Semua Bab Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin: Bab 41 - Bab 50

52 Bab

Bab 40 Kejutan Lain

"Mila! Kamila! Tunggu, Mil!" Andika berusaha menghentikan langkah cepat Senja. Ia menahan lengan perempuan yang nafasnya sudah kembang kempis itu. Di lorong apartemen hampir menggapai lift, Senja berhenti."Mau apa kamu?! Mengelak? Aku nggak b*ta, An."Senja saling berhadapan dan menatap tajam ke arah Andika yang sedikit bersalah. Namun, laki-laki itu segera mencari alibi."Kamu tinggal seatap dengan lelaki lain. Bagaimana denganku? Aku laki-laki normal. Jelas aku cemburu calon tunanganku bersama lelaki lain. Siapa yang menjamin dia tidak menyentuhmu, huh? Bib1r ini..." Andika mengulurkan tangannya dengan lancang. Namun, Senja segera menepis tangan itu. Tatapan nyalang masih mengarah pada lelaki yang pernah menjadi tunangannya itu."Ckkk. Jangan sentuh aku!" pekiknya."Pasti sudah ternod4 tangan lelaki itu." "Aku selalu menjaga apa yang berharga kelak untuk suamiku. Tapi apa yang kudapat? Kamu malah bersama perempuan lain berbagi kamar.""Selama ini kamu selalu menolak aku s3ntuh. A
Baca selengkapnya

Bab 42 Baik-baik saja

"Mas, meetingnya dipercepat nggak bisa, ya?" Lagi, Senja menawar waktu luang suaminya. Perempuan yang menyandar di kursi kemudi itu memejamkan mata.Terdengar suara tangisan di seberang sana."Nggak bisa, Ja. Ini urgen.""Tapi ada suara tangisan. Mas di mana, sih?" tanya Senja sambil menegakkan tubuh. Pandangan mengedar ek arah resto hotel. Benar saja, Adam sudah masuk menemui perempuan yang sedang menenangkan bayinya."Mas di rumah makan. Itu suara bayi pengunjung. Sudah dulu, ya. Nanti kita sambung lagi malam. Umi abi datang ke rumah siang ini trus menginap di hotel. Jadi kamu nggak harus menginap di rumah Mama Alea.""Hmm." "Ja, kamu baik-baik saja, kan?""Hmm.""Senja.""Ya. Aku baik-baik saja."Senja tiba-tiba merasa mal4s menanggapi suaminya. Ia pun bergegas menutup panggilannya. Setitik cairan bening tanpa izin menetes membasahi pipi. Ia keluar dari mobil berniat memastikan siapa yang bersama suaminya. Melangkah pasti dan penuh hati-hati, akhirnya Senja bisa melihat dengan je
Baca selengkapnya

Bab 43 Semalam Denganmu

"Habis ini Mbak mau kemana?""Mbak istirahat di sini dulu, Lang. Kamu tolong bawa mobilnya pulang ke rumah.""Ke rumah Mbak?" tanya Galang ragu."Nggak. Nanti Mbak menyusul ke rumah Mama.""Mbak nggak pulang? Mbak sudah pamit Mas Adam?""Hmm, sudah." Senja menghela napas panjang lalu menghembuskannya kasar."Mbak ada masalah sama Mas Adam?" tanya Galang dengan raut wajah ragu."Biasa Lang, masalah kerjaan. Mbak mau diskusi sama Pak Adam tapi belum ada kesempatan. Nanti lah Mbak coba hubungi kolega lain dulu.""Ya, Mbak. Kalau ada apa-apa aku siap bantu.""Makasih, Lang. Kamu memang adik yang bisa diandalkan." Senja memeluk adiknya sembarangan. Reflek ia mengaduh karena bahunya tersenggol Galang."Ough.""Mbak!""Nggak apa-apa. Nanti Mbak minta tolong Papa obati kalau sudah sampai rumah.""Yakin nggak mau pulang bareng?" "Nanti saja, Mbak menyusul.""Kalau gitu berobat ke klinim dekat sini saja. Nanti keburu nyeri kalau nunggu pulang.""Ya, nanti Mbak ke klinik."Galang akhirnya mengal
Baca selengkapnya

Bab 44 Wanita Spesial

Bab 44 Wanita Spesial"Pak Adam kapan datang?" tanya Senja seraya berbisik saat sudah duduk di sebelah suaminya. Adam mengerutkan dahi mendengar panggilan Senja padanya berubah."Kapan datang?" ulang Senja sedikit kesal karena tidak segera dijawab."Senja buruan sarapan. Papa sama Mama mau berangkat dulu. Kalian selesaikan sarapannya ya.""Iya, Ma," sahut Adam diikuti Senja. Kini di meja makan tinggal ada dua orang yang terdiam. Mereka menikmati sepiring nasgor spesial buatan Papa Irsyad."Kamu....""Ough." Senja m3mekik saat tangan Adam menyentuh bahunya yang sakit."Kenapa, Ja?""Nggak papa, hanya sedikit cidera." Raut wajah Adam berubah khawatir. Ia meletakkan sendok di tangan lalu duduk menghadap Senja."Kamu kemana semalam? Kenapa tidak pulang?" tanya Adam dengan wajah serius. Tatapan tajamnya menyelami manik mata Senja membuat gadis itu beringsut. Memilih fokus dengan nasgornya, Senja tidak tahan ditatap seperti itu. "Saya ada pekerjaan yang harus diselesaikan." Senja mencoba b
Baca selengkapnya

Bab 45 Rindu itu Berat

Di dalam kereta jurusan Tugu-Gubeng, Senja hanya melamun. Pikirannya tertuju pada Adam. Suaminya bertemu lagi dengan masa lalunya. "Ah, aku kenapa lagi. Harusnya aku fokus memikirkan perusahaan. Bukan malah memikirkan mereka berdua." Senja berusaha menghibur diri. Ia tidak mau gara-gara masalah cinta perusahaan turun temurun milik keluarga hancur. "Sudahlah yang penting aku sudah meninggalkan pesan dan cincin itu di laci. Belum tentu Pak Adam menemukannya juga. Mungkin dia nggak begitu mempedulikan kalaupun aku cerita tentang perjanjian itu. Pasti dia semakin semangat kembali berhubungan dengan Mbak Reva." Lima jam perjalanan akhirnya Senja sampai di stasiun Gubeng. Siang hari yang terik tidak menyurutkan semangatnya menginjakkan kaki di kota pahlawan ini. "Semangat Senja. Kamu pasti bisa." Menghirup udara kota Surabaya, Senja akan memulai petualangan barunya. Dari stasiun, ia naik taksi menuju alamat perusahaan yang diberikan oleh Restu. Sampai di depan sebuah gedung bertingkat
Baca selengkapnya

Bab 46 Pacar atau Suami?

"Pak. Apa mobilnya sudah siap?" tanya seorang perempuan dengan pakaian modis berhijab. "Siap, Bu. Itu dia mobilnya," seru satpam. Senja mengikuti arah pandang lelaki paruh baya itu ke perempuan tadi. "Ndre tolong handel kerjaan yang di kantor dulu. Saya harus meeting dengan klien." "Siap, Bu Sekar." Senja m3mbelalak sempurna saat percakapan itu tertangkap indera pendengarannya. "Bu Sekar?" Senja menoleh lalu mencari sumber suara tadi. "Hah, Andre? Eh apa itu Bu Sekar." Senja kelabakan melihat Andre suami sahabatnya ada di sini. Antara ingin mengejar Andre atau Bu Sekar, ia bimbang. "Duh, gimana nih?" "Hmm, tunggu, Bu." "Maaf, Mbak. Jangan sembarangan mendekat! Itu bos besar perusahaan ini," cegah seorang satpam yang tadi melayani Senja. Brukk. "Ough." "Maaf, Mbak." Satpam sedikit merasa bersalah karena Senja terpeleset. Lelaki itu segera membantu berdiri karena tidak enak terlihat buruk di mata bosnya. "Hufh. Untung bukan bahuku yang membentur lantai," keluh Senja. Ia meno
Baca selengkapnya

Bab 47 Ketemu

Seminggu berlalu, pagi-pagi sekali Senja sudah berangkat menuju kantor Sekar. Ia menginap di hotel tak jauh dari kantor. Padahal Sekar sudah menawarinya menginap. Senja merasa belum akrab, alhasil hanya mengiyakan kalau masa tinggal di hotel telah habis. "Andre!" Senja sudah sampai di kantor Sekar karena permintaan bos besar itu sendiri. "Hah, aku nggak salah lihat?" Andre mengucek matanya dengan salah satu tangan. Sementara tangan lain memegang berkas. "Ini Senja, Ndre." "Astaga! Kamu beneran Senja? Kok kamu bisa sampai sini, Ja?" "Ishh, sini aku yang harusnya tanya kenapa kamu bida di sini, Ndre?" "Aku memang pindah ke sini sudah tiga bulan, Ja." "Apa?! Fifi juga?" Senja menarik lengan Andre lalu celingukan mencari tempat duduk yang nyaman. "Sini lho kalau mau ngobrol. Memangnya kamu sudah hafal tempat-temapat di sini?" celetuk Andre. Senja hanya meringis. Dia terlalu pede dan tidak ingat kalau sedang di perusahaan orang. "Kamu pindah sama Fifi nggak kasih kabar sih, Ndre. A
Baca selengkapnya

Bab 48 Tak Disangka

"Fifi?! Kanget tahu, nggak? Kenapa nggak bilang kalau pindah ke sini, sih?" Senja berlari lalu mem3luk tubuh Fifi. Ia tidak pernah berubah. Dilihat oleh Fifi, sahabatnya itu masih saja sama seperti saat kuliah. Suka teriak heboh sendiri. "Udah nyer0cosnya? Kayak kereta aja," sahut Fifi sambil bersungut. Senja melepas p3lukannya sambil terkikik geli. "Lagian kamu nih nggak ada kabarnya." "Yeay, siapa yang ga ada kabar. Nggak kebalik? Kamu kan yang super sibuk. Sejak jadi bos, lupa deh sama sahabat sendiri," cibir Fifi. Keduanya berjalan menuju ruang tunggu stasiun. Sebab kedatangan orang tua Fifi untuk menjenguk cucu sekaligus liburan masih sejam lagi. "Sini, ceritakan tentang kabarmu! Katanya mau nikah? Kapan? Jangan-jangan udah ya? Sejak terakhir ketemu Pak Adam di restoran, aku sudah nggak dapat kabarmu lagi, Ja. Gimana hubungan kalian?" "Nih, gini nih. Tadi aja ngatain aku myerocos kayak kereta. Giliran nanya, kamu juga nggak ada jedanya sama sekali, Fi." Fifi terbahak disusul
Baca selengkapnya

Bab 49 Apes

"Ya Rabb, kenapa harus ketemu dia di rumah ini?" "Sudah pulang, Pa." Suara Sekar terdengar di telinga Senja yang masih mematung. "Senja, ini Mas Ardian suamiku. Yang ini Adam Syailendra adikku." "Hah, Adik?" Senja membatin sambil mengerutkan dahi. Ia juga mengerjapkan mata berulang, berharap itu hanya mimpi." "Kenapa jadi Pak Adam adik Mbak Sekar? Lalu Andika? Gawat, nih." "Yuk, masuk, Dam. Mbak kenalin kolega dari Yogya. Ada Senja sama Andika." "Ma, diajak duduk dulu lah. Adam dari tadi suntuk tuh. Kelaparan kayaknya. Papa ajak makan nggak mau," celetuk Ardi. Senja hanya bisa menelan ludahnya kala tatapan tajam Adam mengarah padanya. Sedetik kemudian ia justru tidak menggubris ucapan Sekar. Memilih duduk di Sofa, Adam bersikap tak acuh pada Senja maupun Andika. "Lho ternyata Pak Adam adiknya Mbak Sekar, ya? Dunia ini sempit sekali," ucap Andika santai. Namun tidak dengan Senja yang ketar-ketir sedari tadi. Ia berharap Andika tidak membuat rencana kerja samanya dengan Sekar gat
Baca selengkapnya

Bab 50 Maafkan

"Ough. Sakit, Ja! Kenapa kamu pukul suamimu?!" "Hah?! Pak Adam?" Senja syok mendapati Adam yang ada di kamarnya. Namun, kesadarannya langsung pulih dengan ekspresi marah dan berkacak pinggang. "Pak Adam sengaja menakuti saya?! Kenapa masuk ke kamar ini diam-diam?" Adam yang terjungkal ke lantai karena tak siap dilawan Senja hanya bisa mengaduh. Ia berdiri lalu mengusap bagian tubuhnya yang sakit. "Kamu gimana sih, Ja. Suami sendiri malah dih4jar gini? Untung kamu nggak nendang...." Belum selesai Adam mengucap, Senja sudah terkikik geli sambil memegang perutnya. Namun, beberapa detik kemudian wajahnya berubah datar lagi. "Mau apa kemari? Bukannya Pak Adam udah balikan sama mantan?!" ucapnya seraya mendecis. Ia pun mendaratkan pant*tnya ke r4njang. "Maksud kamu apa, Ja?" "Kenapa Pak Adam tanya sama saya? Tanya saja pada diri sendiri." Lagi, Senja masih berbicara dengan nada ketus. Hal itu membuat Adam semakin tak mengerti. "Sebentar, Ja! Jangan bilang kalau kamu selama ini salah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status