Dalam kondisi terkunci pergerakannya, Wu Shi sesaat melihat pergerakan pedang yang diayunkan secara vertikal lurus. Melihat itu seolah-olah melambat, Wu Shi menghindari serangan itu bahkan sebelum serangan itu dilancarkan. Pedang Penjaga Jang pun kini hanya sekadar melewati kepala, lantaran Wu Shi memiringkan kepalanya semiring mungkin. Hal tersebut membuat Penjaga Jang tersentak kaget. Penjaga Jang merasa kebingungan dengan yang barusan terjadi. "Kau, apa yang kau lakukan?" tanya Penjaga Jang dengan menguatkan cengkeramannya ke pundak."Hentikan saja ini, tuan penjaga. Sebisa mungkin aku tidak ingin membuat masalah," ucap Wu Shi."Bagiku kau lah masalahnya saat ini!" seru Penjaga Jang."Aku bukan pembuat onar," sahutnya. Wu Shi sendiri tidak memahami apa yang telah terjadi. Kini, ia terlalu fokus pada Penjaga Jang dan berusaha melepaskan cengkeraman darinya yang semakin lama semakin menguat."Hei, nak. Lebih baik kau menghindari pertarungan darinya. Ayo lekas pergi," ucap seseoran
Sebelum Zhu Jiancheng menghampiri, Wu Shi dan Hao Yun telah menunjukkan diri mereka. Ketiga saudara tak sedarah itu pun lekas pergi ke tempat yang jauh lebih sepi guna membicarakan sesuatu hal penting."Wu Wu tidak apa 'kan? Apa ada yang terluka?" tanya Zhu Jiancheng. "Tidak, kak. Aku baik-baik saja.""Sejauh apa kau berkembang sampai tidak terluka setelah bertarung dengan penjaga. Setahuku dari kebanyakan penjaga, dia yang paling kuat di antaranya," ujar Hao Yun."Entahlah. Aku sendiri juga bingung, mungkin aku hanya beruntung saja. Tapi intinya pergerakan kita pasti sudah terbaca," ucap Wu Shi. "Apa maksudnya?" tanya Hao Yun."Sebelumnya aku menggunakan chi pedang dan itu menarik perhatian banyak orang. Itu saja cukup membuat mereka tahu keberadaanku. Tapi intinya bukan itu.""Kalau bicara jangan setengah-setengah. Dasar!" sahut Hao Yun jengkel."Yah, intinya peramal itu. Dialah yang akan memberitahu pria bertopeng mengenai keberadaan kita semua.""Bukan hanya kau tapi kami juga?"
Semenjak berpisah dengan Wu Shi saat menuju ke distrik pusat, Tian Xu si mantan bandit liar merasa kesepian sepanjang waktu. Ia juga sangat khawatir, ini adalah kali pertamanya mengkhawatirkan seseorang yang tidak ada hubungan darah dengannya. Lalu saat kembali berjumpa dengan sosok yang ia kagumi, Tian Xu sangatlah senang. Rasa senangnya itu tidak bisa digambarkan hingga mata mulai berkaca-kaca. Terlebih ia diberikan sebuah tugas penting, Tian Xu semakin bersemangat. Tak!Bebatuan kecil-kecil yang jatuh dari langit-langit gorong bawah tanah. Suara kerikil berjatuhan sempat bergema dalam beberapa saat. Tian Xu menoleh ke belakang guna memastikan tidak ada siapa pun, meski ia merasa ada yang mengawasi sejak tadi."Sekalipun harus bertaruh nyawa, aku harus membawakan tongkat itu pada Tuan!" ujar Tian Xu tanpa patah semangat. Beginilah Tian Xu dengan karakter aslinya. Selain gila petarung, ia adalah pria yang bersedia menyerahkan segalanya demi orang yang ia layani.Sudah begitu lama
Kekesalan yang ada pada diri Tian Xu meluap-luap bagaikan air mendidih. Ia mencengkram leher yang kemudian beralih mencekik leher pria tersebut dengan berani. Padahal Tian Xu sudah jelas berada di sarang musuh. Banyak Pendekar di sana bahkan ia melawan pria bertopeng yang merupakan pimpinan kultus ini. Walau Tian Xu sendiri tidak pernah mengakui hal tersebut, namun kenyatannya pria ini kuat itu tidak terbantahkan."Bagaimana aku menjelaskannya ya? Kau sama sekali berbeda dengan Wen Hu Jie!" tutur Tian Xu menggertakkan gigi. Pria bertopeng lantas berdeham pendek. Tatapan dari balik lubang topeng itu sungguh mengintimidasi, setidaknya dapat dirasakan oleh si bandit bahwa pria ini tidak bisa dianggap remeh."Kau mengatakan itu seolah-olah kau juga ikut berkontribusi di sini.""Ya. Jelas saja! Meskipun aku hanya digunakan seperti senjata tapi beliau memperlakukan diriku tidak seperti itu.""Benarkah Wen Hu Jie melakukan itu?" tanya pria itu. "Tentu saja!" seru Tian Xu yang semakin kuat
Sebagai orang yang berkemampuan, tentunya ia akan berharap dirinya lebih berguna bagi banyak orang. Saat tahu gadis kecil itu sadar dirinya dapat melihat ramalan masa depan, ia sangat berbahagia dan bangga pada dirinya sendiri. Namun tanggapan orang lain ada yang positif dan juga negatif. Itu hal wajar dan kebanyakan orang-orang barat di sana mulai berpikir bahwa kemampuan gadis yang saat ini merupakan wanita peramal yang dibawa pria bertopeng itu merupakan kutukan atau sejenisnya."Dasar penyihir hitam!" seru mereka menghina si gadis kecil sembari melemparinya kerikil-kerikil yang tak terhitung jumlahnya."Sana pergi!" usir mereka, entah itu anak-anak, orang dewasa ataupun lansia. Baik kaya maupun miskin, semua orang di dekat tempat tinggalnya tak satupun berpihak pada dirinya. Rasa bangga terhadap diri sendiri pun lenyap karena mereka. Kemampuan dalam meramalkan masa depan memang sedikit aneh namun ini adalah suatu tak terhindarkan. Hingga suatu saat ia mulai mengutuk kemampuannya
Tian Xu sudah diawasi semenjak keluar dari kultus, dirinya berniat mengelabui orang-orang yang mengikutinya namun itu tidak berhasil sepenuhnya. Itulah mengapa Tian Xu cukup membuang banyak waktu sampai akhirnya ia kelelahan. Kedatangan Wu Shi kemari pun karena khawatir bila terjadi sesuatu hal buruk pada Tian Xu, dan hasilnya sesuai dugaan. Tian Xu ditemukan dalam kondisi lemas lantas ambruk di tempat setelah mengatakan beberapa patah kata."Ya, memang mustahil lari dari mata peramal itu. Tapi aku akui Tian Xu, kau sungguh hebat bisa bertahan sejauh ini." Wu Shi tidak merasakan kehadiran apa pun di sekitar, itu artinya penglihatan mereka terhadap Tian Xu sempat lolos. Entah ini kabar baik atau buruk baginya, namun yang pasti mereka tidak akan diam saja. "Tujuannya adalah aku. Sudah pasti dia ingin mengikuti Tian Xu sambil membawa tongkat untuk menyergapku," pikir Wu Shi. Ia kemudian duduk berjongkok di tempat sembari memperhatikan sekujur tubuh Tian Xu. Tidak ada luka secara fisi
Penjaga Jang bukan sembarang penjaga yang bisa diremehkan. Sekalinya menemukan target maka selamanya orang yang menjadi targetnya takkan pernah lolos. Kini Wu Shi telah menjadi targetnya sejak awal pertemuan, ini tidak disangka dan Wu Shi sendiri pun sangat kesulitan menangani hal tersebut. Itulah mengapa ia buru-buru menghindar sebelum Penjaga Jang benar-benar menemukannya. Di bawah perbukitan salju, tumpukan yang menggunung, di sanalah Penjaga Jang berdiri diam sembari memastikan keadaan sekitar."Aku dengan jelas merasakan keberadaannya di tempat ini. Apakah bandit itu sudah berjumpa dengan dia?" pikir Penjaga Jang dengan mengerutkan kening. Dinginnya cuaca tak membuat Penjaga Jang lengah, ketika mendengar suara langkah sekecil salju terjatuh, dalam sekejap ia menyergap orang yang datang dengan pedangnya. "A-ampun, Tuan Penjaga!" Seorang pendekar mengangkat tangan serta meminta ampun dengan suara bergetar dan terbata-bata. "Ternyata orang dari kultus." Sedikit kecewa, Penjaga J
Mengingat betapa kuatnya Penjaga Jang, ia berpikir tidak bisa mengabaikannya dan akan menjadi pengganggu suatu saat nanti. Ketika pikiran buruk terlintas, Wu Shi segera kembali ke tempat di mana keberadaannya disadari. Sampailah ia ke bukit bagian belakang dan bawah. Kepingan salju tak terhingga jatuh dan turun ke atas tubuh mereka. Dingin di antara salju serta tatapan tajam dari seorang penjaga membuat Wu Shi agaknya ragu membuat gerakan."Ke mana senjatamu?" tanya Penjaga Jang."Aku tidak memerlukannya.""Kau meremehkan diriku?""Tidak juga.""Lantas mengapa kau menanggalkan senjatamu?""Tidak perlu aku bicarakan padamu dengan kondisi saat ini juga bukan? Sudah aku bilang aku akan mengembalikan semuanya, ingatanmu!" ujar Wu Shi menelan ludah dan menatap serius.Sebelum Penjaga Jang menyerang, Wu Shi memilih untuk mengawalinya agar dapat mengendalikan alur pertarungan kelak. Dengan kedua telapak tangan yang terarah ke depan, energi dalam yang pekat menyeruak bak racun perangkap bagi