Semua Bab Seranjang Dengan Duda Arogan : Bab 11 - Bab 20

161 Bab

Bab 11. Terikat Masa Lalu

"Pah, bulan depan aku ulang tahun. Boleh gak kalau pakai gaun yang sama dengan Tante cantik, nanti yang design gaunnya Tante cantik," ucap Syafana."Ana, Sayang. Kan biasanya pakai gaun yang ada di butik bude Saida, di sana gaunnya cantik-cantik Ana bisa pilih yang mana saja," ucap Salman."Tapi aku suka yang di gambar sama Tante cantik, Pah!" ucap Syafana.Salman menatap Kanaya dan menghela nafas singkat, lalu menggendong Syafana membawanya ke meja makan. Berharap Syafana melupakan permintaanya itu, karena jika Syafana dan Kanaya menggunakan gaun dengan motif yang sama saat ulang tahun pasti akan jadi pertanyaan banyak orang."Pah, boleh ga?" Syafana masih bertanya tentang gaun ulang tahun."Nanti kita bahas ya, sekarang makan dulu ya!" ucap Salman.Syafana menganggukan kepala lalu Salman menyendokkan nasi dan lauk pauk ke piring Syafana dengan penuh perhatian."Sayurnya jangan banyak-banyak," protes Syafana."Harus banyak, gizi yang masuk dalam tubuh kamu harus seimbang biar kamu se
Baca selengkapnya

Bab 12. Periksa kandungan

"Om, mau apa ke kamar ini?" tanya Kanaya terkejut dengan kedatangan Salman ke kamarnya."Gak usah takut, aku gak akan ngapa-ngapain kamu. Malam itu aku melakukannya di bawah pengaruh obat perangsang, kalau tidak ada obat itu dan dalam keadaan sadar seperti ini aku tak akan bernafsu melihat anak kecil seperti mu, kau bukan seleraku," ucap Salman dengan nada dingin.Kanaya bangkit dari tidurnya, lagi-lagi perkataan Salman tak sadar membuat hati Kanaya terluka. Wanita cantik itu bukan lagi anak kecil dia wanita dewasa dan memiliki pesona, tetapi perkataan Salman seolah mengatakan jika Kanaya sangat tidak menarik dan berharga."Lalu om mau apa malam-malam kesini?" tanya Kanaya."Aku tadi lupa memberitahu mu. Karena aku tidak ingin pernikahan ini diketahui orang-orang, jadi besok saat kau kerumah sakit hanya Samuel dan dokter kandungan yang boleh tahu aku adalah ayah dari bayi itu. Jangan sampai orang luar tahu!" Kanaya mengangguk lemah mendengar ucapan Salman, setelah mengatakan hal itu
Baca selengkapnya

Bab 13. Patah Hati

"Siapa yang hamil, Nay?" tanya Aslan.Kanaya diam seribu bahasa, ia menggenggam erat buku berwarna merah jambu berserta obat dan vitamin yang ia dapat dari dokter tadi. Andai ia tahu ada Aslan di rumah itu, mungkin buku dan obat itu akan ia simpan di dalam mobil terlebih dahulu.Kanaya tak mungkin mengatakan yang sesungguhnya karena Salman sudah melarangnya, tetapi Kanaya sangat terkejut ketika Aslan tiba-tiba meraih buku berwarna merah jambu tersebut."Ny Alifia K.A suami Salman Alfarizi, Nay apa kamu bisa jelaskan semua ini?" tanya Aslan terkejut membaca nama di sampul buku tersebut."Nay, apakah kamu sedang hamil dan om Salman yang menghamili mu?" Aslan terus memberondong Kanaya dengan pertanyaan yang sulit untuk Kanaya jawab.Kanaya menunduk sedangkan Aslan terus menatapnya dengan nanar, bagaimana mungkin wanita yang selalu ia kagumi dan ia kenal sangat baik serta tak mudah di dekati laki-laki hamil dengan pria yang usianya jauh di atasnya."Maaf Aslan aku ingin istirahat," ucap
Baca selengkapnya

Bab 14. Pertengkaran

"Apa kau sudah tidak menganggap aku sebagai kakak hingga kau menikah tanpa memberitahuku, Salman?" tanya Saida."Kakak tahu dari mana aku sudah menikah?" tanya Salman."Tidak penting tahu dari siapa, yang penting aku sudah tahu semuanya, bahkan aku tahu wanita ini sedang hamil anakmu!" ucap Saida.Salman dan Kanaya terkejut mendengar ucapan Saida, lalu mereka berjalan ke ruang tamu. Saida ingin menyidang Salman, sementara Kanaya menebak wanita paruh baya itu pasti tahu semua dari Aslan karena hanya Aslan yang mengetahui semuanya.Saida meminta Aslan mengajak Syafana bermain agar tak mendengar ucapan orang-orang dewasa yang berpotensi menjadi keributan."Salman, apapun alasanmu menikahinya tak pantas kau memperlakukannya seperti itu," ucap Saida."Seperti apa maksud kakak, kenapa Kakak datang dan langsung menghakimiku?" tanya Salman keheranan."Kau hanya menganggapnya sebagai baby sitter, kan?""Dari mana kakak tahu?""Aslan yang menceritakan semuanya padaku. Aku tak menyangka dunia be
Baca selengkapnya

Bab 15. Resah

"Kau tidak boleh menikah dengan Aslan meskipun sudah bercerai denganku," ucap Salman masih mencengkram dagu Kanaya "Kenapa?" tanya Kanaya."Dia keponakanku, aku tak ingin dia mendapatkan bekasku," ucap Salman."Bekas? Om menganggap aku seperti barang bekas?" tanya Kanaya dengan hati kembali teriris.Salman terdiam, perlahan tangannya melepas cengkraman di dagu Kanaya. Kata-kata yang keluar dari mulut Salman lagi-lagi menyakiti hati Kanaya, tanpa bicara apapun Kanaya keluar dari kamar tersebut sedangkan Salman duduk di ujung ranjang sambil menunduk."Mengapa aku tidak bisa mengontrol ucapanku di hadapan Kanaya? Mengapa selalu saja perkataan kasar yang aku lontarkan padanya?" gumam Salman tak mengerti dengan perasaannya sendiri.Kanaya kini berada di dalam kamarnya dan menatap pantulan dirinya di cermin, setiap kata yang diucapkan oleh suaminya membuat ia merasa menjadi wanita yang tak berharga."Serendah itukah aku di matamu, Om? Aku tidak tahu apa salahku, jelas-jelas aku di sini ada
Baca selengkapnya

Bab 16. Kedatangan Hani

"Aku sedang di sekolah Ana, Om. Tadi handphone aku tinggal di dalam mobil sementara aku menunggu Ana di depan gerbang sekolah," ucap Kanaya mengatakan hal sesungguhnya.Ini pertama kalinya Salman menghubungi nomor ponselnya, tetapi Kanaya begitu terkejut karena bukan hanya satu panggilan yang tak terjawab dari Salman melainkan puluhan."Jangan bohong!" ucap Salman dengan nada ketus di sebrang sambungan telepon.Kanaya yang sedang menyetir mobil pun mengalihkan panggilan suara menjadi Vidio call lalu ponselnya ia berikan pada Ana yang duduk di kursi sebelahnya."Hallo Papa," sapa Ana dengan suara cerianya."Hallo Ana, sedang dimana?" tanya Salman."Lagi jalan pulang dari sekolah, Pah. Papah gak sibuk hari ini, gak biasanya telepon Ana?" tanya Syafana."Ya pekerjaan Papa sedikit santai," jawab Salman berbohong padahal pekerjaannya banyak seperti biasanya."Ana apa di sana ada Om Aslan?" tanya Salman membuat Kanaya mengerutkan keningnya."Enggak ada, tadi pagi dia ke rumah, tapi pergi la
Baca selengkapnya

Bab 17. Usaha Kanaya

"Om, makan malam sudah siap," ucap Kanaya.Salman terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal, matanya memerah menatap Kanaya. Bagaimana bisa ia bermimpi bertemu dengan Hani lalu mendengar pesan yang tersirat dalam mimpi tersebut, di akhir mimpinya Kanaya datang membawa lentera dengan senyum yang sangat manis di susul dua anak yang berjalan menghampiri mereka."Maaf aku masuk dan mengganggu, tadi aku ketuk pintu dan panggil Om dari luar gak ada jawaban. Aku khawatir terjadi sesuatu jadi aku masuk, ternyata Om tidur," ucap Kanaya.Salman mengusap kasar wajahnya setelah cukup sadar jika Hani baru saja mendatanginya lewat mimpi, tetapi dia masih belum mengerti mengapa ada Kanaya juga hadir dalam mimpinya."Ya, aku ketiduran. Kau duluan saja ke meja makan, nanti aku menyusul," ucap Salman."Oke," jawab Kanaya singkat.Salman terus memandangi punggung Kanaya saat wanita itu melangkah keluar ruangan, ia menghela nafas dan beristigfar berkali-kali. Setelah merasa lebih tenang barul
Baca selengkapnya

Bab 18. Wanita Idaman

"Saya tidak bermaksud membuat kamu tersinggung dengan membahas masa lalu Salman, tapi ini mungkin saja hal yang bisa membuat Salman jatuh cinta dan membuka hati untuk kamu," ucap Saida."Tidak apa-apa, Tante. Katakan saja saya akan mendengarkannya," ucap Kanaya."Salman jatuh cinta pada Hani karena gadis itu tak pernah melepas hijabnya saat keluar rumah, ia wanita solehah yang taat beragama."Kanaya spontan memegang rambutnya, sejujurnya sejak dulu ia memang ada keinginan untuk mengenakan hijab sejak dulu. Namun, hatinya selalu saja mengatakan belum siap."Suara Hani saat mengaji sangat merdu, banyak laki-laki yang menginginkannya. Namun, Hani hanya memilih Salman sebagai suaminya," ucap Saida.Kanaya menganggukan kepalanya, kini ia tahu mengapa suaminya begitu sulit melupakan mantan istrinya itu. Hani sungguh wanita saleha yang sudah jarang di temui laki-laki di jaman modern seperti ini, benar-benar wanita idaman."Aku harus belajar banyak dari almarhumah, tapi bukan berarti aku haru
Baca selengkapnya

Bab 19. Mama Sambung

Karena banyak pekerjaan, hari ini Salman pulang ke rumah sedikit telat. Saat ia mengucap salam, tak ada seorang pun yang menjawab. Rumah terlihat dalam keadaan sepi, Salman pun mencari keberadaan Ana, tetapi Ana tak ada di kamarnya. Saat ia melihat ke kamar Kanaya pemandangan di hadapannya membuat ia terdiam sejenak."Dia mengajari Ana mengaji?" gumam Salman dalam hati.Beberapa orang yang pernah menjadi baby sitter Ana memang memiliki sikap baik, tetapi Kanaya bukan hanya baik, gadis itu tulus memperlakukan Ana seperti anaknya sendiri bahkan mengajarinya mengaji.Salman menutup pintu kamar itu lagi lalu berjalan ke kamarnya, ia melihat ada tumpukan baju yang sudah di siapkan Kanaya untuknya.Setelah selesai mandi dan beristirahat Salman pun berjalan menuju meja makan dan terlihat Kanaya dan Syafana sudah duduk di sana."Papa, kok pulangnya gak seperti biasa?" tanya Syafana."Iya, Papa lagi banyak kerjaan di kantor,' jawab Salman."Om, kapan pulang? aku gak tahu kalau Om sudah pulang
Baca selengkapnya

Bab 20. Penjelasan Syafana

Layu sebelum berkembang, mungkin itu pepatah yang pas untuk perasaan Kanaya. Ternyata meluluhkan hati seorang Salman tidaklah mudah, lelaki itu selalu saja memberi jarak bahkan menyakiti perasaan Kanaya dengan kata-katanya.Kanaya berjalan gontai menuju kamarnya dengan perasaan yang remuk redam, tak pernah terbayangkan olehnya selama ini akan menjalani pernikahan tanpa cinta seperti itu."Tuhan, jika dia bukan lelaki yang tepat untukku lalu mengapa kau hidupkan benihnya di rahimku? Aku bisa saja pergi meninggalkannya membawa hancurnya perasaanku, tapi apa bisa aku pergi meninggalkan buah hatiku sendiri saat perjanjian itu tiba?" ucap Kanaya yang kini sudah berada di dalam kamarnya.Kanaya tak pernah merasa selemah ini sebelumnya, hanya bisa menangis meratapi nasib yang begitu sulit setelah kehilangan ayahnya."Andai aku punya uang, aku akan berikan 2 milyar pada om Salman. Aku akan pergi membawa anak ini dan tak akan lagi menengok padanya, tapi jangankan 2 milyar, uang 1 juta pun aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status