Semua Bab Pendekar Bertongkat Menuju Puncak: Bab 81 - Bab 90
123 Bab
Bab 81. Sosok yang Menyerupai
Hutan di sepanjang jalan, danau dan perbukitan lengkap dengan pepohonan asing. Tempat ini benar-benar aneh, sekilas terlihat langit di atas namun kenyatannya itu bukanlah langit pada umumnya. Mengabaikan Qingchen, keduanya kembali melanjutkan perjalanan guna mencari jalan keluar sendiri. Terhitung beberapa menit mereka menemukan sebuah jalan di balik semak-semak yang bertumbuh lebat.Wajah girang terlukis, seakan itu adalah jalan keluar namun kenyatannya bukan. Itu adalah jalan menuju ke lorong panjang dalam gua. "Astaga, mau sampai kapan kita harus menghadapi gua? Aku sudah muak melihat warna coklat," gerutu Wu Shi. "Tapi ini sedikit berbeda Wu Shi! Gua ini tidak sepenuhnya jalan kosong dan bertanah atau berbatu!" seru Hao Yun yang paling bersemangat berpetualang. "Ha, dasar. Aku tidak bisa sesemangat itu kalau aku sendiri tidak pernah mendapati tempat seaneh ini." Ini kenyataan, di masa depan Wu Shi sama sekali tidak ingat ada tempat seaneh ini, namun meski begitu ia sedang beru
Baca selengkapnya
Bab 82. Dinding Cermin Kebenaran
Dinding Cermin Kebenaran. Fakta mengenai tempat itu diketahui oleh Wu Shi di masa depan, di mana dirinya mendengar setengah percakapan di antara para pendekar muda soal itu. Seperti yang disebutkan, Dinding Cermin Kebenaran memiliki arti bahwa cerminan diri mereka akan muncul di balik dinding air dan mereka semua adalah bentuk atau wujud dari kebenaran diri sendiri. Baik lemah maupun kuat tidak ada bedanya di hadapan cerminan diri sendiri sebab siapa pun orangnya akan kesulitan bila melawan dirinya sendiri. Wu Shi dengar jika tidak bisa atau kalah menghadapi cerminan maka yang asli akan mati di tempat. "Duh, merepotkan." Wu Shi menggerutu. Ia menjaga jarak agar aman dari jangkauan serang cerminan itu namun percuma, cerminan itu malah mendekat setiap kali Wu Shi melangkah mundur."Dalam kondisi seperti ini aku tidak bisa mengalahkannya. Tapi jika tidak mengalahkannya maka kemungkinan besar yang dikatakan oleh mereka saat itu akan jadi kenyataan."Sebenarnya Wu Shi dan Hao Yun tidakl
Baca selengkapnya
Bab 83. Musuh Alami
"Kenapa aku tidak kepikiran tentang titik butaku sendiri ya? Ah, dasar. Aku memang lambat berpikir dan hanya pandai bicara saja," gerutu Wu Shi. Memanfaatkan jarak dekat di antara mereka, Wu Shi melompat ke samping dan menyerang di titik buta dalam hitungan detik. Cerminan itu bahkan sulit bereaksi pada perubahan posisi Wu Shi yang tiba-tiba itu. Sehingga Wu Shi dapat menyerangnya sekali lagi dengan serangan fatal di bagian pinggang. SYAATT!Sayatan keras dengan tebasan cepat, membuat otot pinggang robek dan mengucurkan darah segar. Sungguh realistis sekali. "Wah, mengerikan sekali. Padahal cuman cerminan bukan manusia asli. Terlebih dia keluar dari balik dinding, mungkin saja dia terbuat dari air," pikir Wu Shi. Berharap ini akan segera berakhir, tapi tidak sepenuhnya. Ketika Wu Shi lengah hanya karena berhasil mendaratkan serangan fatal, ia tiba-tiba saja terdorong mundur hingga menabrak dinding air yang beku. DUAKKK!Punggungnya menghantam keras hingga membuat sekujur tubuh t
Baca selengkapnya
Bab 84. Qingchen yang Sebenarnya
Dinding Cermin Kebenaran telah ditaklukan. Wu Shi dan Hao Yun sama-sama memenangkan pertarungannya sendiri. Keduanya terluka cukup parah hanya karena melawan diri sendiri. Memang musuh terberat adalah diri sendiri. "Hao Yun, ada hal yang ingin aku katakan tentang tempat ini.""Ada apa? Wajahmu terlihat serius sekali."Wu Shi diam sejenak sambil melihat keadaan sekitar, memastikan takkan ada yang menganggu mereka lagi. "Ya. Ini Gua Abadi. Lalu tempat ini adalah Dinding Cermin Kebenaran. Sesuai yang disebut, tempat ini akan mengungkapkan kebenaran tentang diri kita sendiri. Mulai dari penampilan, kekuatan, kebiasaan dan lain sebagainya.""Itu aku juga tahu." Wu Shi mengangguk lantas menyentuh genangan air di bawahnya. Kemudian berkata, "Aku pernah dengar dari seseorang, tempat ini adalah latihan untuk para murid Perguruan.""Yang benar saja? Tempat seperti neraka ini?" tanya Hao Yun tidak percaya."Iya. Aku serius, Hao Yun. Dan aku cukup yakin ada jalan keluarnya," ucap Wu Shi. Riak
Baca selengkapnya
Bab 85. Perbedaan Pendapat
Terungkap sudah jati diri asli Qingchen yang katanya terjebak di sini selama 6 bulan. Mantan anggota Tulang Naga. Kenyataan tersebut membuat Wu Shi dan Hao Yun sangatlah terkejut sampai sulit bereaksi seperti apa selain amarah yang telah lama dipendam."Seharusnya sejak awal aku tidak usah percaya.""Hao Yun! Dia sudah bukan anggota kelompok itu lagi!" pekik Wu Shi mengingatkan. "Aku tahu. Tapi tetap saja kalau dia dulunya bersama mereka maka itu artinya dia juga terlibat dalam pembantaian klan-ku," kata Hao Yun.Hao Yun terus menggertakkan giginya, mengatakan semua hal yang ingin ia katakan. Semua hal yang ada dalam pikirannya dan membuat amarah Hao Yun terus melunjak. "Hanya kelompok kalian lah yang tidak bisa aku maafkan," imbuh Hao Yun."Ya benar. Dari awal kita berdua memiliki pendapat yang berbeda. Buat apa berdebat seperti ini jika hasilnya percuma saja. Tapi tolong bersikap dewasa, Hao Yun." Qingchen menyahut. Qingchen memang lebih dewasa, usianya jauh lebih tua dari mereka
Baca selengkapnya
Bab 86. Jalan Keluar
Qingchen, lelaki berusia 30 tahunan itu memiliki seorang adik perempuan yang sakit-sakitan. Sebelumnya ia mengaku datang kemari guna mencari obat untuk adiknya namun itu hanya separuh benar saja. Adiknya memang sakit tapi alasan ia berada di sini karena alasan yang berbeda. Qingchen merupakan anggota bawahan Tulang Naga, saat ia ketahuan membunuh seseorang yang penting di wilayah kultus, Qingchen ditangkap lalu dijatuhi hukuman. Sehingga ia terpaksa berada di Gua Abadi. Setahu Wu Shi, Gua Abadi adalah tempat untuk pelatihan para murid perguruan namun entah mengapa saat ini menjadi tempat untuk mengurung penjahat. Tergantung sudut pandang, benar atau tidaknya fakta tentang semua yang ingin ia lakukan atau pernah dilakukan, Qingchen mwmang orang yang patut dicurigai sejak awal. Hao Yun sedari awal mencurigainya, sehingga tak pernah mau bila harus bekerja sama dengannya untuk keluar dari tempat ini. Ia mementingkan ego sebab ia takut bila terjadi hal buruk bila Qingchen keluar dari t
Baca selengkapnya
Bab 87. Kekecewaan Qingchen
Pagi menjelang siang hari. Cuaca tidak begitu terasa panas ataupun dingin. Lelaki berpakaian serba dedaunan berjalan menyusuri hutan. Ia memetik sebuah tanaman obat yang hidup di sana, sambil tersenyum ia memikirkan adik perempuannya yang mungkin akan tersenyum juga nanti saat ia datang."Dia pasti senang. Aku mungkin akan pulang tapi juga tidak," pikir Qingchen lantas menyimpan tanaman itu ke tumpukan daun hijau.Segera ia kembali ke tempat, di mana jalan keluar berada. Terlihat sosok lelaki bertangan buntung terpental jauh setelah mendekati gerbang. Ia tersungkur jatuh dengan merasa sakit di sekujur tubuh. Wu Shi sudah tidak berdaya setelah mencobanya berulang kali. Qingchen pun menghela napas, sudah lama mengira bahwa inilah yang akan terjadi. "Berhentilah sebelum kau terluka parah lagi. Sepertinya bocah satu ini memang mudah lupa dengan semua lukanya ya?" sindir Qingchen pada Wu Shi. Wu Shi tertawa, namun ia sadar kalau terus dicoba seperti tadi pasti tidak akan berhasil. Entah
Baca selengkapnya
Bab 88. Terbebas
Wu Shi dan Hao Yun dapat menginjakkan kaki secara bersamaan tuk menaiki anak tangga dan menuju jalan keluar namun akan tetapi Qingchen sepertinya tidak bisa. Meskipun dibantu oleh mereka pun tetap saja tidak bisa.Hukuman Qingchen yang membuatnya berada di sini, terus terikat entah sampai kapan. Qingchen sendiri tidak tahu dan ia merasa sangat kecewa karena tidak dapat keluar dari tempat ini. "Ini mengecewakan. Tapi setidaknya aku bisa meminta tolong pada kalian," ucap Qingchen. Ia menyodorkan seikat genggam tanaman obat langka yang memiliki dan pendek dan kuncup bunga berwarna putih. Qingchen sengaja memberikannya pada Wu Shi agar itu sampai ke tangan adiknya. "Sebelumnya aku pernah bilang, aku ingin mencari obat untuk adikku. Dan itu benar, aku tidak berbohong. Jadi tolong aku untuk memberikan ini padanya," pinta Qingchen. Dengan senang hati Wu Shi menerimanya. Sambil menjawab, "Kau bilang dia ada di tempat penginapan teman lamamu. Apa itu benar?" tanya Wu Shi memastikan."Iya,
Baca selengkapnya
Bab 89. Bertemu Istri Masa Depan
Kota kecil di bagian wilayah tenggara. Tempat yang tidak mewah namun juga tidak sederhana. Kota ini sendiri sangatlah istimewa bagi Wu Shi sebab di sinilah tempat tinggal istri masa depannya—Chang Juan.Ditambah lagi tempat tujuan mereka di sini adalah tempat di mana adik Qingchen tinggal juga. Bisa dibilang keberuntungan ada pada mereka.Kedua pemuda itu yang sudah melakukan penjelajahan di gua pasti sangatlah lelah namun mereka kembali bersemangat saat mulai menemukan makanan dan pakaian."Ini melegakan!" seru Wu Shi kian bersemangat."Jangan terlalu bersemangat, Wu Shi! Ingat lukamu! Setelah memilih pakaian, kita akan pergi menemui tabib!" pekik Hao Yun sambil mengejar Wu Shi yang berlari. "Iya, aku mengerti!" Sudah seminggu lewat mereka menjelajahi setiap tempat dalam Gua Abadi. Begitu keluar rasanya seperti telah dibebaskan, seakan malaikat turun sebagai penyelamat. Baik Wu Shi maupun Hao Yun, dua-duanya merasa sangat bahagia."Bagaimana dengan keadaan lukamu, Wu Shi?" "Aku ba
Baca selengkapnya
Bab 90. Penginapan I
Awalnya ia tidak menyadarinya. Sekadar membantu karena memiliki suatu firasat kecil dan jadilah seperti ini. Seorang wanita berambut hitam lurus dengan jepit khas berbentuk kelinci yang terbuat dari pahatan kayu. Pakaiannya yang sederhana namun terlihat istimewa jika dipakai oleh wanita secantik Chang Juan.Mata yang bulat dan sama hitamnya. Postur tubuh yang pendek imut membuat gemas. Cara ia memandang seolah begitu sinis pada setiap orang, tapi ia tahu Chang Juan tak bermaksud begitu.Wu Shi tercekat diam sambil menatapnya gugup. Seolah ini kali pertamanya bertemu, padahal tidak juga. Bertemu calon istri lebih awal mungkin tidak terduga namun ia sudah sadar tujuannya pergi ini membuat ia dapat bertemu dengannya."Itu ...," Sementara wanita ini kebingungan walau hanya sesaat, ia lantas berfokus pada kantung yang sudah berada di tangan Wu Shi saat ini. "Istriku," ucap Wu Shi tanpa sadar. Ia menyebutnya secara tiba-tiba saking ia rindu.Seketika dua insan itu terkejut diam dalam ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status