Semua Bab Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin: Bab 1 - Bab 10

52 Bab

Bab 1 Terima Nasib

"Maaf Senja, saya sudah terhitung retired hari ini. Jadi, kamu akan dibimbing oleh dosen yang baru.""Apa?! Pak Pur jangan bercanda. Nasib saya gimana tanpa Bapak," rengek Senja dengan suara khas cemprengnya. "Lho kamu kan sudah saya kasih tahu seminggu yang lalu.""Tapi, Pak Pur nggak bilang kalau mau pensiun.""Ya, saya hanya bilang selesaikan draft akhir, Ja. Biar saya koreksi secepatnya. Tapi kamu menyiakan kesempatan. Terima saja dosen baru yang akan menggantikan."Bahu Senja melorot. Semalam ia benar-benar lembur ngeprint draft final skripsinya untuk diserahkan kepada Pak Pur. Namun, harapan yang membubung tingga kini terhempas. Apa jadinya jika ia harus ganti dosen pembimbing. Jelas, ia harus menerangkan sedari awal pada dosen yang baru."Pak Pur nggak ada kasian sama saya? Gimana nasib saya, Pak. Belum tentu dosen yang baru langsung menyetujui draft saya untuk diajukan ke sidang.""Itu tugas kamu, Ja. Sekalian belajar buat persiapan sidang. Sudah ya, saya keburu ketinggalan p
Baca selengkapnya

Bab 2 Jodoh

"Hai, Senja. Kenapa muka kamu manyun? Tadi aja sumringah. Nggak biasanya habis ketemu Pak Pur begini," Fifi menegur Senja yang masih menahan kesal pada Adam."Kesel tahu, nggak? Jangan memancing emosiku, Fi!"Dua gadis yang kerap bersama-sama kemana-mana itu sedang duduk di gazebo taman kampus. Suasana kampus swasta ternama di Bandung itu terlihat tenang karena bersamaan dengan ujian tengah semester. Fifi baru saja lulus, sedangkan Senja entah gimana nasibnya ke depan belum diketahui rimbanya. Harapan lulus semester ini pun tertunda karena harus ganti dosen pembimbing. Bukan ia tidak pintar, malah saking pintarnya ia kalah cepat dengan Fifi. Sebab ia terlalu sibuk mengurus bisnis yang dibangunnya. Dan tentunya tidak mudah seperti apa yang dipikirkannya."Ayolah, Ja! Kamu kan tinggal nunggu ACC saja dari Pak Pur. Aku yakin kita bisa wisuda bareng. Jangan patah semangat gitu dong!""Apanya yang wisuda bareng. Pak Pur tega nelantarin aku, Fi.""Hah, nelantarin gimana?""Ya nelantarin. P
Baca selengkapnya

Bab 3 Part Time

"Ganteng juga dosbing barumu, Ja."Sepeninggal Adam, Fifi tidak berhenti memuji-muji pelaki itu. Alih-alih menenangkan justru Fifi terus menggoda Senja. Gadis itu hanya bersungut karena ucapan Adam masih terngiang di telinganya."Ishh, kamu jangan bikin aku tambah kesel, Fi.""Haha, iya maaf."Drrt, dering ponsel di tas Senja menyapa telinga."Duh, Seno. Kenapa saat seperti ini malah muncul.""Siapa, Ja?""Stt, Seno." Senja meletakkan telunjuknya ke bibir."Halo, Sen.""Senja! Kapan kamu mau bayar utangnya? Ini sudah lewat seminggu dari jatuh tempo. Ingat bunganya bakal berlipat. Jangan sampai bos besar marah." Ucapan dari seberang membuat Senja terhenyak."Iya, Sen. Tenang aja, aku bakal bayar utangku." Setelah panggilan ditutup, Senja menyandarkan kepalanya ke pinggiran gazebo."Ada apa, Ja? Seno lagi?" Senja mengangguk dengan wajah gusar. Fifi sudah bisa menangkap raut sahabatnya kurang bagus."Andre kemana, Fi? Aku mau tambah jam part time. Aku perlu ambil shift malam." Ucapan Sen
Baca selengkapnya

Bab 4 Parfum

"Ini pesanannya, Nona. Silakan diminum!""Terima kasih," ucap perempuan itu dengan senyum masam setelah mendapat penolakan dari si lelaki.Senja hendak pergi. Namun begitu lelaki itu menoleh, ia terperanjat setelah melihat wajahnya. Ia masih memegang nampan dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan membetulkan rok selututnya."Hah, kenapa lelaki itu ada di sini." Ya, lelaki itu adalah Adam--dosen pembimbingnya yang baru menggantikan Pak Pram. Tatapan keduanya saling mengunci. Senja hanya tertegun dan menelan salivanya. Ia segera memutus kontak, karena teringat topeng yang menyembunyikan identitasnya."Ayo, Sayang. Minum dulu!" Suara manja Reva--kekasih Adam masih terdengar oleh Senja."Moga aja Pak Adam nggak ngenalin aku, hufh. Jadi, perempuan seksi itu pacarnya? Ternyata beliau suka datang ke tempat beginian," gumam Senja sambil berjalan menuju meja bar."Ada masalah?""Eh enggak, Ndre. Tadi barusan anter ke pengunjung di pojok itu." Andre menangkap wajah Senja berubah tidak secer
Baca selengkapnya

Bab 5 Syok

"Tunggu!" Senja berhenti dengan posisi memunggungi Adam. Lelaki itu mencoba menghirup kembali aroma parfum yang menguar di hidungnya. Lalu syarafnya mengirimkan ke otak dan merespon seperti pernah mengenali parfum itu."Sepertinya kita pernah bertemu Nona."Senja menarik napas panjang. Berusaha menetralkan debaran jantungnya yang masih bertalu, ia menoleh ke belakang."Maaf, Tuan salah kira. Saya baru pertama kerja di sini.""Sela. Tolong layani pelanggan di depan ya, tambah ramai nih!" seru teman Senja. Kedua perempuan bertopeng itu berlalu meninggalkan Adam yang termangu. Entah kenapa begitu mencium aroma parfum segar tadi, benaknya terlintas wajah mahasiswanya yang ditemui tadi siang. Siapa lagi kalau bukan Senja."Ckk. Apa-apaan ini, kenapa aku malah teringat gadis itu." Adam membuang napasnya kasar. Ia segera kembali ke tempat duduknya tadi."Adam, kamu kemana aja? Aku nyari-nyari tadi. Lho perut kamu kenapa?" Reva dengan suara manjanya terlihat begitu mengkhawatirkan Adam. Perem
Baca selengkapnya

Bab 6 Hampir Saja

"Kamu kenapa, Ja?" Fifi sudah menghentikan langkah Senja yang terseok menuju arah kantin."Ada masalah lagi dengan Seno?" Senja menggeleng. Raut mukanya masih suram."Sama Pak Adam?""Huaaah, tahu nggak sih, Fi. Ini ulah beliau. Bikin kesel. Nambah kerjaan, kan. Mana nanti malam disuruh ngerjainnya. Besok ketemu beliau lagi." Senja memghentakkan kaki sambil pura-pura menangis di depan Fifi. Sahabatnya yang sudah hafal sifat Senja hanya menggelengkan kepala."Bagus, kan?" celetuknya."Apa?! Kamu bilang bagus? Bagus dari mana?" ucap Senja tidak terima."Ya baguslah Pak Adam ngelakuin itu. Berarti kamu disuruh revisi segera biar cepat sidang.""Lalu apa ini? Coretannya banyak sekali. Mana sempat aku revisi dalam semalam.""Iya sih, Pak Adam tega juga ya? Melebihi Pak Pram," lirih Fifi. Ia tidak mau membuat Senja tambah kesal.Senja meletakkan berkas skripsinya di meja. Ia sudah meletakkan kepala di atas dua tangannya yang bersedekap di meja. Menatap Fifi yang kebingungan mau menghiburnya
Baca selengkapnya

Bab 7 Ketahuan

"Ya Rabb, kenapa Pak Adam ke sini lagi. Hobi banget sih berduaan di tempat beginian. Nggak ngerti apa memang orangnya mudah dikibulin sih. Jelas-jelas kalau malam hari ceweknya gandengan sama lelaki lain, hufh." Senja membetulkan topeng yang dipakainya untuk menghilangkan kecanggungan. Ia sudah menggumam sendiri tak jelas sambil menuju meja bar."Pesan apa, Dam? Biar pelayan tambahkan.""Biar aku ke sana pesan sendiri. Kamu tunggu di sini, Rev." Reva mengangguk. Ia menikmati musik yang sudah mulai membuat hasr*t berjogetnya mencuat. Ia pun tidak melewatkan kesempatan untuk bergabung dengan para pengunjung yang sudah berjoget lebih dulu.Sementara itu, Adam mengikuti langkah Senja yang terlihat seperti menghindari dirinya."Mbak, saya mau nambah pesanan teman.""Huh, teman. Kekasih kok bilangnya teman. Lelaki memang suka begitu ya biar nggak kelihatan sudah sold out," gerutu Senja. Entah kenapa ia malah kesal dengan sikap Adam yang berbohong."Maaf, Tuan bisa menambahkan di sini. Teman
Baca selengkapnya

Bab 8 Calon Istri

Senja kelabakan mendengar ucapan Adam. Ia memang ceroboh tidak membaca lagi draft yang sudah di print. Ia bermaksud mengambil draft yang sedang dipegang Adam. Namun, dosennya itu tidak berniat melepaskan draftnya. Satu tangan kiri Adam justru menarik tangan kanan Senja."Tanganmu sudah diobati semalam?"Senja tertegun mendengar ucapan Adam. Hampir saja ia tersedak ludahnya sendiri. Matanya sudah tidak berani menatap lawan bicaranya. Segera ia menunduk lalu mengambil dengan cepat berkasnya. Beruntung dosennya sudah tidak memegangnya dengan erat. Sebab satu tangannya melepaskan draftnya."Maaf, Pak Adam membicarakan apa, ya?" Senja mencoba pura-pura tidak mengerti. Namun, kening Adam justru bertaut dan bibirpun tertarik sedikit ke samping."Ckk, gadis ini masih mau berkilah.""Sudahlah, Ja. Buat apa kamu bekerja di kafe itu malam-malam, huh? Saya jelas bisa mengenali gadis bertopeng tadi malam. Kamu harusnya menyelesaikan kuliahmu, bukan malah nyambi di sana. Kamu tahu kan di tempat itu
Baca selengkapnya

Bab 9 Ceroboh

"Yang benar saja, Bapak sudah nekat. Ngapain juga saya harus pura-pura? Kan sudah ada Nona Reva. Lagian berbihing sama orang tua dosa, Pak. Saya nggak mau kena getahnya.""Reva belum siap, jadi kamu yang menggantikan.""TIDAK!""IYA!""Saya nggak mau Pak Adam yang terhormat.""Saya nggak terima penolakan. Tiga hari tiga malam segera beri jawaban atau saya carikan dosbing lain.""Ckk, dasar pemaksa."*****Sejak pertemuan dengan dosennya di kampus siang itu, Senja tidak tenang. Bayangan kelulusan yang terhambat selalu menghantui. Ini sudah dua hari yang berarti tinggal sehari dari batas yang diberikan Adam."Aku harus gimana, Fi? Buruk nih, buruk nasibku ganti dosbing." Berkali-kali Senja memukul meja di kantin. Fifi hanya mengulas senyum. Dengan sabar ia menunggu Senja melampiaskan emosinya."Fi, jangan cuma senyum dong. Bantuin aku mikir.""Lha gimana? Aku juga ga punya uang pribadi yang banyak, Ja. Gimana kalau kamu terima saja tawaran Pak Adam. Lagian cuma pura-pura juga." Fifi sebe
Baca selengkapnya

Bab 10 Bos Ganteng

"Fi, di mana kamu?"Senja sudah sampai di sebuah bangunan gedung tinggi. Katanya kantor baru tempat Fifi kerja. Ia masih menunggu pesan singkat yang belum dibalas sahabatnya.Ting."Masuk aja, Ja! Parkirkan motorku di tempat yang pas. Jangan sembarangan parkir!"Melihat pesan balasan dari Fifi membuat Senja tergelak. Ia menahan tawa, tentu saja menertawakan dirinya sendiri. Suka ceroboh memarkirkan motor temannya saat di kampus atau di manapun."Stop! Stop dulu, Mbak!""Ah iya, maaf, Pak.""Mbak ada perlu ke kantor ini?" tanya satpam dengan muka serius. Senja yang tadinya kaget lantas mengobral senyum."Eh, itu, Pak. Saya ingin melamar kerja.""Maaf di sini nggak ada lowongan kerja, Mbak. Dua minggu yang lalu sudah ditutup lowongannya. Malahan udah ada yang masuk kerja karyawan yang diterima." Ungkapan satpam membuat Senja mengerutkan kening. "Bapak nggak bohong sama saya, kan?" ujar Senja sambil memainkan telunjuknya di depan wajah."Lha, mana mungkin saya berbohong. Itu coba baca p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status