Home / Romansa / Terpaksa Menjadi Sugar Babby / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Terpaksa Menjadi Sugar Babby: Chapter 71 - Chapter 80

116 Chapters

Topeng Mencurigakan

Ima, seorang pelayan yang bekerja di rumah Felix sedang membersihkan kamarnya. Kebetulan di rumah Felix setiap dua orang pelayan berada dalam satu kamar. Namun, saat dia akan membersihkan meja tak sengaja menyenggol plastik hitam. Ima yang penasaran pun membuka plastik itu, dan ternyata isinya sebuah topeng kulit. "Hah, topeng kulit? Ini punya siapa ya? Kenapa ada di sini?" lirih Ima dengan perasaan bertanya-tanya. "Apa ini punya Siti?"Tak lama Siti, teman sekamar Ima keluar dari kamar mandi. Lalu Ima menanyakan soal topeng itu. "Ti, ini punyamu atau bukan?" tanya Ima sambil memegang topeng itu.Seketika wajah Siti mendadak tegang dan gugup, saat melihat Ima menemukan topeng miliknya. Namun Siti seperti orang ketakutan."Topeng kulit? Aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Pasti bukan milikku," elak Siti dengan senyuman kaku dan gugup.Ima mengernyitkan dahi, seolah ragu dengan jawaban Siti. Apalagi saat melihat wajah temannya yang gugup saat Ima menanyakan soal topeng itu. "Serius?
Read more

Membunuh

Siti menutup mulutnya dengan tangan bergetar saat dia memukul kepala Ima dengan pas bunga. "Maafkan aku, Ima. Maafkan aku!" lirih Siti dengan panik. "Aku tak mungkin membiarkanmu mengatakan yang sebenarnya pada Tuan Felix. Jika itu terjadi, maka keluargaku dalam bahaya. Aku harus bagaimana ini?" bingung Siti saat melihat kepala Ima mengeluarkan darah.Siti merasa jantungnya berdegup kencang saat melihat Ima tergeletak tak sadar di depannya. Panik menyergapnya, dan pikiran Siti langsung bergejolak mencari cara untuk menyembunyikan tubuh lemas Ima tanpa diketahui orang lain. Rasa takut akan masalah yang akan menimpanya membuatnya semakin gelisah.Siti berusaha meredakan kecemasannya dan berpikir dengan cepat. Dia tahu bahwa dia harus bertindak segera sebelum ada yang melihat kejadian ini. Dalam kepanikan, dia mencari-cari tempat yang aman untuk menyembunyikan Ima. Pikirannya melayang ke sebuah gudang tua yang terletak di belakang tak jauh dari kamarnya."Aku harus segera menyembunyikan
Read more

Perlu Bicara

Felix duduk dengan tenang di samping tempat tidur Bella di ruang perawatan rumah sakit. Wajahnya penuh perhatian dan kekhawatiran, tidak bisa tidur sedangkan Bella tertidur lelap. Dia bertekad untuk terus menjaga Bella, tidak akan membiarkan seseorang mencelakainya lagi.Di dalam hati Felix, api kemarahan masih menyala. Dia tidak bisa melupakan apa yang telah terjadi pada Bella, bagaimana kejahatan telah menimpanya."Kamu harus menderita karena aku. Maafkan aku, sayang," lirih Felix. Felix merasa tanggung jawabnya sebagai pendamping Bella sangat besar. Dia harus melindungi dan menjaga Bella dari bahaya yang mungkin datang."Sabarlah, Bella. Aku akan selalu ada di sampingmu," gumam Felix dengan lembut, tangan yang penuh kasih menyentuh pipi Bella yang lembut. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjadi pelindung yang kuat bagi Bella, tidak peduli apa yang terjadi.Waktu berlalu, tetapi Felix tetap terjaga. Dia tidak ingin melepaskan pengawasannya pada Bella sedetik pun.
Read more

Curiga Pada Salma

Felix merasa tegang saat memasuki ruang kerja dan melihat Tuan Johnson duduk di sofa. Tatapan serius Tuan Johnson membuatnya semakin penasaran tentang alasan pemanggilan semalam. Felix duduk dengan hati yang berdebar-debar, siap mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Tuan Johnson."Papa, apa yang membuatmu memanggilku semalam? Ada hal penting yang ingin kamu sampaikan?" tanya Felix dengan wajah serius."Duduklah, Felix," kata Tuan Johnson dengan suara tegas namun penuh perhatian. Felix duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Tuan Johnson."Dalam beberapa minggu terakhir, aku telah menyelidiki kasus yang melibatkan Bella," ujar Tuan Johnson dengan nada serius. Felix terkejut mendengar pengakuan Tuan Johnson. Dia merasa campur aduk antara kekhawatiran dan kemarahan. Felix ingin tahu siapa pelaku sebenarnya."Aku telah menemukan bukti yang mengarah pada pelaku," lanjut Tuan Johnson. Felix menahan napasnya, ingin segera mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas penderitaan
Read more

Saksi

Polisi tiba di kediaman Felix untuk menangkap pelayan tersebut. Felix dengan cepat mengarahkan polisi ke kamar pelayan bernama Siti untuk menangkapnya dan membawanya ke kantor polisi. Namun, ketika mereka sampai di kamar Siti, mereka menemukan bahwa pelayan tersebut telah melarikan diri. Bahkan, baju-bajunya pun sudah tidak ada."Aaaghh, sial! kemana dia!" teriak Felix dengan marah.Felix merasa geram dan marah melihat pemandangan itu. Kemarahannya meledak dan dia melempar barang di sekitarnya dengan kemarahan yang tak terbendung."Bagaimana mungkin dia bisa kabur? Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya!" marah Felix dengan dada kembang kempis.Polisi yang melihat itu, berusaha menenangkan Felix. "Tenang, Pak Felix. Kami akan segera memburu dan menangkap pelayan tersebut. Kami tidak akan membiarkannya melarikan diri begitu saja."Felix mencoba menenangkan dirinya sendiri, tetapi rasa kecewa dan kemarahan masih memenuhi hatinya. Dia merasa frustrasi bahwa pelaku berhasil melari
Read more

Gara Gara Kau!!

Ima berbicara dengan suara yang lemah karena tubuhnya masih sangat lemas. Dia mengungkapkan kepada Felix dan polisi bahwa Siti, teman sekamarnya, adalah dalang di balik peristiwa meracuni Bella, istri Felix. "Tuan Felix, Pak polisi, Siti adalah dalang di balik semua ini. Dia yang meracuni Nyonya Bella. Aku ingin memberitahu Anda saat itu, Tuan, tapi dia memukul kepalaku dan aku pingsan. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa, dan saat aku sadar, aku sudah berada di rumah sakit," papar Ima dengan sendu.Ima sebenarnya sangat menyayangkan kejahatan Siti. Mereka sangat dekat semenjak kerja di rumah Felix, bahkan seperti saudara.Namun Ima tak menyangka jika Siti bisa sejahat itu, apalagi tega melukai dirinya. Ima sangat yakin jika Siti tak mungkin melakukan hal itu tanpa dasar. Ima sangat yakin jika ada yang menyuruhnya.Felix dan polisi terkejut mendengar pengakuan Ima. Mereka mendengarkan dengan seksama dan mencoba memproses informasi yang baru mereka terima."Tuan Felix, tolong jangan
Read more

Rancauan Yang Mengejutkan

Tuan Johnson menggebrak meja dengan tatapan tajamnya pada Salma. Felix yang melihat kemarahan sang papa hanya tersenyum miring, dia membiarkan Tuan Johnson, papanya, untuk memarahi Salma."Salma, apa yang kamu katakan sudah keterlaluan!" tegur Tuan Johnson dengan nada marah. "Tidak sepatutnya kamu menghakimi Bella dan pekerjaan di masa lalunya. Dia sudah berubah dan kamu harus menghargainya!"Salma hanya bisa diam menahan kesal, sebab papa mertuanya memarahi dirinya. Hatinya semakin dipenuhi rasa benci terhadap Bella. Dia merasa bahwa Bella adalah penyebab dari semua masalah yang terjadi dalam keluarga mereka."Bukan seperti itu, Pah. Hanya saja, aku merasa jika---""Tapi tak sepatutnya kamu bicara begitu. Kamu saja selama ini selalu mengabaikan anak dan cucuku, kenapa sekarang kau sok sokan perduli?" Tuan Johnson memotong ucapan Salma dengan marah.Felix mencoba menenangkan suasana. "Papa, tenanglah. Kita lagi di meja makan, banyak pelayan juga. Biarkan saja Salma, mungkin otaknya la
Read more

Kau Membunuh Adikku

"Apa!" kaget Bella.Tubuh Bella gemetar saat dia mendengar kata-kata mabuk yang keluar dari mulut Salma. Tangan Bella instingif menutup mulutnya, mencoba menahan kejutan dan kebingungan yang melanda dirinya. Matanya berembun, mencoba menahan kabut air mata yang ingin keluar.Kata-kata itu begitu menyakitkan, begitu tak terduga. Bella tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dia dengar. Dia tahu bahwa Salma sedang dalam pengaruh alkohol, tetapi kata-kata itu terasa seperti pukulan yang mematikan.Bella merasakan kemarahan membara di dalam dadanya. Dengan langkah-langkah yang gemetar, dia berjalan mendekati Salma yang tak sadar akan dampak kata-katanya. Hatinya penuh dengan rasa sakit dan amarah yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Tanpa ragu, Bella mengangkat tangannya dengan penuh kekuatan dan menampar wajah Salma dengan keras. Suara tamparan itu menggema di ruangan, menciptakan keheningan yang mencekam. Wajah Salma terpental ke samping akibat pukulan itu, meninggalkan bekas mera
Read more

Kemarahan Keluarga Felix

"Berhenti Bella," cegah Felix menahan tangan Bella.Dia tadi tak sengaja melewati kamar Salma, dan mendengar teriakan Bella. Felix tentu sangat terkejut, saat melihat Bella memegang pisau di tangannya.Bella merasa amarahnya meluap-luap saat Felix masih memegang tangannya dengan erat. Dia merasa tak bisa lagi menahan diri ketika memikirkan apa yang telah terjadi pada kedua adiknya. Dalam keadaan penuh kemarahan, Bella berteriak pada Felix, meminta agar dia melepaskan tangannya."Mas Felix, lepaskan tanganku!" seru Bella dengan nada yang penuh amarah. "Aku harus memberi pelajaran pada Salma! Dia telah membunuh kedua adikku!"Bella kembali mengayunkan pisaunya ke arah Salma.Namun, sebelum Bella bisa melancarkan niatnya, Felix dengan cepat meraih pisau yang ada di tangan Bella dan melemparkannya ke sembarang arah. Pisau itu mendarat dengan suara berdenting di lantai, menghancurkan keheningan yang ada.Bella terkejut dengan tindakan Felix. Dia bergetar dengan tangis dan kemarahan yang ta
Read more

Mengakui

Salma merasa marah dan kesal saat pipinya ditampar berulang kali oleh Mama Sally. Hatinya penuh dengan kebingungan dan ketidakpercayaan. Dia tidak mengerti mengapa semua orang begitu marah padanya. Salma menatap Mama Sally dengan mata berkaca-kaca, lalu bertanya dengan nada tinggi, "Apa salahku? Mengapa semua orang begitu marah padaku?" marahnya dengan sorot mata tak terima.Namun, sebelum Mama Sally bisa menjawab, Felix, mencengkram lengannya dengan kuat. Wajahnya penuh dengan kemarahan yang tak terkendali. Felix berbicara dengan suara yang tinggi, "Salma, kamu sendiri sudah mengakui kejahatanmu saat kamu sedang mabuk. Kamu mengaku telah membunuh kedua adik Bella." geramnya dengan nada tertahan.Mendengar kata-kata itu, Salma merasa dunianya hancur. Dia merasa seperti melayang di tengah kegelapan yang tak terbatas. Dia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal yang begitu bodoh? Bagaimana mungkin dia bisa membongkar kejahatanny
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status