Qingchen, lelaki berusia 30 tahunan itu memiliki seorang adik perempuan yang sakit-sakitan. Sebelumnya ia mengaku datang kemari guna mencari obat untuk adiknya namun itu hanya separuh benar saja. Adiknya memang sakit tapi alasan ia berada di sini karena alasan yang berbeda. Qingchen merupakan anggota bawahan Tulang Naga, saat ia ketahuan membunuh seseorang yang penting di wilayah kultus, Qingchen ditangkap lalu dijatuhi hukuman. Sehingga ia terpaksa berada di Gua Abadi. Setahu Wu Shi, Gua Abadi adalah tempat untuk pelatihan para murid perguruan namun entah mengapa saat ini menjadi tempat untuk mengurung penjahat. Tergantung sudut pandang, benar atau tidaknya fakta tentang semua yang ingin ia lakukan atau pernah dilakukan, Qingchen mwmang orang yang patut dicurigai sejak awal. Hao Yun sedari awal mencurigainya, sehingga tak pernah mau bila harus bekerja sama dengannya untuk keluar dari tempat ini. Ia mementingkan ego sebab ia takut bila terjadi hal buruk bila Qingchen keluar dari t
Pagi menjelang siang hari. Cuaca tidak begitu terasa panas ataupun dingin. Lelaki berpakaian serba dedaunan berjalan menyusuri hutan. Ia memetik sebuah tanaman obat yang hidup di sana, sambil tersenyum ia memikirkan adik perempuannya yang mungkin akan tersenyum juga nanti saat ia datang."Dia pasti senang. Aku mungkin akan pulang tapi juga tidak," pikir Qingchen lantas menyimpan tanaman itu ke tumpukan daun hijau.Segera ia kembali ke tempat, di mana jalan keluar berada. Terlihat sosok lelaki bertangan buntung terpental jauh setelah mendekati gerbang. Ia tersungkur jatuh dengan merasa sakit di sekujur tubuh. Wu Shi sudah tidak berdaya setelah mencobanya berulang kali. Qingchen pun menghela napas, sudah lama mengira bahwa inilah yang akan terjadi. "Berhentilah sebelum kau terluka parah lagi. Sepertinya bocah satu ini memang mudah lupa dengan semua lukanya ya?" sindir Qingchen pada Wu Shi. Wu Shi tertawa, namun ia sadar kalau terus dicoba seperti tadi pasti tidak akan berhasil. Entah
Wu Shi dan Hao Yun dapat menginjakkan kaki secara bersamaan tuk menaiki anak tangga dan menuju jalan keluar namun akan tetapi Qingchen sepertinya tidak bisa. Meskipun dibantu oleh mereka pun tetap saja tidak bisa.Hukuman Qingchen yang membuatnya berada di sini, terus terikat entah sampai kapan. Qingchen sendiri tidak tahu dan ia merasa sangat kecewa karena tidak dapat keluar dari tempat ini. "Ini mengecewakan. Tapi setidaknya aku bisa meminta tolong pada kalian," ucap Qingchen. Ia menyodorkan seikat genggam tanaman obat langka yang memiliki dan pendek dan kuncup bunga berwarna putih. Qingchen sengaja memberikannya pada Wu Shi agar itu sampai ke tangan adiknya. "Sebelumnya aku pernah bilang, aku ingin mencari obat untuk adikku. Dan itu benar, aku tidak berbohong. Jadi tolong aku untuk memberikan ini padanya," pinta Qingchen. Dengan senang hati Wu Shi menerimanya. Sambil menjawab, "Kau bilang dia ada di tempat penginapan teman lamamu. Apa itu benar?" tanya Wu Shi memastikan."Iya,
Kota kecil di bagian wilayah tenggara. Tempat yang tidak mewah namun juga tidak sederhana. Kota ini sendiri sangatlah istimewa bagi Wu Shi sebab di sinilah tempat tinggal istri masa depannya—Chang Juan.Ditambah lagi tempat tujuan mereka di sini adalah tempat di mana adik Qingchen tinggal juga. Bisa dibilang keberuntungan ada pada mereka.Kedua pemuda itu yang sudah melakukan penjelajahan di gua pasti sangatlah lelah namun mereka kembali bersemangat saat mulai menemukan makanan dan pakaian."Ini melegakan!" seru Wu Shi kian bersemangat."Jangan terlalu bersemangat, Wu Shi! Ingat lukamu! Setelah memilih pakaian, kita akan pergi menemui tabib!" pekik Hao Yun sambil mengejar Wu Shi yang berlari. "Iya, aku mengerti!" Sudah seminggu lewat mereka menjelajahi setiap tempat dalam Gua Abadi. Begitu keluar rasanya seperti telah dibebaskan, seakan malaikat turun sebagai penyelamat. Baik Wu Shi maupun Hao Yun, dua-duanya merasa sangat bahagia."Bagaimana dengan keadaan lukamu, Wu Shi?" "Aku ba
Awalnya ia tidak menyadarinya. Sekadar membantu karena memiliki suatu firasat kecil dan jadilah seperti ini. Seorang wanita berambut hitam lurus dengan jepit khas berbentuk kelinci yang terbuat dari pahatan kayu. Pakaiannya yang sederhana namun terlihat istimewa jika dipakai oleh wanita secantik Chang Juan.Mata yang bulat dan sama hitamnya. Postur tubuh yang pendek imut membuat gemas. Cara ia memandang seolah begitu sinis pada setiap orang, tapi ia tahu Chang Juan tak bermaksud begitu.Wu Shi tercekat diam sambil menatapnya gugup. Seolah ini kali pertamanya bertemu, padahal tidak juga. Bertemu calon istri lebih awal mungkin tidak terduga namun ia sudah sadar tujuannya pergi ini membuat ia dapat bertemu dengannya."Itu ...," Sementara wanita ini kebingungan walau hanya sesaat, ia lantas berfokus pada kantung yang sudah berada di tangan Wu Shi saat ini. "Istriku," ucap Wu Shi tanpa sadar. Ia menyebutnya secara tiba-tiba saking ia rindu.Seketika dua insan itu terkejut diam dalam ke
Di penginapan Tongsheng, terlihat seorang wanita terburu-buru masuk ke dalam penginapan, lekas ia membuka setiap pintu ruang di lantai bawah.BRAK!Hingga sampailah ia ke ruangan Wu Shi berada. Begitu pintu dibuka olehnya secara kasar tanpa sengaja, kedua orang yang ada di dalamnya pun terkejut. Reflek, keduanya menoleh ke belakang dan menatap Chang Juan di sana."Chang Juan?" Wu Shi memanggil. "Hei, bodoh! Kenapa malah memanggil namanya, bukannya kau seharusnya berpura-pura tidak mengenal dia?" sahut Hao Yun, ia dibuat panik karenanya. Sedangkan Wu Shi sendiri tidak peduli akan hal itu. Ia mengambil dan mengunyah makanan itu lagi sembari menatap Hao Yun dengan dahi mengerut."Astaga," ucap Chang Juan terkejut. Akibat kelelahan, kedua kaki itu tak lagi kuat tuk menopang tubuhnya, Chang Juan pun terduduk di tempat dengan lemas. Tanpa berbasa-basi Wu Shi yang terkejut lekas menghampiri dan membantunya berdiri."Kamu kelelahan. Apa yang kamu lakukan sebenarnya?" tanya Wu Shi, mengulur
"Terima kasih, paman Tongsheng.""Ya. Sama-sama." Di penginapan ini, adalah salah satunya yang pasti ada adiknya Qingchen. Namun sebelum itu Hao Yun sempat meminta sebuah informasi mengenai kultus putih yang sekarang, di dalam gulungan itulah terdapat banyak informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui pergerakan Tulang Naga. Meski tidak begitu berharap dari itu, namun Wu Shi merasa itu sudah cukup. Setidaknya itu diperlukan sebelum bertemu dengan adik Qincheng."Tuan-tuan, saya undur diri terlebih dahulu. Terima kasih telah membantu saya sebelum ini," ucap Chang Juan menundukkan kepala lantas pergi. Tidak lama pemilik penginapan pun juga tuk menyelesaikan kesibukannya saat ini. "Apa dia benar-benar istrimu di masa depan?" tanya Hao Yun. "Tentu saja. Dia memang wanita yang sekilas terlihat polos tapi jangan salah, dia di masa depan pernah memanfaatkanku sebagai perisai agar terlindungi dari amukan Ibunya," ungkap Wu Shi sambil tersenyum. "Itu kedengarannya seperti licik.
Pemimpin Tulang Naga, pria bertopeng itu telah mengendalikan Kultus Putih sejak awal. Ming Hao sebelumnya telah sadar bahwa pria itu patut diwaspadai. Lantaran semenjak Wu Chen terluka, pria itu datang dari distrik pusat ke wilayah kultus putih. Pendekar tingkat terakhir dari tingkat menara yang sekaligus pendekar tingkat menara pertama dalam bayangan. Itulah sosoknya selain sebagai Pemimpin Tulang Naga. Luka di aliran darah Wu Chen kian memburuk hingga membuatnya kesulitan mengendalikan energi dalam. Pria bertopeng mulai mengacaukan duel di Lingkaran Langit, dan membuat hampir semua murid perguruan jadi tidak waras akibat efek dari Teknik Terlarang yang ditanamkan secara paksa.Keberadaan Li, guru ke-2 Wu Shi pun dinyatakan hilang namun sebenarnya ia sengaja disembunyikan agar tak seorang pun tahu bahwa dirinya saat ini sedang mengalami hal yang sama seperti Wu Chen dan para murid.Pria bertopeng mulai bergerak untuk membunuh Wu Chen yang ia takuti, saat itu ia tidak tahu bahwa efe
Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela
Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing
Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L
Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be
Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak
Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta
Pertarungan sekelompok kecil menyerbu ketiga saudara dalam ruang sempit, tiap permukaan lantai yang beku membuat goresan tiap goresan dari langkah kaki yang berat. Sabetan pedang diarahkan, serangan demi serangan dilayangkan pada ketiga saudara yang kalah jumlah itu. Trang!!!Hingga ketika salah seorang telah beradu senjata dengan Wu Shi. Orang itu sempat mengatakan sesuatu padanya."Tuan, saya harap dapat mengerti. Maafkan saya," ucap pendekar yang ada di depan mata. Karena mendengar ucapannya membuat Wu Shi sedikit lengah, ia terdorong beberapa langkah ke samping dan orang itu mengambil kesempatan ini untuk menyerang secara vertikal. Terlihat sekilas pria itu memutar gagang pedang, membalikkan ujung menjadi punggung pedang yang digunakan tuk menyerang Wu Shi. "Maaf." Sekali lagi ia berucap. "Apa yang—!"Tepat di atas luka yang sama, hal tersebut membuat Wu Shi kehilangan keseimbangan hingga menghantam dinding yang terasa semakin tipis hingga rusak kemudian. "Aku akan terhempas
Amarah dan ujaran kebencian dilontarkan terang-terangan. Wu Shi yang berusaha sekuat tenaga justru dipermainkan hingga jadi sekonyol ini. Musuh belum ia habisi dengan tangan sendiri, dan sekarang justru terluka di bagian pinggang yang cukup fatal baginya. "Ugh, dia mengincar pinggangku. Pasti dia berniat melumpuhkan diriku," pikir Wu Shi. "Memang aneh. Padahal kau adalah musuhnya, tapi mengapa dia tidak berniat membunuhmu?" Roh leluhur pendekar pun berpikiran hal sama. "Mungkinkah dia menginginkan sesuatu ..."Hening sesaat setelah salah seorang lainnya menyerang, tak terlihat kedua orang berjubah itu akan menyerang namun hanya menatapnya dari kejauhan. Ruang pertemuan sepenuhnya dirusak, banyak barang-barang yang tergores akibat sabetan pedang. "Tidak ada jawaban?""Dia mungkin hanya memantau." "Untuk apa pula?""Mana aku tahu. Dia memiliki sifat berbeda dari musuhku di masa lampau." Dak!Berat pada tongkat menghantam ke arah bawah, sempat berdengung sesaat, getaran pada tomba
Hao Yun mengaku dirinya sedang tersesat sehingga tak sadar sudah jalan sampai ke bagian depan kultus. Sepanjang perjalanan ini, tiada keanehan apa pun lagi selain yang bearusan dilawan oleh Wu Shi. "Kakak Zhu belum kemari?""Aku tidak tahu soal itu."Lukisan yang terpajang tepat di dinding bagian dalam, di mana lukisan itu akan terlihat jelas di depan mata saat memasuki kultus ini, terlihat seolah sedang menyambut mereka. Lukisan mahluk berkaki empat kecil dengan sisik dan berkepala besar, yakni seekor naga kembar. Sekilas terasa menyeramkan."Apa karena barusan bertemu dengan bayangannya dia saja ya?" pikir Wu Shi yang merasa aneh sendiri. "Dari tadi kau sedang apa?" tanya Hao Yun yang melihat Wu Shi menundukkan kepala kebingungan."Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung, kenapa di bagian depan sangat sepi padahal di bagian belakang kau disambut oleh banyak orang.""Ah, benar juga. Itu adalah hal yang paling tidak masuk akal bagiku. Tak kusangka kau juga kepikiran.""Tentu saja. Begit