Bismillahirrahmanirrahim.“Sudah toh Ma, jangan marah-marah terus, nanti darah tinggimu kumat. Papa lagi yang repot.” Oceh lelaki itu mengusap bahu sang istri.“Oh begitu ya, bilang saja, sekarang papa tidak mau direpotkan lagi oleh penyakitku. Tidur di luar sana,” titah sang istri makin tersulut emosi.Belum reda amarahnya karena perbuatan Erlangga, sekarang pria yang hampir mendekati seperempat abad menemaninya dalam suka dan duka mulai bosan, tak mau lagi direpotkan olehnya.“Bukan begitu Ma, justru karena papa sayang sama mama, makanya papa bilang jangan marah-marah, nanti darah tingginya kumat.” Balas pria itu merengkuh wanitanya hangat. “Sini, Papa peluk, siapa tahu bisa meredakan emosi mama.” Tanpa menunda Bu Waida langsung menubruk suaminya.“Mama tahu Pa, papa adalah lelaki terbaik yang Allah kirim untuk Mama. Mama hanya sedih mengingat sikap Erlangga pada Ela. Padahal kita tahu Ela itu wanita sholehah. Mama tidak percaya perkataan lelaki yang datang waktu itu. Mana mungkin
Baca selengkapnya