Di tempat yang berbeda, langkahnya menaiki anak tangga mulai melambat. Jantungnya berdetak kencang, perasaannya kembali tidak menentu. Saat memejamkan mata, Gibran seolah merasakan kehadiran Humaira. Bahkan, dia mematung saat berada di depan pintu kamarnya dengan Humaira dulu.Kilasan kenangan bersama Humaira kembali melintas. Senyum itu, senyum yang selalu menyambutnya setiap pulang kerja, rasa lelahnya hilang seketika. Kini, senyum itu sudah tidak bisa ia lihat. Meski ada wanita dengan wajah serupa, tetapi mereka berbeda. Zahra tidak akan pernah bisa menjadi Humaira atau menggantinya.“Assalamualaikum,” ucap Gibran sambil membuka pelan pintu kamarnya dengan Humaira. Gibran merasakan dadanya begitu sesak saat pintu terbuka lebar. Matanya turut terpejam, ia tengah menghirup wangi parfum Humaira yang menyentak indera penciumannya. Sungguh, dia sangat merindukan perempuan itu. Tidak ada yang berubah atau berbeda dari kamar ini.“Humaira,” gumamnya memanggil nama sang istri dengan mata
Last Updated : 2024-01-10 Read more