ganti sekretaris, coba!" Hendrawan membuyarkan pikiran-pikiran Anna tentang laki-laki yang bernama Harry yang lain.Anna menatap Hendrawan yang tampak putus asa akan tingkah anak yang sangat diharapkannya itu."Anna, kamu pasti bisa jadi sekretarisnya Harry. Saya sangat yakin sama kinerja kamu." Kali ini, Hendrawan yang menatap Anna penuh harap. "Tolong nanti bertahan jadi sekretarisnya Harry, ya? Jangan menyerah dalam sebulan. Kayak tiga orang sekretaris sebelumnya.""Apa, Pak?! Emangnya anak Bapak kayak apa, sih? Kok, tiba-tiba saya jadi ragu, nih? Jangan-jangan, ntar saya juga didepaknya dalam sebulan." Anna jadi merinding disco membayangkan calon bos barunya itu. "Maaf, Pak. Saya mau nanya dulu, nih. Hm ... anu ... apa anak Bapak itu udah nikah apa belum? Kok, bisa sangar begitu sama sekretarisnya?""Belum nikah, tapi kalo kawin kayaknya udah ser
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

16. Nama Panggilan Baru

"Jadi, kamu sekretaris gue yang baru?!"Anna mengangkat wajahnya dengan kaget. Matanya kemudian melotot begitu melihat wajah tampan yang sedang tersenyum sinis di hadapannya.Anna sampai lupa menutup mulutnya yang terbuka karena shock melihat penampakan yang ada di depan matanya. Bukan karena wajah itu menggerikan, tapi wajah itu adalah orang yang telah menitip benih di rahimnya setahun yang lalu.Walaupun penampilan pria itu sangat berbeda, tapi Anna masih sangat mengingat wajah pria di malam terkutuk itu. Bagaimana tidak, putranya Arez sudah mem-fotocopy semua bagian wajah dari ayah biologisnya itu.“Elu gak pernah lihat pria setampan gue, ya? Sampe bengong gak habis-habis.” Suara ejekan dari pria itu menyadarkan Anna dari keterkejutannya.“Pa-Pak Harry?” tanya Anna menunjuk dengan gemetar pada pria yang sedang menaik-naikkan sudut bibirnya ke atas dengan tatapan mengejek pada Anna.“Ya, iyalah. Emang siapa lagi yang ke ruangan ini, selain gue bosnya,” jawab Harry sambil melengos per
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

17. Makan Siang yang Panas

“Mas Danu!” tanpa mengucap ‘Hallo’ Andara langsung menyebut nama suaminya begitu Danu mengangkat panggilannya. “Anna masih hidup, Mas!”“Ada apa sih, Sayang? Kok, tiba-tiba bahas perempuan yang udah mati itu lagi?”“Mas! Dengar dulu. Barusan aku habis meeting dengan CEO. Dia bawa sekretaris baru lagi yang wajahnya mirip banget sama Anna. Tapi, namanya Tasya. Nama Anna juga ada Tasya nya kan, Mas? Anatasya. Gak mungkin bisa kebetulan begitu kan?”“Masa, sih? Tapi, mungkin hanya kebetulan aja mirip kali.”“Tapi, aku merasa, dia itu Anna, Mas.” Andara masih bertahan dengan keyakinannya.“Dianya gimana? Kayak kenal sama kamu gak? Kalau enggak, berarti bukan dia.”“Tadi, aku sempat ngajak ngobrol, tapi CEO langsung manggil dia. Ya … dianya kayak nggak kenal aku, sih. Apa mungkin, Anna amnesia ya, Mas?” Asumsi Andara lagi.“Ah, ngawur kamu. Udahlah, gak usah dipikirin deh. Mau Anna kek, mau siapa kek. Selama dia tidak mengganggu kita, biarin aja. Kalau aku sih, gak mungkin banget si Anna mas
last updateLast Updated : 2024-01-28
Read more

18. Kelakuan Sang CEO

Harry menatap lekat raut wajah wanita yang berada begitu dekat di hadapannya. Entah kenapa, ia merasa pernah berada dalam kondisi yang sama dengan wanita yang baru dikenalnya berapa jam yang lalu. Tapi, bibir sensual dengan nafas beraroma lembut itu terasa tidak asing baginya.Sementara itu, Anna ikut terpaku mendengar ucapan Harry dengan bibir sedikit terbuka, matanya ikut menelusuri wajah tampan beraroma jeruk peras dengan jarak tak seberapa itu. Tanpa sadar bibirnya berucap, “Arez ….”“Arez? Pacar kamu?” Harry menaikkan alisnya dengan raut wajah heran sekaligus ada rasa tak rela di hatinya mendengar wanita itu bukannya menjawab pertanyaannya, tapi malah menyebut nama pria lain.Anna tersentak kaget, tangannya otomatis menutup mulutnya yang terlanjur menyebut nama anaknya begitu melihat versi dewasa dari putra tercintanya itu. Anna kemudian menjauhkan tangannya dari wajah Harry sekaligus menarik tubuhnya agak menjauh. Ia berusaha mengalihkan perhatian Harry ke pertanyaan pertama pri
last updateLast Updated : 2024-01-30
Read more

19. Wanita Dalam Toilet

Wajah Anna memerah melihat penampakan di depan matanya. Tubuh tinggi kekar itu mengingatkannya akan malam panas bersama pria itu setahun yang lalu. Walaupun saat itu hatinya hancur tak terkira setelah efek obat yang diberikan mantan suaminya hilang, tapi tak bisa dipungkirinya kalau pengalaman bercinta dengan Harry adalah sangat luar biasa. Kini, pria itu hanya berjarak berapa meter saja di hadapannya, meskipun Harry tidak mengenalnya.“Hei! Itu mulut ditutup, jangan sampe nyamuk masuk. Emangnya kamu gak pernah lihat tubuh pria apa? Sampe melotot begitu." Harry dengan senyum mengejek langsung berlalu masuk ke kamarnya. “Dah, saya mau mandi dulu. Kamu kalau mau makan, lihat tuh di kulkas ada pizza beku. Panasin aja di microwave. Lebihkan buat saya juga.”Anna baru tersadar dari keterpanaannya setelah Harry menutup pintu kamar satu-satunya yang terdapat di dalam apartemen tersebut. Ia menghela napas panjang, lalu mengeluh pelan. “Duh … sampai kapan, aku bisa melihat dia tanpa terus teri
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

20. Wanita Istimewa

“Pak, kita nggak bakal nginap gitu kan, ya?” tanya Anna sekaligus sindiran begitu melihat sang CEO masih saja sibuk ke sana ke sini melihat perkembangan proyek property perusahaan mereka dalam pembangunan perumahan kelas atas di kawasan Kota Wisata Cibubur.“Kenapa? Kamu pengen nginap emang?” Harry malah balik bertanya pada Anna yang duduk di sampingnya. Sedangkan, Sofyan masih serius membawa kendaraan berkeliling sesuai dengan arahan dari Harry.“Ya, enggaklah. Ini tuh udah jam enam lewat lho, Pak? Jam barapa coba, kita bakal sampai di Jakarta lagi, kalau Bapak masih aja keliling-keliling gak habis-habis sejak tadi. Emangnya, Bapak mau beli rumah di proyek sendiri?” Anna menatap kesal pada Harry yang masih saja toleh kanan toleh kiri.“Kok kamu tahu, sih? Kalau saya ada minat untuk tinggal di daerah sini? Hm … bagus memang lokasinya. Bagus juga buat perkembangan anak-anak,” jawab Harry santai. Seakan tidak terpengaruh oleh ucapan penuh sindiran dari sang sekretaris. Ia pun kemudian m
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status