Pemimpin Tulang Naga, pria bertopeng itu telah mengendalikan Kultus Putih sejak awal. Ming Hao sebelumnya telah sadar bahwa pria itu patut diwaspadai. Lantaran semenjak Wu Chen terluka, pria itu datang dari distrik pusat ke wilayah kultus putih. Pendekar tingkat terakhir dari tingkat menara yang sekaligus pendekar tingkat menara pertama dalam bayangan. Itulah sosoknya selain sebagai Pemimpin Tulang Naga. Luka di aliran darah Wu Chen kian memburuk hingga membuatnya kesulitan mengendalikan energi dalam. Pria bertopeng mulai mengacaukan duel di Lingkaran Langit, dan membuat hampir semua murid perguruan jadi tidak waras akibat efek dari Teknik Terlarang yang ditanamkan secara paksa.Keberadaan Li, guru ke-2 Wu Shi pun dinyatakan hilang namun sebenarnya ia sengaja disembunyikan agar tak seorang pun tahu bahwa dirinya saat ini sedang mengalami hal yang sama seperti Wu Chen dan para murid.Pria bertopeng mulai bergerak untuk membunuh Wu Chen yang ia takuti, saat itu ia tidak tahu bahwa efe
Zhu Jianceng bersama dengan para penjaga serta An berada di wilayah tenggara, menurut instingnya, Zhu harus mencari Wu Shi di daerah ini namun begitu ditemukan, ia justru diserang. Tepat berada di halaman depan penginapan Tongsheng, suara letupan itu terdengar keras dan sesuatu menabrak bagian pundaknya dari belakang hingga berdarah-darah. "Tuan Zhu Jianceng!" seru sang penjaga. "Apa-apaan itu?"Semua penjaga pun panik melihat Zhu yang tiba-tiba saja sudah terluka parah, lantas mereka menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria yang mengenggam sebuah senjata. "Sekarang, bukan waktu yang tepat! Cepat pergi dari sini!" teriak Zhu Jianceng, ia berlari menjauhi penginapan dan kota ini dan menuju ke tempat yang lebih sepi. Semua kejadian ini seakan dikendalikan, adapun luka Zhu Jianceng semakin terbuka dan terus mengeluarkan darah segar. Tak peduli seberapa besar usahanya untuk menutup luka tembak, darahnya tetap mengucur deras tak karuan. Berkat Zhu yang menjauh, pria bersenjata i
Senapan terjatuh dari genggaman dan sekujur tubuhnya mulai merasa kejang luar biasa. Dalam keadaan tegang, ia tetap kukuh dan bermaksud tetap melawan mereka semua. "Meskipun tanpa tangan dan kaki ini, neraka akan tetap mengikuti kalian semua," tuturnya menyeringai lebar. Wajah pria itu tampak sangat pucat, sebagian dari kulit tubuhnya berubah menjadi ungu. Situasi telah berbalik, seorang pengguna senjata telah dijatuhkan. Namun perasaan yang dirasakan oleh para pendekar di sana, rumit tak tahu mengapa."Apa lagi yang bisa kau perbuat?" tanya sekaligus sindir Hao Yun. Ia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa orang ini sudah tidak ada harapan. "Hahaha, kau ya! Kau yang membuatku seperti ini 'kan!" pekiknya lantas tertawa bahak-bahak. "Kalau benar kau mau apa? Bukankah sudah aku bilang sebelumnya, kalau aku sudah menandaimu sejak awal. Maka itu berarti nyawamu sudah berada dalam genggamanku." "Hihihi, oh begitu ya. Tapi hanya dengan ini saja takkan cukup!"Orang itu masih berusaha
Kultus Putih telah dikuasai oleh pria bertopeng, entah kapan itu terjadi namun ini adalah situasi terburuk mengingat semua orang mudah dimanipulasi dan membuat Wu Shi sebagai dalangnya. Beberapa langkah keluar dari perkotaan tersebut, Wu Shi tiba-tiba sudah berpindah tempat saja. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dan mulai mengawasi sekitar guna mengetahui tempat apakah yang sedang ia singgahi ini."Tempat ini terasa mengerikan hawanya," celetuk Wu Shi. Sekitarnya terdapat dinding bebatuan yang sudah berlumut. Bahkan jalan di sini juga sama berlumutnya, sehingga ia sedikit kesulitan saat berjalan. Selangkah ke depan kemudian menemukan sebuah tengkorak manusia yang duduk di sebuah kursi tua."Apa? Ini 'kan ...,"Wu Shi mulai sadar akan sesuatu, sesaat setelah melihat sebuah pedang di samping tengkorak itu, ia pun akhirnya benar-benar merasa yakin bahwa ini adalah tempat yang dikenal. "Gua Abadi?" "Benar." Suara menyahut omongan Wu Shi. "Siapa kau yang berbicara?!" tanya
Tempat yang masih berada dalam lingkup daerah wilayah tenggara. Wu Shi awalnya jatuh tak sadarkan diri sehingga Hao Yun bergegas membawanya ke tempat peristirahatan di sekitar. Namun ketika Wu Shi terbangun, ia tiba-tiba saja marah tanpa alasan jelas, Hao Yun terkejut sampai tak tahu harus berkata apa selain diam dalam kebingungan."Ayo kita pergi, Hao Yun!" "Apa?" Tatapan mata Wu Shi terlihat sangat serius, menandakan apa yang barusan dikatakan itu sungguh-sungguh. Lekas Hao Yun mengejarnya pergi menjumpai sebuah pedang yang berada di perbukitan arah timur. "Hei Wu Shi! Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" Hao Yun bertanya namun tidak dijawab sama sekali.Wu Shi sempat tak sadarkan diri karena jiwanya terlempar ke alam bawah sadar, ia menjumpai sosok roh yang mengaku sebagai leluhur pendekar sekaligus penempa pedang pertama dalam negeri. Dan sekarang, begitu ia kembali, ia langsung menemui pedang itu. "Hao Yun, tadi aku sempat tidak sadarkan diri bukan?""Maaf ya, aku merepotkan
"Usiamu itu jauh lebih tua daripada tubuhmu, iya 'kan?" Roh yang begitu sombong mengacungkan jari dan menunjuk dengan senyum puas. Terlihat seolah ia sedang mengejek Wu Shi namun itu tidak, melainkan hanya memperjelas situasi yang dialami olehnya. "Ada apa? Kau terdiam." Sekali lagi ia berbicara, dan Wu Shi sama sekali tidak bisa berkata apa-apa. Selain mempertanyakan sesuatu, "Bagaimana bisa kau tahu?""Tentu saja. Aku bahkan tahu situasi Kultus Putih saat ini."Sembari mengangkat pedang dengan siap menyerang, Wu Shi mendelikkan mata tajam sembari berpikir tentang roh satu ini. Wu Shi hanya mengetahui bahwa roh ini sebenarnya terjebak di dalam Gua Abadi, meski roh itu sendiri dapat menjebak orang lain sama seperti saat ini. Wu Shi dijebak olehnya. Ia tidak akan bisa keluar kecuali menerima pelatihan darinya. Namun roh leluhur pendekar ini sendiri mengakui bahwa ia sudah lama mati, tapi entah mengapa justru mengetahui situasi kultus bahkan termasuk rahasia Wu Shi sendiri. "Aku mu
"Kita beradu pedang selama ratusan jam, tidak, mungkin sudah lebih dari itu. Itulah sebabnya kondisi tubuhmu makin buruk, apalagi setelah menerima pelatihan dariku.""Apa? Pelatihan? Sejak kapan aku menerimanya? Dan ratusan jam? Seingatku hanya berselang kurang dari 15 menit kita beradu pedang." Terlontarlah banyak pertanyaan serta kebingungan Wu Shi mengenai maksud ucapan roh itu."Cukup lama," jawabnya santai. "Buktinya aliran tenaga dalammu dipaksa berhenti setelah mengeluarkan kekuatan dari puluhan teknik ilmuku," ujarnya. "Sejak kapan?" Seolah tak percaya apa yang barusan dikatakan, Wu Shi terus menanyakan hal yang sama."Jangan dipikirkan. Semua teknikku ada padamu, Wu Shi." Wu Shi tercengang, mulutnya menganga dan ia termenung diam dengan tubuh tengkurap. Sekujur tubuhnya masih kaku dan sulit digerakkan namun mulut itu terus mengoceh tanpa henti, sebab tak ingin ilmunya ditambah seenaknya sendiri oleh roh kurang ajar itu."Hahahaha! Rasakan itu! Salah sendiri kau tidak sadar
Punggung lelaki itu berbeda dari yang ia ketahui. Lelaki yang ia kenal nyatanya sudah agak berubah dan kemudian ia mengatakan sesuatu perihal adiknya. Hal tersebut membuat Qingchen tersentak kaget tak percaya."Apa?" Lelaki yang sempat mengatakan tentang adiknya yang sudah lama meninggal, owlah Wu Shi. Saat sadar itu siapa dan perkataannya pun baru setengah dipercaya, Qingchen berlari ke arah ia pergi.DAR!Ledakan kecil menghempas Qingchen, pembatas di sana masih kuat seperti biasa. Qingchen sampai sekarang tidak bisa melewatinya. Ia sungguh kecewa.***Setelah mendalami pelatihan segala teknik dari roh leluhur pendekar, Wu Shi akhirnya keluar dari Gua Abadi itu lagi. Ia ditempatkan di bukit arah timur di wilayah tenggara, tempat yang sama ketika ia menghilang. Cuaca dan Iklim sudah berubah drastis dari yang ia ketahui. Salju turun dengan embusan angin dingin. Tubuh Wu Shi merinding kedinginan, ia mengernyitkan dahi dengan kesal. "Ukh, keluar dari gua malah kedinginan," gerutu Wu