Semua Bab BAJU ADIKKU DI RANJANG ISTRIKU: Bab 21 - Bab 30

87 Bab

BAB 21

"Kenapa masih di sini? Kamu gak budek kan? Pergi dari sini!" Tak puas Satria mengatakannya sekali. Mengusir lagi karna Haris masih diam di sini. Ayra meliriknya untuk jangan marah-marah. Satria hanya muak, lelaki itu tak tahu malu. Suka mengganggu datang tiba-tiba. "Kenapa? Nyesel? Gak guna. Waktu gak bisa diputar kembali." Haris mengepalkan tangan karna geram, namun tak menampik semua benar adanya. Satria menatapnya mencemooh. Tidak seperti dulu dia terus bicara menyudutkannya dan Ayra. Sekarang tak berkutik. "Ayra sudah menjadi milikku. Aku sudah mengajukkan gugatan cerai Ayra denganmu di pengadilan. Untuk mendapat akta cerai. Lalu aku bisa meresmikan pernikahan kami." "Aku tidak akan pernah datang ke pengadilan!" sahut Haris cepat. Semakin terbakar hatinya oleh kemenangan sang adik. "Bagus!" timpal Satria. "Seperti itu lebih baik. Pengadilan akan mengabulkan gugatan cerai Ayra secepatnya." Dengan begitu keputusan bisa diambil secara verstek atas ketidak hadirannya selama masa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-07
Baca selengkapnya

BAB 22

Haris hampir terjengkang didorong kencang Satria. Dia cepat berdiri tegap lagi tersenyum sinis. Betapa adiknya itu muntab dia sudah memeluk istrinya. "Jangan kurang ajar menyentuh Ayra!" Satria memperingati keras. Tidak mau melihat hal itu lagi. Dia kira Haris pria dewasa yang bisa menahan diri. Ternyata lebih kurang beradab darinya. "Ohh, ternyata kalian datang bersama ke sini? Tanpa seijinku." Dia tak menanggapi malah mempertanyakan kehadirannya di rumah ini. "Kami membawa Ibu pulang dari rumah sakit. Karna kamu tidak becus mengurusinya," balas Satria dengan kalimat menohok. Rasa geram masih kuat terasa, memicu kalimat itu terucap dari bibirnya. Ayra ada di belakangnya dengan perasaan dek-dekkan takut jadi ribut besar. Dia tidak menyangka Haris nekat memeluk."Aku punya bayi, aku juga bekerja bukan pengangguran sepertimu. Aku bukan tidak mengurusi Ibu tapi belum sempat."Satria maju selangkah hendak membalas lagi. Tapi Ayra mencegah. "Mas, sudah." Tisa menghampiri suaminya memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-08
Baca selengkapnya

BAB 23

"Satria sudah resmi menjadi anak Tuan Surya. Namanya sudah tercatat di kartu keluarga dia."Haris tercengang kedua kalinya mengetahui fakta baru. "Satria satu-satunya anak laki-laki Tuan Surya, dua anak lain dari istri pertamanya perempuan semua." Dan dia anak laki-laki satu-satunya? Mata Haris membelalak. Apa yang keluar dari bibir Marni jauh dengan apa yang dia harapkan. "Dua Kakak perempuannya sudah berkeluarga, mereka yang membantu mengelola perusahaan. Ibu mereka sudah meninggal beberapa tahun lalu." Marni membeberkan lebih banyak kebenaran. "Tuan Surya sudah berwasiat pada kuasa hukumnya tentang semua aset. Selain dua anak perempuan, Satria juga mendapatkannya."Haris limbung lagi mendengarnya, duduk lemas di kasur. Mendadak migrain kambuh nembuatnya memijit kepala. Bukannya mendapat kepuasan hatinya menjadi sesak. Ternyata ibunya banyak menyimpan rahasia Satria selama ini. "Ibu memang hanya dinikahi siri dan tidak lama berpisah. Tapi Tuan Surya menyayangi Satria." Marni be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya

BAB 24

Satria masih betah terus melakukannya, semakin menekan dalam. Dua pasang mata terus melihat dengan wajah yang begitu nelangsa, terutama Haris. Lemas jiwa raga dibuatnya. Hanya seperti itu tapi sudah mampu membuat hatinya tercabik-cabik. Sudah menjadi mantan hanya orang lain, tapi melihatnya tengah diperlakukan mesra oleh pasangannya sendiri rasanya sesakit ini. Bagaimana perasaan perempuan itu selama ini sudah bertahan saat dia membagi cinta dan raga untuk perempuan lain? Haris tak dapat membayangkan betapa menderitanya ia. Hanya seperti ini saja dirinya sudah sangat merana. Begitu terluka. Satria tahu mereka dari sudut matanya dan semakin menggila memanasinya. Haris mengepalkan erat tangan rasa ingin menghajar kembali. Namun, memilih pergi membawa sakit hati dan segala emosi. Tidak mau Ayra melihat betapa dia telah menderita. Tisa sama rasa ingin memaki. Tapi memilih menyusul suami. Mereka tidak jadi mengambil makanan. Terhalang dua sejoli yang tengah berciuman. "Sudah, Mas." Ay
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-10
Baca selengkapnya

BAB 25

Saat membuka mata, Ayra merasakan pelukan hangat Satria. Terdiam membiarkannya sembari mendengar lantunan adzan subuh yang begitu merdu di telinga. Membuat tentram hati. Seperti yang dilakukan suaminya ini. Satria bisa menahan diri walau ia tahu itu tidak mudah. Semalam dia menyuruhnya tidur lebih dulu sementara dirinya sendiri pergi ke ruang TV. Ayra pun mencoba tidur dengan sisa-sisa perasaan tak enak sudah menolak. Satria terusik merasakan sentuhan lantas membuka mata. Melihat sang istri sudah terjaga sedang memandangi atap sana sembari memegangi tangannya. "Gak apa-apa kan aku cuma meluk gini?" Sedikit tersentak Ayra saat dia tiba-tiba bicara seperti itu, kemudian menggeleng sembari meliriknya. "Aku mau solat, Mas." Suara adzan sudah selesai, selanjutnya terdengar pupujian lantunan shalawat. "Ya, Sayang, boleh." Satria menyingkirkan tangan dari perutnya melepas pelukkan. "Kalau Mas masih mengantuk tidur lagi saja." Dia tahu suaminya itu sehabis bergadang. Demi menenangkan di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-11
Baca selengkapnya

BAB 26

"Halah, kalian itu menumpang di rumahku. Gak usah belagu!" Sinis, Haris katakan karena kesal Satria melarang Ayra membuatkannya kopi. "Kami ke sini untuk Ibu. Harusnya kamu berterimakasih sama Ayra sudah membantu merawat Ibu kita. Kamu bukan siapa-siapanya lagi, jangan seenaknya padanya." Satria terus melindungi sang istri. Dia sendiri pun tidak suka menyuruh-nyuruh Ayra, perempuan itu melayaninya atas kemauan sendiri. "Tisa bisa membuatkan kopi. Bikin kopi nggak berat. Kamu bisa gantiin gendong bayinya dulu." Satria memberi saran. Bukannya tidak bisa tapi Tisa hanya malas. Pun dengan suaminya ingin enak sendiri. Ayra melirik suaminya itu. Entah kenapa, dia senang mendengarnya. Satria berpikiran lebih dewasa dan mengerti dari pada kakaknya sendiri. Apakah dia akan suka hati gantian menjaga dan mengasuh anak nanti? Ayra jadi membayangkannya. Dia pun ingin memiliki bayi, sangat ingin. "Nggak usah sok ngajarin, kamu!" Haris tidak menerima saran darinya dan Ayra terkesiap. "Sayang, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-12
Baca selengkapnya

BAB 27

Tuan Muda? Di perjalanan, Ayra memikirkan dua kata itu. Suaminya dipanggil tuan muda oleh Mbak Darmi. Dia meliriknya, apa mereka telah lama saling kenal? "Kenapa? Liatin aku kaya gitu." Satria menyadari tengah diperhatikan. Melihat padanya sementara tangannya piawai menyetir. Ayra segera berpaling ke depan. "Mbak Darmi itu sebenarnya siapa? Kamu sudah lama kenal sama dia, Mas?""Ohh, itu ... iya, sebenarnya dia salah satu pekerja di rumah Papa."Satria menyebut papa? Ayra menoleh padanya lagi. "Di rumah Ayahku maksudnya," ralatnya. "Mbak Darmi sudah lama kerja di sana. Pengen cepet-cepet ada yang bantu Ibu jadi aku membawanya.""Terus di sana?""Ada banyak pekerja yang lain kok."Banyak? "Maksudnya ART di rumah Tuan Surya Adi Wangsa, banyak begitu?" tanya Ayra selalu dibuat penasaran jadinya. Seluas apa rumahnya sampai mempunyai ART banyak? Dan pantas dia disebut tuan muda. Ternyata orang yang dia bawa salah satu pekerja di tempat sang ayah.Satria malah tersenyum, tertuju ke de
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

BAB 28

"Ibu hati-hati." Ayra membantu memegangi bahu Marni saat baru turun dari mobil. "Ibu tidak apa-apa, Ayra, sekarang Ibu lebih kuat." Dirinya baru selesai kontrol dari rumah sakit. Tidak hanya Darmi, tapi Ayra juga ikut menemani. Sekarang mereka sudah di rumah Haris lagi di antar taksi online. Ketiganya masuk. Marni duduk pada sofa. Darmi meletakkan kantong obatnya di meja "Saya ambilkan minum dulu, ya, Bu.""Sekalian untuk Ayra juga." Marni berpesan untuk menantu. "Tidak usah. Sebentar lagi Ayra pulang, Bu." Ayra menolak karna hanya singgah sebentar. "Sudah, tidak apa-apa, diam dulu di sini sebentar. Mbak ambilkan minum untuknya juga.""Baik, Bu." Darmi pun berlalu ke dapur. "Terimakasih, kamu sudah mau repot-repot nemenin Ibu cek up." Tulus Marni ucapkan pada menantu ke dua. Tadinya dia hanya akan berangkat dengan Darmi saja tapi Ayra pun ikut. Dia bahkan datang menjemput sudah memesan taksi online lebih dulu. Saat pulang dia yang memesankan lagi. "Ibu berterimakasihlah sama Mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-14
Baca selengkapnya

BAB 29

"Cuma sedikit meriang, Ayra. Tidak usah hawatir." Ayra tetap tidak tenang duduk resah. Meliriknya lagi dengan sudut mata. "Kamu belum makan, ya, Mas? Badan kamu jadi demam." Ayra kurang memperhatikan karna sibuk menata perasaannya yang tengah sensitif. "Sudah. Sedikit," jawab lelaki itu masih terpejam. Siang tadi masih baik-baik saja. Saat pulang sudah terasa tapi di hadapan Ayra mencoba terlihat biasa. Istrinya sedang sedih dia tidak mau menambah-nambah lagi. Namun, beranjak larut sakit makin tak tertahankan. Badan rasanya panas dingin, tenggorokkan gatal hingga terbatuk-batuk, kepala juga pusing. "Kamu kecapean, Mas. Dan telat makan." Ayra menyadari suaminya itu lebih sibuk kini. Bekerja dengan ayahnya. Hingga mungkin sampai kurang waktu memperhatikan diri sendiri. Kurang istirahat membuat badan drop. "Sekarang kamu makan lagi biar pun sedikit. Aku akan hangatkan sayur. Habis itu minum obat, ya, Mas?" Satria terdiam tapi juga tidak melarang. Ayra beranjak ke dapur menghangat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-15
Baca selengkapnya

BAB 30

Percintaan panas untuk pertama kalinya bagi dua insan yang sudah menikah itu selesai tepat ketika terdengar kumandang adzan subuh. Ayra lebih dulu meraih puncak rasa. Setelahnya lelaki itu menyusul mencapai kepuasan. Hangat terasa rahimnya setelah sekian lama kering. Napas keduanya masih terengah. Menghabiskan sisa-sisa kenikmatan bersenggama. Saling memandang dengan raut bahagia. "Terimakasih, Sayang." Tulus Satria sampaikan. Ayra sudah mau melayani. Membiarkannya meraih hak yang sudah seharusnya dia dapatkan tanpa syarat seperti kemarin. Ayra percaya dia bisa membereskan apa yang sudah diperbuat, dia takut dosa kalau terus menolak, juga karena terlena. Ternyata Ayra juga haus. Dia juga merindukan hal yang biasa dia dapatkan dulu. Kini memperoleh kembali dari suami kedua. "Sama-sama, Mas." Ayra sudah memasrahkan jiwa raga seutuhnya padanya. Wajah lelaki di atasnya itu tersenyum. "Aku puas." Wajah Ayra juga menyiratkan hal sama tanpa harus mengucapkannya. Lelaki itu mengecup bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status