"Sebentar Kang, saya telepon dulu." jawab Esih, lalu merogoh ponsel dari dalam saku dasternya.Kemudian, ia pun mulai melakukan panggilan di nomor ibu mertuanya.Tapi sayang, nomor bu Ratna dalam kondisi tidak bisa dihubungi.'Sial! Kenapa Ibu matikan handphonenya? Sengaja menghindar dariku, ya?' batinnya, memaki ibu mertuanya."Bagaimana bu Esih, apa bu Ratna sudah bisa dihubungi?" tanya Usep, mewakili Sadim.Esih menggeleng."Nomor Ibu tidak aktif." ucapnya, gemetar."Bu Esih sengaja mengulur waktu, ya?" Sadim menggebrak meja."Alasan saja menunggu bu Ratna, padahal yang sebenarnya sertifikatnya tidak ada, 'kan?" tanyanya, emosi."Tenang dulu, Kang. Kita keras pun percuma, kalau sertifikatnya memang tidak ada di sini." ujar Usep, berusaha menenangkan rekannya."Katakan pada kami, sebenarnya sertifikatnya ada pada siapa?" sentak Sadim, nyalang."Sumpah Kang, saya tidak bohong. Ibu yang mengambil sertifikatnya." ujar Esih, masih berusaha berkelit."Kalau betul sertifikat itu diambil bu R
Baca selengkapnya