Home / Romansa / Buncitnya Jenazah Kakakku / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Buncitnya Jenazah Kakakku: Chapter 101 - Chapter 110

112 Chapters

Bab 101: Penyesalan

Alis mengernyit, kelopak mata perlahan kubuka. Silau langsung menyentil mataku. Kembali aku menutup mata. Kurasakan kepala begitu terasa berat dan sakit. Beberapa detik kemudian, aku kembali membuka mata dan mengedarkan pandangan. Sebuah ruangan asing. Aku sedang terbaring di ranjang. Sebuah kamar sederhana dengan beberapa ranjang di sekitarnya. Di dinding penuh dengan aksesoris islami. Terdengar suara orang-orang mengaji di luar sana. Begitu sangat merdu. "Awww!" ringisku kala berusaha bangun. Aku memegang kepala. Terasa ada sesuatu yang membalut keningku. "Saya di mana?" Aku bertanya-tanya seraya berusaha bangkit berdiri. "Sakit!" ringisku kembali terduduk. Aku melihat pergelangan kakiku memerah. Pasti terkilir akibat kecelakaan tadi. Terdengar derap langkah dan suara seseorang mendekat. Lantas, disusul terbukanya pintu di arah kanan. Menampilkan beberapa gadis berpakaian gamis lengkap dengan hijabnya. Terlihat
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Bab 102: Berita Menghebohkan

Mobil pick up yang aku tumpangi berhenti di depan apartemen-ku. Ya, aku sudah kembali ke kota. Dengan menutupi kepala dengan kerudung, aku turun dari mobil sesaat sebelum berterima kasih pada Pak Anas, salah satu pengurus pesantren. "Misi, Mbak, bisa minta kunci cadangan kamar saya nggak? Yang kemarin hilang." Aku berujar pada resepsionis. "Owh, Nilfan, yah?" ucap wanita dengan rambut disanggul itu. "Iya, Mbak, saya." Aku menurunkan sedikit kerudung yang menutupi kepala. "Wahh, ke mana aja, Nil? Kemarin ada beberapa orang yang nyariin kamu,""Siapa?" Aku langsung bertanya cepat. "Enggak tau, Nil. Beberapa pria berbadan tegap gitu," terangnya. "Baiklah, Mbak, saya permisi ke atas dulu," pamitku pasca mendapat kunci kamar apartemen. Aku mengempaskan tubuh di ranjang seraya berpikir keras tentang siapa yang mencariku. Masih terus berpikir, aku kembali bangun dan menyalakan
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Bab 103: Iblis itu!

Suara desiran ombak sayup-sayup tertangkap indra pendengaran. Aku merasakan tubuh ini bergoyang-goyang seiring dengan desiran ombak. Perlahan aku membuka kelopak mata. Rasanya begitu berat untuk membuka kelopak mata saja. Pandangan yang masih memburam aku edarkan menyapu ruangan. Sebuah ruangan yang pengap, lembab, juga kekurangan pencahayaan. "Ini di mana?" lirihku. "Sudah, Bos. Gadis itu kami sudah bawa ke kapal. Tinggal tunggu perintah dari Bos saja. Apa yang akan dilakukan selanjutnya?"Samar-samar kudengar seseorang berseru di luar ruangan ini. Aku hendak bangun, tetapi kepala kembali berputar dan terasa berat. Kegelapan kembali menyelimutiku. ****"Kamu cantik …, seperti Naila."Dalam kondisi yang masih setengah sadar, aku merasakan sebuah tangan kasar membelai pipiku dan memuji diri ini. Suara orang itu terdengar familier. Aku berusaha membuka kelopak mata. Samar-samar aku menangkap wajah seseor
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

Bab 104: Dua Polisi yang Bekerja Sama

Terdengar sesuatu tercebur ke dalam air. Sambil menahan napas yang hampir habis, aku memaksa melihat hal tersebut. Seorang pria bermata elang segera berenang menghampiriku. Dia meraih tanganku yang yang hampir jatuh ke dasar laut. Meraih dan mendekapku. Lantas, mendekatkan bibirnya. Menyalurkan udara kepadaku. Mata ini sontak saja membulat mendapat serangan dadakan itu. Berpikir, Zhafran masih saja sempat-sempatnya modus dalam situasi seperti saat ini. Namun, sesaat setelahnya aku bersyukur dia ternyata datang menyelamatkanku. Dia kembali menjadi pahlawan untukku. Zhafran melepaskan bibir ini dan aku kembali berusaha menahan napas. Lantas, Zhafran segera menarik tubuhku naik ke atas. "Uhuk, uhuk, uhuk!" Aku terbatuk-batuk keras sambil memeluk erat leher Zhafran. Rasanya tenggorokan dan hidungku memerih. Belum juga rasa perih yang ada di keningku usai dihantam dinding kapal tadi. "Lo mau buat gue tiada apa?" dengkus Zhafran berusaha m
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

Bab 105: Berubah

Aroma antibiotik begitu menyengat menggelitik indra penciuman. Alisku mengernyit, ketika pandangan ini dipenuhi dengan ruangan bernuansa putih. Tangan meraba kening yang terasa memberat. Keningku dalam keadaan terbalut. Pandangan ini mengedar ke sekeliling. Ruangan ini seperti … rumah sakit. Perlahan aku bangkit dari ranjang yang begitu empuk. Untuk sesaat, kepalaku terasa berat. Namun, lambat laun, kepala ini terasa ringan. "Astaga, bajuku!" Aku menyilangkan tangan di dada. Bajuku yang basah kuyup akibat terjebur ke laut tadi, telah digantikan dengan baju rumah sakit. "Pasti para suster yang menggantinya," gumamku mencoba bepikir positif. Pasalnya, pikiranku kembali dikuasai oleh pria berandalan itu. Jangan sampai dia lagi yang mengganti bajuku. Aku menjatuhkan kaki ke lantai. Begitu dingin, terlebih aku yang tidak memakai alas apa pun. Ruangan ini begitu sepi. Tidak ada satu orang pun di sini. Sempat berharap tadi, Zhafran akan men
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Bab 106: Masalah Beruntun

Kilau mentari perlahan-lahan datang menembus kaca bening di samping kamar ini. Aku memilih untuk mencuci muka yang kusut. Tidurku semalam sangatlah tidak nyenyak. Semalaman aku berpikir bagaimana caranya agar mengembalikan uang Nyonya Arelia. Ingin melaporkan Zhafran-lah yang menabrak Ibu dulu, tapi aku tidak punya kemampuan untuk hal itu. Entahlah, kasihan juga sedikit segan. Zhafran sudah sangat banyak menolongku dari penjahat. Mana mungkin aku akan melaporkan dia. Ketika keluar dari kamar mandi, aku sedikit tertegun ketika melihat wanita paruh baya berpakaian sederhana datang ke kamar rawatku. Bi Inah. Dia datang kemari sepagi ini. Apakah sang Nyonya Besar itu tidak melarang? "Nilfan, bagaimana keadaanmu?" Bi Inah langsung memegang lenganku, memapah diri ini seperti aku pincang saja. Padahal hanya keningku yang tercedera, dan sekarang sudah lumayan membaik. "Alhamdulillah, baik, Bi." Aku mengangguk, lalu duduk di ranjang rumah sakit.
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Bab 107: Dilema

"Sialan!" Pak Sopir yang memakai kemeja biru itu mengumpat. Dia kesusahan untuk mengendalikan laju mobilnya. Sementara kami bertiga yang duduk di kursi penumpang, saling pandang ketakutan. Menyadari mobil siapa yang menyerempet taksi ini. Mobil Jaki. "Jalan terus, Pak. Mereka itu para perampok!" Angel mendesak sambil menepuk cepat bahu Pak Sopir. Aku menoleh ke belakang, terlihat di kejauhan sana beberapa kendaraan bermotor juga datang mendekat. Astaga … seaksi inikah nasibku sekarang? Harus kabur seperti seorang buronan. "Stop! Woy, stop!" Kaca mobil dipukul-pukul oleh salah satu pengendara bermotor. "Mereka tau dari mana sih, kalau kita ada di mobil ini?" Kesya sangat panik. "Kemungkinan besar sedari kita ninggalin klub malam tadi, mereka semua udah ngikutin kita." Angel menjawab sambil mengeluarkan sesuatu dari tas tangannya. Sebuah botol parfum. Lantas, menurunkan kaca mobil dan menyemprotkannya ke pengendara
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

Bab 108: Putar Haluan

Hari sudah menjelang malam, bunyi azan berkumandang merdu dari masjid sekitar. Aku memutuskan untuk menghadap sang Maha Pencipta terlebih dahulu, baru melanjutkan perjalanan ke apartemen Bryan. Setelah berpikir sejenak tadi, aku memutuskan untuk meminta perlindungan pada kepolisian saja, dan masih akan tetap berada di kota. Bekerja dan membayar utang-utangku. "Kalian nggak mau ikut sholat, Kes, El?" Aku menatap kedua sahabatku yang hanya berdiri jauh dari bangunan masjid. Sesekali Kesya menarik rok mininya agar menutupi paha putihnya. Dia terlihat risi datang ke tempat seperti ini dengan pakaian seksinya. "Nggak usah, lain kali aja kami, Nil." Angel menyahut, lalu menarik pergelangan tangan Kesya pergi duduk di warung bakso di seberang jalan.Aku mengembuskan napas panjang. Tidak apa, nanti aku akan usaha membujuk mereka untuk salat. Maklum, pasti mereka malu untuk menghadap Sang Maha Pencipta, seperti aku kemarin. Segera aku melaksan
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Bab 109: Tanggapan Orang-orang

Pekikan Erlin yang sebab kupelintir tangannya, mengundang beberapa pasang mata untuk melihat. Teman-teman Erlin hanya meringis melihat ketua geng mereka memerah wajahnya menahan rasa sakit yang kuberikan.“Kalau kamu berani bicara sembarangan lagi soal ibuku, saya patahkan tangan kurusmu ini!” Aku menyentak tangan Erlin, membuat wanita itu terempas menubruk para teman-temannya.Seorang ibu-ibu datang mendekat dengan mata mendelik tajam, dia ibunya Erlin. “Heh, Nilfan! Kamu baru pulang kampung, udah bikin ulah aja. Apa itu yang kamu pelajari selama di kota?!” Ucapan ibu itu disahuti beberapa orang tua lainnya. “Iya.” Aku menyahut santai, lalu membuang pandangan. Tidak ada gunanya meladeni mereka semua. Keadaan ibu jauh lebih penting sekarang. **“Asalamualaikum.” Aku mengetuk pintu rumah. Lantas, menerobos masuk. Andy sudah mengirimkan pesan sebelumnya, bahwa rumah ibu tidak dikunci. Andy menungguku pulang d
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Bab 110: Iblis itu Kembali

Iblis itu, dia yang mengakibatkan tewas dan hancurnya hidup Kak Naila ada di sini. Dia muncul dari balik pintu dengan senyuman sinis yang menjijikkan. Bersama Jaki dan beberapa pria bertubuh tegap khas seorang bouncer. “Apa kabar, Nilfan?” Pak Burhan mendekat. Sementara anak buah Jaki menutup pintu. Aku menelan ludah susah payah, takut mereka sampai menyakiti Ibu. Pandangan ini menoleh ke Angel, hatiku terasa diremas mengetahui para iblis ini dia yang membawanya. Pantasan saja dia meminta alamat rumahku tempo hari. “Maafin gue, Nil. Ketika kami nyari pekerjaan di mall-mall, kami ditangkap sama anak buah Jaki. Mereka nyandra Kesya.” Lirihnya menatapku dengan mata basah. “Gue nggak ada pilihan lain buat nyelametin hidup Kesya.”Aku termenung mendengar penjelasannya. “Terus, sekarang gimana keadaan Kesya?” tanyaku turut prihatin. “Dia sekarang disekap di gudang klub.” Angel menatapku dengan mata basah. Terjawab sudah keanehan y
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status