Share

Ditalak Usai Akad
Ditalak Usai Akad
Penulis: Firdawati

Part 01

Penulis: Firdawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bismillahirrahmanirrahim.

“Aku terima nikah dan kawinnya Ela Almahera binti Hisyam dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas murni seberat 20 gram dibayar tunai.”

“Sah.”

“Sah,” teriak para saksi serentak dengan wajah sumringah. Beberapa tamu ikut merasakan kebahagiaan pasangan pengantin baru. Kedua keluarga saling melempar senyum dan berjabat tangan, sebagai ungkapan rasa haru dan bahagia.

“Alhamdulillah, Barakallah,” ucap beberapa tamu yang menyaksikan jalannya akad nikah.

Ela tersenyum bahagia, akad nikah berjalan dengan lancar. Bahkan hanya dengan satu tarikan napas. Kini ia telah resmi menyandang status istri Erlangga. Senyum bahagia terpancar dari wajah cantiknya. 

Gadis berhijab coklat susu itu bertekad akan melayani sang suami dengan sepenuh hati. Meskipun belum ada cinta di hatinya, demi bakti pada orang tua, ia terima dengan tulus. 

Ela memandang wajah lelaki yang terlihat tenang dan meneduhkan dengan senyum terbingkai di bibir. Binar mata sang pengantin wanita menghanyutkan semua orang, termasuk Erlangga.

Begitu juga dengan Erlangga, senyum menawan terukir dari bibir sang lelaki yang kini telah resmi menjadi seorang suami. Mereka saling pandang sejenak, mengirimkan energi positif, bahwa mereka tengah berbahagia.

Pernikahan Ela dan Erlangga terjadi, memang berawal karena perjodohan kedua orang tua. Meskipun keduanya belum saling mengenal karakter satu sama lain, mereka bertekad akan menghadirkan cinta dalam hati mereka. Tergantung niat awal membina rumah tangga. Cinta bisa hadir dan dipupuk seiring berjalannya waktu. 

Tapi sungguh disayangkan, kebahagiaan yang baru saja mereka reguk tidak berlangsung lama. Seorang pria hadir menghancurkan mimpi sang pengantin baru. Tidak ada yang menduga, Pernikahan yang seharusnya berakhir bahagia berganti derita, luka lara dan air mata.

Prok prok prok.

Tepuk tangan membahana seketika. Sontak semua perhatian beralih ke seorang pria yang datang tiba-tiba. Pria tinggi semampai dengan kemeja hitam membungkus tubuhnya. Senada dengan celana levis berwarna biru tua. Bila disandingkan dengan Erlangga, pria ini tak kalah ganteng dan tampan juga menarik.

Pria itu melangkah jumawa, mendekati sepasang pengantin. Ia berjalan dengan gagah tanpa rasa takut melewati kerumunan tamu yang hadir menyaksikan jalanya proses akad pernikahan. Pria itu datang dengan penuh percaya diri.

Sejenak pria itu memandang sang pengantin lelaki dengan pandangan meremehkan. Senyum menyeringai terlukis dari sudut bibirnya.

“Selamat atas pernikahanmu Bung, semoga kamu tidak MENYESAL.” Ucap pria  yang baru datang itu dengan menekan kata “Menyesal.”

“Apa maksud Anda.” Tanya Erlangga seraya bangkit berdiri dengan wajah bingung. Ia menatap pria itu dengan banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya.

Bagaimana bisa lelaki ini bilang dia akan menyesal menikahi Ela. Ada apa sebenarnya.  Rahasia apa yang pria itu ketahui tentang wanita yang kini telah resmi menjadi istrinya. 

“Kenapa aku akan menyesal menikahi wanita ini, apa sebenarnya maksud perkataan anda tadi.” tanya Erlangga akhirnya, karena tidak mau mati penasaran. Ia harus tahu rahasia dibalik itu.

“Perempuan yang kamu nikahi itu tidak secantik rupanya. Aku tahu betul bagaimana orangnya. Kamu mau tahu rahasia besarnya?"

"Iya,  rahasia apa?"

"Wanita itu telah melewati malam panjang denganku, tapi ia justru menikah denganmu. Ibarat kelapa kau hanya dapat ampasnya." ucap pria itu lantang. Semua tamu yang hadir terkesiap kaget.

“Wanita seperti itukah yang kamu nikahi, apa kamu tidak takut kena penyakit.” Sambung lelaki itu dingin sekaligus datar.

"Kalau boleh saya kasih saran, mending batalkan sekarang juga. Maaf maksud saya ceraikan sekarang juga. Dia tak pantas disandingkan denganmu," ucap pria itu menghasut Erlangga.

Duaarrr.

Berita itu bagaikan petir di siang bolong. Semua tamu yang hadir nampak terperanjat kaget. 

Bisik-bisik antar sesama tamu dan para tetangga mulai terdengar.

“Tidak menyangka Ela kelakuannya bejat ya.” Kata wanita berbaju kuning seraya menggeleng-geleng kaget.

“Percuma pakai jilbab, tapi tak bisa menjaga murwah.” Timpal sese-ibu berbaju ungu.

“Kasihan Abi Hisyam dan Umi Rosida, nama baiknya pasti tercoreng.” Balas seorang bapak yang lebih arif dan bijaksana.

“Itu akibat terlalu memanjakan anak,” timpal Pak Oyong yang tidak suka melihat keluarga Abi Hisyam bahagia. Entah ada dendam apa antara Pak Oyong dan Abi Hisyam. 

Seringai kecil tampak jelas terpampang di wajah lelaki yang kini tak lagi muda. Sepertinya Pak Oyong puas sekali melihat keluarga Abi Hisyam dipermalukan di depan orang banyak. Harga diri pak Oyong sedang dipertaruhkan.

Semua warga sudah lama mengetahui, kalau Abi Hisyam dan Pak Oyong tidak pernah akur. Hanya saja warga tidak mengetahui penyebab pertikaian antara kedua lelaki itu.

Ela yang mendengar komentar pedas warga, hanya bisa terdiam tanpa dapat berkata-kata. Percuma ia jelaskan, situasinya tidak memungkinkan. Sekarang dirinya jadi santapan empuk untuk dipergunjingkan, tentu sulit menjelaskan kebenarannya pada warga. Jadi biarkan saja mereka berkata apapun tentangnya.

Ela memandangi kedua orang tuanya yang tampak terpuruk dan tertunduk diam mendengar komentar warga. Mereka tertunduk malu. Itu sudah pasti.

Begitu pun dengar Erlangga. Badannya huyung dan limbung. Perkataan lelaki itu masih terekam kuat di hatinya.

“Apa? Apa maksud Anda? Anda hanya ngasih Frank-kan. Bukan sebenarnya.”

“Apa kurang jelas perkataan saya, apa perlu saya ulang lagi.”

“Tidak perlu,” sahut Erlangga cepat dengan napas mendadak sesak.

Erlangga berjengit kaget. Baru saja akad nikahnya berlangsung khidmat, sekarang muncul berita yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. 

Berita itu sangat menghancurkan mimpi indah, yang telah ia rancang sedemikian rupa untuk membina sebuah keluarga sakinah, mawadah dan warohmah dengan Ela. Tapi sekarang, dalam sekejap mata hancur bagaikan serpihan debu.

Erlangga memijit kepalanya yang mendadak pusing. Ia pandangi Ela yang tertunduk diam. Benarkah wanita ini seperti yang lelaki itu bilang, ucapnya dalam hati mungkin.

“Ela, lihat aku. Apa benar yang dikatakan pria ini.”

Bersambung...

Ini cerita baru, mohon dukungannya...

Terima kasih!! 

Bab terkait

  • Ditalak Usai Akad   Part 02

    Bismillahirrahmanirrahim.“Ela, lihat aku. Apa benar yang dikatakan pria ini.”“Itu tidak benar Mas, mana mungkin aku melewati malam panjang dengannya,” lirih suara Ela membantah apa yang dikatakan pria itu. Sakit hatinya dituduh sembarangan. Apa lagi di depan lelaki yang baru resmi menjadi suaminya.“Tentu saja ia tidak akan mengakuinya. Mana ada maling ngaku, bisa penuh penjara. Percayalah padaku,” timpal Soni percaya diri seraya tersenyum menyeringai.“Ela! Katakan sejujurnya. Apa kamu mengenal pria ini,” tanya Erlangga dengan napas menderu kencang.Ela bungkam.“Tentu saja dia mengenalku, beberapa kali kami melewati malam yang syahdu. Mana mungkin dia bisa lupa.” Kekeh lelaki itu ringan.“Iya-kan Ela.”Bisik-bisik warga kembali memanas. “Tak menyangka wanita Sholehah itu hanya tampilan luar saja. Ternyata dalamnya bobrok.”"Tanggalkan saja hijab itu, hanya sebatas hiasan belaka." Perih hati Ela mendengar perkataan warga.Komentar demi komentar pedas warga, bagaikan dengungan lebah

  • Ditalak Usai Akad   Part 03

    Bismillahirrahmanirrahim.Tak lama kemudian, mobil memasuki area rumah sakit. Kini Abi Hisyam tengah ditangani dokter, Ela dan Umi Rosyida menunggu di ruang tunggu. Dua perempuan beda generasi itu tampak sedih dan khawatir.“Umi, Ela takut, takut Abi kenapa-kenapa. Tadi Abi jatuh dengan kepala membentur lantai. Benturannya sampai terdengar keras. Semoga tidak ada yang serius ya Umi.” Desah Ela meratap sedih.“Umi yang salah Nak, seharusnya Umi tahu kalau Abi gelisah mendengar tuduhan itu padamu. Umi berada di sisi Abi tak kalah kagetnya dengan Abi, hingga Umi tidak menyadari kondisi beliau yang sangat terpukul, tiba-tiba Abi jatuh pingsan begitu saja.”“Kita berdoa dan serahkan semuanya pada Allah ya, Nak.” hibur sang Umi seraya mengelus pucuk kepala sang putri.Umi Rosyida menatap Ela penuh iba, tak menyangka nasib putrinya setragis ini. Menikah dan bercerai dihari yang sama. Ela belum sempat merasakan menjadi seorang istri, kini dalam waktu tidak sampai sehari, statusnya berubah me

  • Ditalak Usai Akad   Part 04

    Bismillahirrahmanirrahim.“Sudah toh Ma, jangan marah-marah terus, nanti darah tinggimu kumat. Papa lagi yang repot.” Oceh lelaki itu mengusap bahu sang istri.“Oh begitu ya, bilang saja, sekarang papa tidak mau direpotkan lagi oleh penyakitku. Tidur di luar sana,” titah sang istri makin tersulut emosi.Belum reda amarahnya karena perbuatan Erlangga, sekarang pria yang hampir mendekati seperempat abad menemaninya dalam suka dan duka mulai bosan, tak mau lagi direpotkan olehnya.“Bukan begitu Ma, justru karena papa sayang sama mama, makanya papa bilang jangan marah-marah, nanti darah tingginya kumat.” Balas pria itu merengkuh wanitanya hangat. “Sini, Papa peluk, siapa tahu bisa meredakan emosi mama.” Tanpa menunda Bu Waida langsung menubruk suaminya.“Mama tahu Pa, papa adalah lelaki terbaik yang Allah kirim untuk Mama. Mama hanya sedih mengingat sikap Erlangga pada Ela. Padahal kita tahu Ela itu wanita sholehah. Mama tidak percaya perkataan lelaki yang datang waktu itu. Mana mungkin

  • Ditalak Usai Akad   Part 05

    Baru saja Ela hendak melangkah pergi, terdengar lagi ucapan yang bernada membelanya.“Tapi kok aku tidak percaya ya pada omongan lelaki itu, selama ini Ela itu menurutku cukup baik menjaga sikap dan perilaku. Mana mungkin Ela bisa bertindak diluar batas itu.” “Pacaran saja tidak pernah, masa tiba-tiba menghabiskan malam panjang sama lelaki lain. Tak masuk akal.” bela Bu Widyo pemilik warung.Senyum sekilas terkembang di bibir Ela, ternyata masih ada yang percaya sama dia. Meskipun hanya segelintir orang. Paling tidak rasa percaya orang itu bisa membuatnya bernapas lebih tenang. Tidak semua orang percaya dengan perkataan Soni. Itu satu keuntungan baginya, paling tidak ia bisa bernapas dengan lega. Tidak terdesak di tengah kerumunan orang yang merendahkan dan menghinanya.Ela tak jadi masuk ke warung, ia tak cukup siap mendengar komentar pedas warga. Lebih baik menghindar sementara waktu. Sampai berita ini tidak lagi menjadi topik hangat untuk dibicarakan.Baru tiga langkah Ela berjal

  • Ditalak Usai Akad   Part 06

    Bismillahirrahmanirrahim.“Ayo! Kita ke rumah sakit. Jenguk Abi Hisyam,” ajak Bu Waida pada putranya.“Tidak mau Ma, Mama saja yang ke sana. Aku tidak mau bertemu dengan perempuan murahan itu.” Tolak Erlangga cepat.Wajah Bu Waida sontak terperanjat kaget, tak menyangka anaknya semakin pedas saja mulutnya. Apa ini efek gagal kawin. Belum sempat menikmati malam pertama sudah menjadi duren, alias duda keren.Salah sendiri sih, kenapa buru-buru menjatuhkan talak. Tunggu selesai malam pertama atau tunggu selama satu Minggu. Ini tidak, menyesal sendiri kan jadinya.Lelaki yang dipandang menjadi jengah sendiri. “Kenapa sih Ma, melihatku terus.”“Iya Mama bingung sama sikapmu. Kenapa sekarang enteng sekali mulutmu mengeluarkan kata umpatan. Di pernikahan kemaren, kamu sempat-sempatnya bilang Ela itu pel**ur, sekarang gantian gadis murahan. Apa kamu tidak takut kualat. Ntar cinta benaran baru tahu rasa kamu. Tapi si Ela sudah terlanjur sakit hati dikatai yang tidak-tidak.”“Rem mulutmu blong

  • Ditalak Usai Akad   Part 07

    Bismillahirrahmanirrahim.“Ayuk Ma, kita pergi sekarang.” Ajak Erlangga seraya menarik tangan sang ibu.Mata Bu Waida berkaca-kaca, tak lama kemudian jatuh berderai. Ia duduk sebentar di ruang tunggu, terisak perih. Kini sahabatnya begitu membenci dirinya. Bu Waida tak bisa membayangkan, bila tak lagi bisa kumpul dan bercengkerama dengan umi Rosyida. Ini terjadi karena ulah putranya sendiri. Sekarang dia menyesal meminta Ela menjadi istri anaknya. Andai tahu begini akhirnya, takkan pernah ia berniat meminta Umi Rosyida menjadi besannya. Putusnya persahabatan itu membuat Bu Waida sangat bersedih hati.Erlangga melihat kesedihan di mata sang Mama ikut larut dalam penyesalan. Andai ia tidak gegabah dan mudah percaya dengan perkataan Soni, tentu sekarang kedua keluarga bahagia. Abi Hisyam tidak perlu masuk rumah sakit, umi Rosyida tidak membenci ibunya, entah apa penilaian Ela padanya. Terakhir tak penting, Erlangga lebih tak siap melihat duka di mata ibunya. Kini hanya tinggal penyesal

  • Ditalak Usai Akad   Part 08

    Bismillahirrahmanirrahim.“Anda siapa? Kenapa datang ke ruang Abi saya.” Tanya Ela lagi karena pria itu tak kunjung berbalik badan. Punggungnya tampak bergetar, kemungkinan karena kaget ketangkap basah oleh keluarga pasien.Tak mungkin menghindar lagi, pria itu akhirnya berbalik posisi menghadap Ela. Betapa terkejutnya Ela, setelah mengetahui siapa pria yang ada di depannya.“Mas Erlangga,” desis Ela pelan. Ia tak menyangka, ternyata Mas Erlangga lah orang yang selalu datang menggantikan bunga itu. Terpikirkan pun tidak dalam benaknya, mana berani ia datang secara terang-terangan. Tapi setelah melihat kenyataan di depan mata, barulah ia percaya. Tapi apa tujuannya datang dan mengganti bunga itu. Ela jadi penasaran.“Jadi Mas orang yang selalu datang diam-diam ke sini. Kenapa? Merasa bersalah karena telah menyebabkan Abi sampai begini,” tanya Ela sarkas. Tanpa senyum ataupun binar mata teduh. Seperti yang selalu ia tampakkan pada lawan bicaranya.Lelaki itu hanya diam terpaku, tak men

  • Ditalak Usai Akad   Part 09

    Bismillahirrahmanirrahim.“Syukurlah, kalau begitu. Ada apa nih ingin menemuiku, ada yang pentingkah.” Tanya Erlangga kepo menatap sang sahabat lekat-lekat. Lelaki yang ditanya justru diam menatapnya dengan seksama. Seperti mencari kebenaran yang sempat membuatnya dihinggapi keraguan.“Iya penting sekali," sahutnya singkat, lalu kembali diam."Tentang apa?""Maaf jika pertanyaan ku membuatmu tersinggung.""Kamu jangan berbelit-belit, katakan saja ada apa?""Aku dengar desas desus, katanya kamu menalak istrimu setelah akad. Benar itu,” tanya Daniel menatap tajam sahabatnya dengan pancaran ketidakpercayaan.“Tahu dari mana?”“Tidak penting aku tahu dari mana, kamu jawab saja.”“Iya.”“Kenapa? kenapa kamu secepat itu menalaknya."“Dia tidak pantas untukku. Hati siapa yang tidak terbakar emosi, seorang pria datang mengaku telah melewati malam yang panjang dengan Ela.”"Kamu langsung percaya?"“Tentu saja, yang jelas aku langsung menalaknya. Jika kamu ada diposisiku mungkin kamu akan melak

Bab terbaru

  • Ditalak Usai Akad   Part 84

    Lelaki itu akhirnya pergi juga meninggalkan kamar, meninggalkan Ela dengan degup jantung yang menderu. Bibir wanita itu kembali tersungging manis. Membayangkan tingkah agresifnya tadi sungguh membuatnya malu. Ia sungguh tak percaya, bisa melakukan hal yang sangat tabu untuknya. Wajahnya memerah, sontak ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.Setelah mengatur debar di dada, Ela mulai siap-siap seperti permintaan suaminya. Ia beranjak ke lemari, meraih kado dari Farah yang dulu hampir saja ia buang. Tapi setelah ia tahu kegunaan pakaian tipis menerawang itu, ia menyimpannya kembali di lemari. Kini ia berniat memakainya untuk menyenangkan sang suami. Yah, kini hatinya telah mantap, siap sempurna tanpa ada keraguan sedikitpun.Hampir 20 menit ia bersiap-siap dan menunggu kedatangan sang suami di kamar tepatnya di tempat tidur. Beberapa kali ia menguap, tapi sayangnya orang yang ditunggu tak kunjung datang. Ela menarik selimut hampir menutupi seluruh badannya. Ia belum siap menu

  • Ditalak Usai Akad   Part 83

    “Mas, kok berhenti, gak jadi masuk?” tanya Ela bingung. Wanita itu memindai area ruang keluarga, dan tatapannya melongo kaget, menyaksikan pertikaian antara kakak ipar dan suaminya.Bukannya menjawab pertanyaan Ela, Faiq justru berbisik di telinga sang istri. “Lihat itu, mereka lagi berantem. Kita dengarkan dari sini.”“Menguping pembicaraan orang diam-diam itu tidak baik Mas, apalagi mereka tengah berantem. Ayo kita keluar saja,” ajak Ela cepat seraya berbisik. Tangannya tak lupa menarik tangan sang suami dan mengajaknya keluar. Tapi sayang, Faiq tak bergerak dari posisinya. Ela menatap suaminya dengan perasaan kalut, takut ketahuan oleh kakak ipar dan suaminya.“Ayo Mas, tunggu apa lagi. Sebaiknya kita pergi sekarang,” pinta Ela memelas.Faiq mendekatkan bibir ke telinga sang istri lalu berbisik, “Ini kedua kalinya mereka berantem, aku harus tahu apa yang mereka debatkan.”“Tapi....”“Syut... Diamlah. Nanti kita ketahuan, bahaya!” pinta Faiq menutup mulut sang istri. Akhirnya Ela men

  • Ditalak Usai Akad   Part 82

    “Bunda,” ucapnya terbata-bata. Wanita itu lantas membuka pintu dan memintanya mamanya masuk ke dalam. Perempuan yang dipanggil bunda itu pun lantas masuk ke apartemen sang putri. Lalu mendaratkan bokongnya di kursi tunggal yang ada di sana. Matanya memindai area ruang keluarga yang tertata dengan rapi dan juga bersih. Meskipun rapi dan bersih, tetap saja tinggal sendiri itu tidak menyenangkan.“Betah kamu tinggal menyendiri di sini?”“Maksud bunda?”“Kamu jangan pura-pura tidak tahu apa maksud perkataan bunda.”“Menikah!! Itu yang ingin bunda katakan bukan?”“Iya, apalagi.”“Kapan kamu bisa memenuhi permintaan bunda, Nak? Kamu itu bukan ABG labil lagi. Kamu itu sudah kelewat dewasa.”Widuri tersentak kaget, ia sangat paham dengan maksud perkataan sang bunda, memang dirinya sudah kelewat dewasa, bahkan sebentar lagi usianya mencapai 29 tahun. Tapi mau bagaimana, lelaki yang ia sukai dari dulu bahkan sampai sekarang tidak berubah, namun tidak direstui oleh sang bunda hanya karena lelak

  • Ditalak Usai Akad   Part 81

    “Baiklah! Saya mengerti. Sebenarnya apa yang hendak kamu bicarakan?” tanya Widuri menatap lekat sang mantan. Dadanya sampai sekarang masih bergetar hebat, saat menatap lelaki di depannya itu. Rasa cinta itu semakin menancap dalam hati, meskipun tidak terlihat rasa rindu itu di mata Faiq. Tak membuat rasa cintanya padam, tapi terus saja menyala terang. Apalagi setelah melihat keberhasilan dan kesuksesan yang pria itu sandang sekarang menambah rasa kagum dan keinginan untuk memiliki lelaki itu sepenuhnya semakin tertancap kuat dalam dadanya. Terlebih setelah mendengar perkataan Ela, kalau Faiq belum menikah dan tidak punya wanita spesial. Ia berharap, dialah wanita yang mendampingi Faiq melewati fase kehidupan berumah tangga. Ia merasa, Faiq masih mengharapkannya, belum bisa move on, buktinya sampai sekarang Faiq masih betah menyendiri. Bisa seyakin itu Widuri memahaminya, padahal andai ia tahu, jika Faiq sudah memiliki wanita spesial yang bergelar istri, entah bagaimana perasaan per

  • Ditalak Usai Akad   Part 80

    “Ela, Maaf! Tadi gak bangunin kamu, soalnya tidurmu pulas banget,” ucap Faiq menyesal seraya mendaratkan bokongnya di kursi tak jauh dari Ela. Lelaki itu menatap sang istri yang tak menoleh sedikit pun padanya.Sebenarnya tadi Faiq ragu untuk masuk ke dalam ruang keluarga, ulahnya semalam yang pura-pura pingsan membuatnya enggan bertemu dengan Ela. Ia khawatir Ela mengetahui kepura-puraannya dan bisa saja wanita itu menceritakan kepada orang tuanya. Tapi bila tetap diam dan menunggu di luar juga akan membuat kedua orang tuanya pasti bertanya-tanya. Makanya Faiq memberanikan diri masuk bergabung dengan istri dan kedua orang tuanya. Ia tak hiraukan, meskipun nanti pandangan buruk yang dilayangkan Ela.“Tidak apa-apa Mas.” Jawab Ela singkat, setelah terdiam cukup lama. Itu pun karena tak enak pada kedua mertuanya, bila Ela menampakkan kekesalan di depan sang mertua. “Oh iya Mas, nanti kita jadi pergi menemui Bu Widuri?” tanya Ela memastikan. “Kalau jadi, aku mau siap-siap sekalian mau ka

  • Ditalak Usai Akad   Part 79

    “Bukan begitu, sekarang sudah terlalu larut. Bagaimana kalau besok saja,” ucap Faiq bernegosiasi. Lelaki itu bicara tanpa beban, seolah sang istri tidak marah dituduh tidak virgin.Bukan tanpa alasan Faiq menunda sampai besok, malam ini karena sudah terlalu malam dan ia juga dari tadi menguap terus, maka tercetuslah ide menunda malam pertama itu sampai besok pagi.Lelaki itu berusaha membujuk Ela, tapi sayangnya Ela sudah terlalu kesal. Akhirnya ia bicara dengan ketus. Bahkan terkesan mengancam. Ela jelas tak bisa terima begitu saja, di mana harga dirinya. Kehormatannya dipertanyakan.“Sekarang! Atau tidak sama sekali,” ancam Ela tak terima dicurigai tidak perawan oleh lelaki yang baru beberapa hari ini sah menjadi suaminya.Sebagai wanita yang selalu menjaga kehormatannya, jelas kecewa dibuatnya.Sakit hatinya dituduh tidak perawan apalagi oleh suami sendiri. Rasanya Ela ingin menjambak rambut lelaki itu untuk melampiaskan kekesalan hati, tapi ia tak punya keberanian melakukannya. Si

  • Ditalak Usai Akad   Part 78

    “Mas lupa, pernikahan kita kan masih menjadi rahasia, masa aku bongkar di depan dosenku sendiri. Mana mungkin?” kilah Ela masam dengan wajah memberengut kesal."Eh iya, benar juga. Maaf lupa?" cengir Faiq tak enak hati.“Terus dia percaya?”“Iya, dia percaya begitu saja. Saat itu aku juga heran, kenapa dia bisa seyakin itu pada orang yang baru dikenalnya. Bahkan dia bilang begini, kamu adik angkat Faiq di panti ya, dia mencoba menebaknya.”“Terus kamu jawab apa?”“Aku jawab dengan anggukan saja.”“Terus yang membuatku merasa aneh dan bingung, kok dia bisa langsung bilang begitu ya, makanya aku curiga ada hubungan tak biasa antara mas Faiq dengan Bu Widuri. Karena wanita itu seperti sangat mengenal diri mas Faiq. Itu baru pikiranku yang pendek itu mas, belum tentu benar. Makanya sekarang aku beranikan tanya.”“Kapan kalian ketemu?”“Waktu aku masih tinggal bersama Abi dan umi, mas Faiq jemput ke rumah terus mengantarku ke kampus. Waktu itu dia melihat mas Faiq berada dibalik kemudi.”

  • Ditalak Usai Akad   Part 77

    “Kamu belum jawab salamku, menjawab salam itu wajib, jika kamu lupa.” Ujar Faiq mengingatkan istrinya.“Waalaikumsalam,” sahut Ela cepat. Wanita itu masih tampak menetralkan napas yang memburu karena saking terkejutnya. Lalu mengulurkan tangan untuk Salim dengan suaminya.“Kamu kaget ya, sedang apa sih, asyik bener, hingga beberapa kali salamku tak kamu jawab.” Protes Faiq meletakkan tas berisi laptop dan map berisi berkas di meja samping tempat tidur. Lelaki itu menghempaskan bokong tepat di sebelah Ela.“Maaf Mas, aku tidak mendengar ucapan salammu.” Jawab Ela tak enak hati.“Tidak apa-apa, aku juga minta maaf telah membuatmu terkejut.”“Terus kenapa mas mengagetkan aku, coba bayangkan kalau aku jantungan dan mati, gimana coba?”“Maaf, maaf, janji tidak akan diulangi.” Ucap Faiq untuk kedua kalinya. “Kamu sedang apa sebenarnya? Kok sampai kaget gitu? Kamu tidak melakukan sesuatu hal yang mencurigakan bukan?”“Ya tidaklah Mas, biasa, aku lagi nulis,” bohong Ela. Padahal tadi dia seda

  • Ditalak Usai Akad   Part 76

    “Kamu kenal dengan lelaki muda itu,” tanya pak Handoko mendekati sang putra sambil tangannya menunjuk ke Faiq yang kini hanya kelihatan punggungnya saja.Sebenarnya dia penasaran, bagaimana bisa Faiq mengenal putranya, mereka tidak pernah ketemu secara langsung. Selama ini Erlangga juga tidak pernah menceritakan teman yang bernama Faiq. Makanya dari pada penasaran, mending dia tanya langsung pada Erlangga.“Kenal Pa, dia itu-kan Faiq. Suami baru Ela.”“Apa?” ucap Bu Waida dan pak Handoko tak percaya secara bersamaan karena saking terkejutnya. “Kapan mereka menikah, bukannya waktu itu calon suami barunya itu diculik sebelum akad nikah dilangsungkan.” Oceh Bu Waida tak percaya, karena dia masih berharap, dengan batalnya pernikahan itu, ia berharap masih ada harapan untuk Erlangga bersatu dengan mantan istrinya.Kini harapan wanita itu sirna seketika, ia tak menyangka pernikahan itu ternyata telah dilangsungkan. Kenapa ia tidak tahu mengenai perihal itu, kenapa juga Rosyida tidak mengund

DMCA.com Protection Status