"Usiamu itu jauh lebih tua daripada tubuhmu, iya 'kan?" Roh yang begitu sombong mengacungkan jari dan menunjuk dengan senyum puas. Terlihat seolah ia sedang mengejek Wu Shi namun itu tidak, melainkan hanya memperjelas situasi yang dialami olehnya. "Ada apa? Kau terdiam." Sekali lagi ia berbicara, dan Wu Shi sama sekali tidak bisa berkata apa-apa. Selain mempertanyakan sesuatu, "Bagaimana bisa kau tahu?""Tentu saja. Aku bahkan tahu situasi Kultus Putih saat ini."Sembari mengangkat pedang dengan siap menyerang, Wu Shi mendelikkan mata tajam sembari berpikir tentang roh satu ini. Wu Shi hanya mengetahui bahwa roh ini sebenarnya terjebak di dalam Gua Abadi, meski roh itu sendiri dapat menjebak orang lain sama seperti saat ini. Wu Shi dijebak olehnya. Ia tidak akan bisa keluar kecuali menerima pelatihan darinya. Namun roh leluhur pendekar ini sendiri mengakui bahwa ia sudah lama mati, tapi entah mengapa justru mengetahui situasi kultus bahkan termasuk rahasia Wu Shi sendiri. "Aku mu
"Kita beradu pedang selama ratusan jam, tidak, mungkin sudah lebih dari itu. Itulah sebabnya kondisi tubuhmu makin buruk, apalagi setelah menerima pelatihan dariku.""Apa? Pelatihan? Sejak kapan aku menerimanya? Dan ratusan jam? Seingatku hanya berselang kurang dari 15 menit kita beradu pedang." Terlontarlah banyak pertanyaan serta kebingungan Wu Shi mengenai maksud ucapan roh itu."Cukup lama," jawabnya santai. "Buktinya aliran tenaga dalammu dipaksa berhenti setelah mengeluarkan kekuatan dari puluhan teknik ilmuku," ujarnya. "Sejak kapan?" Seolah tak percaya apa yang barusan dikatakan, Wu Shi terus menanyakan hal yang sama."Jangan dipikirkan. Semua teknikku ada padamu, Wu Shi." Wu Shi tercengang, mulutnya menganga dan ia termenung diam dengan tubuh tengkurap. Sekujur tubuhnya masih kaku dan sulit digerakkan namun mulut itu terus mengoceh tanpa henti, sebab tak ingin ilmunya ditambah seenaknya sendiri oleh roh kurang ajar itu."Hahahaha! Rasakan itu! Salah sendiri kau tidak sadar
Punggung lelaki itu berbeda dari yang ia ketahui. Lelaki yang ia kenal nyatanya sudah agak berubah dan kemudian ia mengatakan sesuatu perihal adiknya. Hal tersebut membuat Qingchen tersentak kaget tak percaya."Apa?" Lelaki yang sempat mengatakan tentang adiknya yang sudah lama meninggal, owlah Wu Shi. Saat sadar itu siapa dan perkataannya pun baru setengah dipercaya, Qingchen berlari ke arah ia pergi.DAR!Ledakan kecil menghempas Qingchen, pembatas di sana masih kuat seperti biasa. Qingchen sampai sekarang tidak bisa melewatinya. Ia sungguh kecewa.***Setelah mendalami pelatihan segala teknik dari roh leluhur pendekar, Wu Shi akhirnya keluar dari Gua Abadi itu lagi. Ia ditempatkan di bukit arah timur di wilayah tenggara, tempat yang sama ketika ia menghilang. Cuaca dan Iklim sudah berubah drastis dari yang ia ketahui. Salju turun dengan embusan angin dingin. Tubuh Wu Shi merinding kedinginan, ia mengernyitkan dahi dengan kesal. "Ukh, keluar dari gua malah kedinginan," gerutu Wu
Pria itu menyarungkan pedangnya, lantas dengan sengaja menunjukkan wajah asli. Ia tersenyum seolah baru saja merasakan kesenangan. Setelah ia membuka tudung kepala, pria itu kemudian menundukkan kepala dan mengenggam kepalan tangan kanan tuk memberi hormat."Wu Shi, murid dari Raja Pengembara memberi hormat pada Tetua Mo yang agung." Li Bai dan Tetua Mo hening diam di tempat seketika. Kedua orang itu tidak menyangka bahwa yang datang menyerang barusan adalah Wu Shi. "Maafkan aku yang telah menyerang Anda dengan sengaja. Maksud kedatanganku ke sini ....yah, cukup banyak," ujar Wu Shi tersenyum. "Astaga, kapan kau keluar dari Gua Abadi? Dalam pandanganku, kau tidak berubah secara fisik tapi dari lainnya. Apa ini benar-benar kau?" tanya Tetua Mo sambil menghampirinya."Tentu saja, Tetua Mo. Kami berdua keluar dari gua setelah seminggu.""Seminggu? Benarkah begitu?"Di mata Tetua Mo, ia sekilas tahu dan merasakan adanya perbedaan kekuatan dari Wu Shi yang dulu. Sewaktu pertama kali b
Setiap hari dilaluinya bagai neraka, diperlakukan layaknya seekor binatang buas, kini akhirnya ia berjumpa dengan punggung lelaki yang familiar. Pria itu tersenyum senang dengan air mata berlinang. Sejujurnya ia sendiri pun tidak menyangka akan kembali berjumpa dengan orang itu."Tuan!" serunya memanggil.Ia lantas berlari menghampiri dan memberi hormat pada seorang pria. "Tian Xu ini akhirnya dapat berjumpa dengan tuan. Saya sungguh senang," ucapnya. "Tian Xu. Sudah lama tidak bersua. Bagaimana kabarmu?" tanya Wu Shi. "Aku baik-baik saja, tuan. Semoga tuan juga begitu," harapnya."Iya. Aku juga sama. Hanya saja keadaan di sini benar-benar tidak sesuai dugaanku."Tian Xu menundukkan kepala, selang beberapa saat ia dikejutkan oleh seekor panda yang keluar dari balik pakaian Wu Shi. Tian Xu sesaat terhenyak diam. Dirinya kembali mengingat hal yang tidak menyenangkan."Tian Xu, ada apa?" tanya Wu Shi. "Tidak. Aku hanya berpikir betapa jahatnya orang ini," ucap Tian Xu sambil menunjuk
Wu Shi, selain kembali ke masa lalu, dirinya dapat melakukan hal yang sedikit tidak masuk akal. Ia dengan mudahnya menghapus ingatan baik dari para penjaga mengenai Wu Shi sendiri. Sengaja melakukan itu agar Wu Shi sepenuhnya jadi target. Sejujurnya ketika mengetahui hal itu telah terjadi, Zhu Jiancheng enggan menyetujuinya. Namun semua sudah terlanjur terjadi. Setidaknya hal ini membawa kepositifan terhadap keluarga Wu Shi sendiri. Yang di mana Hao Ling sempat berperan dalam menyembunyikan Ayah dan Ibu Wu Shi di suatu tempat. Tetapi karena ingatannya yang baik mengenai Wu Shi dihilangkan, dan ingatan itu pula berhubungan dengan kedua orang tua Wu Shi sehingga Hao Ling pun juga akan melupakannya.Tapi tentu saja yang melupakannya bukan hanya Hao Ling, namun penjaga lain juga. Penjaga Jang dan Penjaga Zhu juga telah melupakan Wu Shi yang sebenarnya.Situasi di tempat persembunyian saat ini, cukup aman. Mereka dapat bertahan dari musim dingin yang sudah dilewati hampir satu bulan ini.
Dalam kondisi terkunci pergerakannya, Wu Shi sesaat melihat pergerakan pedang yang diayunkan secara vertikal lurus. Melihat itu seolah-olah melambat, Wu Shi menghindari serangan itu bahkan sebelum serangan itu dilancarkan. Pedang Penjaga Jang pun kini hanya sekadar melewati kepala, lantaran Wu Shi memiringkan kepalanya semiring mungkin. Hal tersebut membuat Penjaga Jang tersentak kaget. Penjaga Jang merasa kebingungan dengan yang barusan terjadi. "Kau, apa yang kau lakukan?" tanya Penjaga Jang dengan menguatkan cengkeramannya ke pundak."Hentikan saja ini, tuan penjaga. Sebisa mungkin aku tidak ingin membuat masalah," ucap Wu Shi."Bagiku kau lah masalahnya saat ini!" seru Penjaga Jang."Aku bukan pembuat onar," sahutnya. Wu Shi sendiri tidak memahami apa yang telah terjadi. Kini, ia terlalu fokus pada Penjaga Jang dan berusaha melepaskan cengkeraman darinya yang semakin lama semakin menguat."Hei, nak. Lebih baik kau menghindari pertarungan darinya. Ayo lekas pergi," ucap seseoran
Sebelum Zhu Jiancheng menghampiri, Wu Shi dan Hao Yun telah menunjukkan diri mereka. Ketiga saudara tak sedarah itu pun lekas pergi ke tempat yang jauh lebih sepi guna membicarakan sesuatu hal penting."Wu Wu tidak apa 'kan? Apa ada yang terluka?" tanya Zhu Jiancheng. "Tidak, kak. Aku baik-baik saja.""Sejauh apa kau berkembang sampai tidak terluka setelah bertarung dengan penjaga. Setahuku dari kebanyakan penjaga, dia yang paling kuat di antaranya," ujar Hao Yun."Entahlah. Aku sendiri juga bingung, mungkin aku hanya beruntung saja. Tapi intinya pergerakan kita pasti sudah terbaca," ucap Wu Shi. "Apa maksudnya?" tanya Hao Yun."Sebelumnya aku menggunakan chi pedang dan itu menarik perhatian banyak orang. Itu saja cukup membuat mereka tahu keberadaanku. Tapi intinya bukan itu.""Kalau bicara jangan setengah-setengah. Dasar!" sahut Hao Yun jengkel."Yah, intinya peramal itu. Dialah yang akan memberitahu pria bertopeng mengenai keberadaan kita semua.""Bukan hanya kau tapi kami juga?"
Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela
Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing
Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L
Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be
Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak
Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta
Pertarungan sekelompok kecil menyerbu ketiga saudara dalam ruang sempit, tiap permukaan lantai yang beku membuat goresan tiap goresan dari langkah kaki yang berat. Sabetan pedang diarahkan, serangan demi serangan dilayangkan pada ketiga saudara yang kalah jumlah itu. Trang!!!Hingga ketika salah seorang telah beradu senjata dengan Wu Shi. Orang itu sempat mengatakan sesuatu padanya."Tuan, saya harap dapat mengerti. Maafkan saya," ucap pendekar yang ada di depan mata. Karena mendengar ucapannya membuat Wu Shi sedikit lengah, ia terdorong beberapa langkah ke samping dan orang itu mengambil kesempatan ini untuk menyerang secara vertikal. Terlihat sekilas pria itu memutar gagang pedang, membalikkan ujung menjadi punggung pedang yang digunakan tuk menyerang Wu Shi. "Maaf." Sekali lagi ia berucap. "Apa yang—!"Tepat di atas luka yang sama, hal tersebut membuat Wu Shi kehilangan keseimbangan hingga menghantam dinding yang terasa semakin tipis hingga rusak kemudian. "Aku akan terhempas
Amarah dan ujaran kebencian dilontarkan terang-terangan. Wu Shi yang berusaha sekuat tenaga justru dipermainkan hingga jadi sekonyol ini. Musuh belum ia habisi dengan tangan sendiri, dan sekarang justru terluka di bagian pinggang yang cukup fatal baginya. "Ugh, dia mengincar pinggangku. Pasti dia berniat melumpuhkan diriku," pikir Wu Shi. "Memang aneh. Padahal kau adalah musuhnya, tapi mengapa dia tidak berniat membunuhmu?" Roh leluhur pendekar pun berpikiran hal sama. "Mungkinkah dia menginginkan sesuatu ..."Hening sesaat setelah salah seorang lainnya menyerang, tak terlihat kedua orang berjubah itu akan menyerang namun hanya menatapnya dari kejauhan. Ruang pertemuan sepenuhnya dirusak, banyak barang-barang yang tergores akibat sabetan pedang. "Tidak ada jawaban?""Dia mungkin hanya memantau." "Untuk apa pula?""Mana aku tahu. Dia memiliki sifat berbeda dari musuhku di masa lampau." Dak!Berat pada tongkat menghantam ke arah bawah, sempat berdengung sesaat, getaran pada tomba
Hao Yun mengaku dirinya sedang tersesat sehingga tak sadar sudah jalan sampai ke bagian depan kultus. Sepanjang perjalanan ini, tiada keanehan apa pun lagi selain yang bearusan dilawan oleh Wu Shi. "Kakak Zhu belum kemari?""Aku tidak tahu soal itu."Lukisan yang terpajang tepat di dinding bagian dalam, di mana lukisan itu akan terlihat jelas di depan mata saat memasuki kultus ini, terlihat seolah sedang menyambut mereka. Lukisan mahluk berkaki empat kecil dengan sisik dan berkepala besar, yakni seekor naga kembar. Sekilas terasa menyeramkan."Apa karena barusan bertemu dengan bayangannya dia saja ya?" pikir Wu Shi yang merasa aneh sendiri. "Dari tadi kau sedang apa?" tanya Hao Yun yang melihat Wu Shi menundukkan kepala kebingungan."Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung, kenapa di bagian depan sangat sepi padahal di bagian belakang kau disambut oleh banyak orang.""Ah, benar juga. Itu adalah hal yang paling tidak masuk akal bagiku. Tak kusangka kau juga kepikiran.""Tentu saja. Begit